05 Maret 2017

Taujih Qur'ani 20

TAUJIH ::: QUR'ANI
0020/TQ-UA/MQM
==============

 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Jangan Sampai Awam terhadap AL QUR'AN Sepanjang Hidup

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ro'uf, Lc
حفظه الله تعالى
===============

Allah ﷻ berfirman :

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

(وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَومي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا)

"Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang diacuhkan."
(QS. Al Furqon : 30)

• Al Qur'an diturunkan kepada setiap orang beriman, agar menjadi menjadi kabar gembira dan rahmat bagi mereka.

(هُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ)

"Al Qur'an adalah petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman."
(Luqman ; 3)

Bagaimana mungkin seorang dapat merasakan efek rahmat dan rasa bahagia terhadap Al Qur'an yang merupakan karunia besar dari Allah ﷻ kepada hambaNya, jika ia tidak memiliki pengetahuan dan rasa kenal sedikitpun dengan Al Qur'an.

Allah ﷻ menyebut orang-orang yang awam terhadap Al Qur'an sebagai manusia yang "ummiyyun" istilah sekarangnya : "gaptek"
Jadi gaptek terhadap wahyu Allah ﷻ.

Kalau seseorang  gaptek teknologi saja sudah terkesan negatif (karena ia tentu tidak dapat mengakses informasi-informasi yang penting dan berguna. Maka bagaimana dengan mereka yang "gaptek" terhadap wahyu Allah ﷻ. Tentu ia terancam kerugian yang sangat besar bahkan di dunia dan di akhirat. Karena ia tidak memahami pokok-pokok hukum berupa perintah dan laranganNya yang memberi petunjuk baginya untuk menjalani roda kehidupan dunia dengan selamat dan bahagia, sedangkan di akhirat tentu akan mendapat azab karena semasa di dunia ia tidak mengindahkan hukum-hukum Allah yang terdapat di dalam Al Qur'an dikarenakan gapteknya terhadap Al Qur'an.

Allah ﷻ berfirman :

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

"Dan di antara mereka ada yang ummiyyun tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga."
(QS. Al Baqoroh : 78)


Mengapa seseorang bisa mengalami keawaman terhadap Al Qur'an, padahal daya dukung untuk mempelajarinya sangat cukup. Dan kalau saja ia memiliki minat dan keinginan untuk mempelajari pun juga memiliki banyak peluang.

Bahkan ada sebagian orang sudah puas dan merasa sudah cukup jika dirinya hanya mengetahui bahwa Al Qur'an itu adalah Kitab Sucinya. Mereka juga mengetahui bahwa Al Qur'an merupakan pedoman hidup manusia, tetapi toh juga mereka tetap saja enggan (tidak punya minat) untuk mempelajari dan memperdalam pengetahuannya terhadap kandungan Al Qur'an.

Lantas apa kiranya yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi ?

Jawaban utamanya adalah karena minimnya atau tipisnya imannya kepada Allah ﷻ.

Kepada seseorang yang minim keimanannya terhadap DiriNya, maka Allah ﷻ  akan membuatnya kurang berminat dan tidak memiliki rasa penasaran terhadap Al Qur'an sehingga tidak tergerak dan tidak juga memiliki minat dan semangat untuk mempelajarinya. Bahkan ketika diingatkan agar ia mempelajari Al Qur'an, maka selalu memiliki jawaban klasik, yakni dengan berlindung dibalik alasan tidak ada waktu. Akhirnya sepanjang hayatnya, ia menjadi awam terhadap Al Qur'an.

Wahai kaum Muslimin ...
Ketahuilah bahwa sesungguhnya jika kita mengaku mencintai Allah ﷻ maka secara otomatis harusnya kita memiliki rasa cinta terhadap KalamNya, Al Qur'anul Kariim.

Begitu juga sebaliknya, jika kita telah membuktikan cinta kita terhadap KalamNya, maka insyaAllah dapat dipastikan bahwa kita telah memiliki rasa cinta Allah ﷻ .

Imam Al Banna rohimahullah, dalam kitabnya Majmu'atur Rosail mengungkapkan keprihatinannya terhadap keawaman umat terhadap Al Qur'an :

ما رأيت ضائعا اشبه بمحتفظ به ولا مهملا أشبه بمعني شأنه من القران الكريم في امتنا هذه

"Aku tidak melihat sesuatu yang hilang padahal ia semacam manuskrip yang harus  dipelihara. Begitu juga menjadi sesuatu yang diacuhkan pada hal ia sesuatu yang harus diperhatikan. Itulah Al Qur'an yang ada di tengah-tengah umat ini."

Saudaraku ...
Mari segera kita tanyakan pada diri kita masing-masing, seberapa besar dan seberapa luas keawaman kita terhadap Al Qur'an.

Beberapa di antara  pertanyakan yang dapat menjadi tolak ukur seberapa jauh kita telah mengenal Al Qur'an serta memiliki kedekatan dengan Al Qur'an :

1. Berapa besar prosentase pemahaman kita terhadap setiap surat yang terdapat di dalam Al Qur'an?

2. Berapa ayat yang sudah bisa kita terjemahkan?

3. Berapa ayat yang sudah kita ketahui sabab nuzulnya (sebab turunnya)?
Dan tentu masih banyak indikator yang lain.

Silahkan gali sendiri hal-hal apa yang kira-kira bisa menjadi bahan kesimpulan bahwa ternyata pengetahuan kita tentang Al Qur'an demikian dan demikian.

Dari upaya evaluasi di atas InsyaAllah akan dapat kita simpulkan seberapa jauh cinta kita kepada kalamullah. Dan otomatis  kita juga bisa membaca, selama hidup kita ini,  sejauh mana rasa cinta kita kepada Allah ﷻ.

Suatu hal yang perlu kita fahami adalah:
Kesadaran diri atas keawaman kita terhadap Al Qur'an, dapat manjadi pintu gerbang (starting point) untuk memunculkan semangat baru dalam upaya menggali pemahaman terhadap Al Qur'an, sehingga insyaAllah kita tidak lagi termasuk orang yang awam terhadap Al Qur'an.

Adapun untuk mengikis habis keawaman ummat terhadap Al Qur'an, Imam Al Banna memberikan solusi sebagai berikut :

1. Intensif bersama Al Qur'an. Berinteraksilah dengan Al Qur'an dalam jumlah waktu sebanyak-banyaknya.

2. Perbanyaklah melakukan upaya pendekatan diri kepada Allah ﷻ  melalui Al Qur'an.

• Apakah dengan membacanya, mempelajarinya, merenungkan (mentadaburi) maknanya, mengamalkannya ataupun mendakwahkan serta membelanya saat ada yang tidak memuliakannya.

3. Jadikan Al Qur'an sebagai sumber ilmu dan hukum dalam semua sisi kehidupan kita.

• Apakah saat kita hendak melaksanakan ibadah mahdoh maupun yang ghoiru mahdoh, atau saat kita berbisnis, hubungan interaksi sosial kita, bahkan hingga dalam urusan politik dll. Pendek kata semua aspek kehidupan yang kita jalani dalam kehidupan ini haruslah kita landaskan Al Qur'an.

Hal di atas merupakan suatu konsekuensi logis ketika kita telah mengakui dan meyakininya bahwa Al Qur'an adalah kitab suci kita serta petunjuk hidup manusia, sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak menjadikan Al Qur'an sebagai dasar dan nilai-nilai seluruh aspek kehidupan kita.

Bahkan akan menjadi sangat naif jika kita mengangkat atau menjadikan hukum di luar Al Qur'an dalam  menetapkan keputusan terhadap suatu hal.


  وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Republished by :
__________________
BK DKI
============

Tidak ada komentar: