24 Agustus 2013

Magnet Super: Persaudaraan



22Juni2013-

Kontak batin. Ya, awalnya aku berfikir itu adalah suatu kebetulan. Tapi tidak untuk sekarang. Hal ini memang benar adanya. Semakin kita mengenal seseorang, semakin besar pula kontak batin kita padanya.
Apalagi jika kita bicara tentang seorang muslim. Semakin erat ikatan persaudaraan mereka karena Allah, maka semakin erat pula jalinan hati mereka.

Semua ini bisa diibaratkan seperti kekuatan magnet. Jika bertemu dengan apa yang menjadi pasangan mereka, maka akan selalu mendekat, sejauh apapun itu.

Kekuatan ini dapat pula diibaratkan layaknya ka’bah. Sesuatu yang biasa-biasa saja namun dapat memancarkan cahaya terang benderang hingga luar angkasa. Hal ini telah dibuktikan oleh para astronot yang melakukan perjalanan hingga ke bulan. Ketika melihat bumi semuanya terlihat gelap seperti planet-planet lain. Tapi saat itu juga para astronot terkena silau cahaya yang sangat terang dan selalu terang. Selidik punya selidik, lampu berkekuatan luar biasa itu datang dari kota Mekkah, tepatnya bermuara di Ka’bah.

Subhanallah... betapa besar kekuasaan Allah. Ia memperlihatkan keajaibannya kepada manusia. Ia juga memberikan hidayah pada hamba yang dikehendaki-Nya. Setelah mengetahui akan adanya tanda-tanda kebesaran Allah tersebut akhirnya astronot itu masuk islam.

Begitulah. Alam semesta ini mempunyai energinya masing-masing. Mempunyai kekuatan masing-masing, sesuai dengan porsi yang telah Allah tentukan. Semua yang ada di langit maupun bumi, segalanya bertasbih kepada Allah setiap waktunya. Seperti halnya galaksi bima sakti ini, porosnya adalah matahari. Matahari memiliki kekuatan terbesar hingga planet yang lain mengitarinya. Ia bagaikan magnet yang sangat besar.
Ya, kalau berbicara tentang matahari, maka itulah porsi yang telah Allah tentukan. Pas, tidak lebih tidak kurang, hingga datang waktu yang telah ditentukan kehancurannya.

Jika berbalik lagi berbicara tentang persaudaraan, maka erat kaitannya dengan kekuatan supernya ka’bah. Mengapa bisa demikian?

Mekkah adalah kota suci. Di dalamnya ada sebuah bangunan yang menyejarah, termasuk ke dalam 7 keajaiban dunia. Ka’bah. Bangunan biasa yang didirikan oleh Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. kemudian diperbaiki pada zamannya Rasulullah SAW. Tapi mengapa kekuatannya sangat besar?

Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. saat mendirikannya, menggunakan kekuatan do’a.

Sedangkan setelah Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyebarkan Islam, ka’bah resmi sebagai kiblat sembahyang seluruh muslim di dunia. Pancaran energi yang sangat besar datang dari seluruh penjuru itulah yang membuat ka’bah bersinar hingga luar angkasa.

Hanya bangunan biasa, tapi jika terus menerus dibacakan ayat-ayat Allah setiap waktunya, maka jangan heran apabila ia akan menjadi kekuatan tersendiri.

Begitu pula dengan hati kita, kawan.. jika terus-menerus dibacakan ayat-ayat Allah (Q.S. Al-Anfal), maka semakin bersihlah ia, dan semakin dekat dengan dzat Allah. Karena dekatnya hati itu kepada Allah, maka akan Allah bersamai setiap langkahnya, Allah tuntun jalannya, Allah berikan petunjuk, serta penglihatan yang tak pernah dimiliki oleh mata hati yang lain.

Ya, itulah magnet. Magnet dengan energi terbesar akan selalu menarik magnet-magnet yang lain. Selalu mengetahui keberadaan yang lain. Dan selalu peduli dengan yang lain.

Itulah arti dari persaudaraan :). Bagaimana satu muslim dengan muslim yang lain saling berhubungan. Bahkan di dalam hadits disebutkan bahwa mereka bagaikan satu bangunan yang saling menopang satu sama lain. Dalam hadits yang lain dijelaskan bahwa sesama muslim itu bagaikan satu tubuh, ketika yang satu sakit maka yang lain pun ikut merasakan sakit.

Itulah dakwah. Magnet terbesar yang ada di alam semesta ini. Karena ialah kumpulan dari banyaknya persaudaraan. Yang saling membutuhkan satu sama lain. Yang saling peduli antar sesama. Dan tentunya saling memiliki kontak batin yang kuat terhadap saudara-saudaranya.

Maka jagalah hati-hati kita agar selalu bersih dan dekat kepada Allah. Karena hati yang bersih itulah yang lebih mudah menerima kebaikan, maka ia pun yang akan lebh mudah merasakan indahnya persaudaraan :).

Selalu Mewarna #Lingkaran#



-21 Juni 2013-

Halaqoh, pertemuan yang sangat dirindukan. Disini saya pengen cerita tentang indahnya lingkaran cinta ini.
“Halaqoh di daerah jauh beda dengan yang ada di kampus, mbak. Jadi jangan kapok ya. Pertama mungkin kaget, tapi seiring berjalan insyaAllah bisa menyesuaikan.”

Hei… iya itu dia yang saya rasain pertama kali menghadiri halaqoh yang bukan di lingkungan kampus. Mungkin kaget, ya banget-banget. Karena mungkin jika di kampus paling ekstrimnya sekelompok sama mbak-mbak seniornya, atau sama adik tingkatnya. Itupun hanya melihat yang lain, karena berkali-kali ya masih pada angkatan yang sama.

Tapi jika di kampus, sesuatu itu sudah menjadi hal yang besar (ini dalam pandangan anak yang awam ya, hehe). Tapi ternyata di luar kampus, hal itu menjadi hal yang biasa. Ya, ketika seseorang keluar dari zona nyaman (kampus termasuk di dalamnya), terkadang hal seperti yang saya alami ini menjadi sesuatu yang menggoyahkan.

Pertama kali menghadiri pertemuan itu, saya berangkat dengan salah seorang di anggota halaqoh, janjian di sebuah TKIT. Dan setelah berkenalan ternyata mbaknya kalo di kampus seumuran dengan angkatan 2008. Ya, pikir saya mungkin banyak yang masih seumuran dengannya karena daerah ini mahasiswinya pun banyak.

Sampai pada tempat halaqoh, berdatanganlah anggota lingkaran ini satu per satu. Dan tak dinyana tak disangka. Saat perkenalan, di dalam kelompok itu ada seorang teman dari bulik saya. Beliau berkata, “Dulu saya pernah main ke tempat buliknya mbak, bulik mb teman kami dulu (sambil menunjuk rekan di sampingnya). Trus ibunya mbak dulu guru saya, sekarang jadi rekan kerja di MTs. Eh, nggak taunya mbak jadi teman di halaqoh saya. Dunia memang sempit.” Kata beliau sambil tersenyum.

Ya Allah… Subhanallah.. Memang rencana-Mu tak pernah dapat dijangkau dengan akal. Engkau eratkan kembali tali silaturahim itu. Makanya sepertinya saya mengenal wajah-wajah di hadapan saya. Tapi siapa? Saya pun masih berpikir kapan dan dimana ketemunya. Ternyata saat itu memang saya masih kecil, SD atau SMP mungkin, hehe.

Disana juga ada ustadzah TKIT, SDIT yang dulu pernah jadi pembimbing adik saya yang hampir lulus ini. Walaupun ini hanya sementara (karena nantinya akan balik lagi ke kampus), tapi semuanya jadi pelajaran berharga. Ada nasihat tersirat bahwa jangan pernah berangan-angan akan selalu berada pada ‘zona nyaman’.

Tapi yang nyenengin, setiap Liqo disini pasti ketemu sama adek-adek kecil yang lucu-lucu banget! :D Walaupun beda jauh dengan suasana lingkaran dikampus sana yang bisa dibilang masih unyu-unyu banget, ketemunya sama temen seorganisasi mungkin, bahasannya seputar kampus, wisma, dan wajihah. Maka disini saya temukan hal baru yang lebih mengarah pada dakwah secara keseluruhan.

Sehari setelah pertemuan pertama itu pun saya kembali dihadapkan pada kenyataan. Ada seseorang yang berpesan,”sesuk mbak, ojo lali bali deso mbangun deso”. Ya, mengingat banyak ‘penurunan’ yang terjadi disini karena hampir semua pemuda-pemudinya pada merantau ke kota lain. Selalu miris jika membandingkan suasana sekarang dengan saat masih kecil. Kalau pengen memutar waktu tak mungkin, yang ada harus memperbaikinya.

Darisini saya tarik kesimpulan bahwa Allah memberi saya istirahat (yang sebenarnya tidak saya inginkan) ini, salah satunya menyadarkan saya bahwa kedepan jangan pernah berharap akan terus bertahan di zona nyaman, karena lambat laun pasti akan keluar dari itu semua. Jangan pernah meninggalkan kampung halaman karena disanalah ladang amal yang harus digarap.

Kalau kata orang, “buat apa cari ilmu jauh-jauh, dapet pendidikan yang baik & layak, tapi tidak menularkan kebaikannya pada kampung halamannya.”

Saya sering dapet wejangan ini disadari atau tidak, “Besok kalau sudah sukses, jangan lupakan daerah yang sudah mendidikmu waktu kecil. Bangun daerah itu, karena itu kewajibanmu. Jangan terlena dengan suasana nyaman di daerah rantaumu itu karena disana memang sudah banyak orang-orang pinter.” Kata beliau-beliau dengan logat & bahasa jawanya.

Sungguh sangat berarti pelajaran ini, Rabbi… Memang benar, siapapun itu harus ada yang memperbaikinya. Kalau bukan saya mungkin akan digarap oleh orang lain. Tapi yang terpenting pesan itu sudah disampaikan, tinggal bagaimana sang empu menanggapinya.

Dan itulah proses kaderisasi. Jika hanya berputar pada mereka yang ‘mengerti’ saja, maka semua itu ya sama saja. Memang jika telah tumbuh benih-benih baru, harus disebar ke tempat lain yang membutuhkan kerindangannya. Disebar sesuai dengan porsi dan kebutuhan..

Sekian, 1 pertemuan yang banyak cerita, yang bakal ada cerita-cerita lain yang lebih bisa diambil pelajarannya lagi. Bismillah.. Allah… Engkau Maha Penyayang, selalu ada kejutan dan kejutan… :)

Jaga Semangat Ramadhan, Yuukk :)

Pagi semuaaa... :D
Hari ahad ini sejuk ya.. kalo di Semarang sih, hehe :)
Mumpung masih Syawal, mau 'bersih-bersih' blog, mau otak-atik..
Banyak yang udah ditulis, tapi belum dipublikasiin..
Banyak cerita dan hikmah yang bertebaran ramadhan kemarin, sebelumnya juga...
Waaa... udah lama banget rasanya nggak kayak gini, kangen jadinya berbagi cerita disini..
Bismillah, insyaAllah nggak bakal menurun kan ya semangat Ramadhannya???
Harus terus di-charge semangatnya!
Jadiin setiap harinya kita kayak ramadhan, belum tentu lho bakal diijinkan ketemu sama ramadhan lagi...
Makanya, dari sekarang ciptain sendiri iklim ramadhannya! :D
Setelah ramadhan, diisi sama puasa nyaur (kalo ada hutang puasa), trus lanjut puasa Syawal, abis itu Daud deh, atau kalo ga ya puasa Senin-Kamis, Ayyaumul Bidh lah ya.. :)

Qiyamul Lail-nya juga jangan bolong-bolong. Biasanya nih ya, kalo sekali dua kali dibangunin sama 'alarm' nya Allah tapi kitanya nggak mau bangun, misal bilang 'ah, ntar aja deh, 15 menit lagi..' percaya nggak percaya, kita bakal susah bangun pagi dan kebiasaan ramadhan kita lama-lama pupus hilang entah kemana..
Makanya kalo 'alarm'nya Allah udah bunyi tuh, segera deh baca do'a bangun tidur, trus ambil air wudhu, itu udah 2 ikatan syetan kelepas, baik lagi ditambah sama sholat malam, semua ikatannya bakal lepas deh. Syetannya kalah! :)
Di sepertiga malam terakhir, Allah turun ke langit dunia. Allah Maha Mendengar, bakal Allah dengarkan baik-baik permohonan kita.
Dan kamu tahu, kenapa orang yang sering sholat malam itu wajahnya sejuk bercahaya indah dipandang? Karena dia setia banget bercengkrama dengan Allah di saat yang lain tidur terlelap. Karena Allah transfer sinar cahaya dari 'Arsy-Nya malam itu. Siapa sih yang nggak pengen dapet cahaya dari Allah??? Makanya fastabiqul khoirot! Berlomba-lomba cepet-cepetan bangun dan 'curhat' sama Allah :)

Al-Ma'tsuratnya jugaa... Dzikir pagi-sorenya, dijagain tuh. Aneh nggak sih kalo kita minta dijaga terus sama Allah tapi kita nggak jaga setia kita pada-Nya? Dzikir itu mengingat, mengingat Allah dalam setiap aktivitas kita, wajib looh.. Allah nggak bakal minta imbalan atas semua yang telah diberikan pada kita, tapi apa kita nggak ada rasa syukurnya gitu sampai-sampai suruh dzikir aja alesannya setumpuk?

Dhuha... Dhuhaa... jangan sampai itu hanya jadi rutinitas pas ramadhan.. Ramadhan dhuhanya rajiin banget. Eh pas udah keluar dari ramadhan, rasanya udah sibuk sama perjalanan mencari nafkah yang tiada henti-hentinya. Akhi ukhti.. kita memang berikhtiar, tapi Allah lho Yang Menentukan Segalanya, hasil ikhtiar itu ada di Allah. Maka jangan lupa mintanya sama Allah, sumbernya itu Allah.. :)

Tilawah.. nih yang biasanya nyusut nggak karuan kalo udah keluar dari Ramadhan. Biasanya 2juz per hari kalo ramadhan, nyampe khatamnya sebulan 2 kali. Eh, pas ramadhan udah pergi, jadi menyusut 1 juz per harinya, trus jadi setengahnya lagi, lama-lama cuma berapa lembar atau halaman aja. Heeeii... futurnya jangan berlebihaan... emang baca satu huruf itu ada 10 pahala, yang penting baca setiap harinya. Emang batas khatam dan ukuran tak futur atau hati terjaga itu kalo khatamnya nggak lebih dari 40hari. Tapi apa salah kalo ada yang berkomentar, "Ramadhan bisa 5juz bahkan lebih per hari, itu artinya kemapuanmu bisa lebih dari 1juz per hari. Kesibukan tak bisa dijadikan alasan. Justru karena semakin sibuk itu harusnya semakin rajin juga kita ketemu sama Qur'an. Rasulullah hanya mewanti-wanti agar jangan kurang dari 3 hari khatamnya, itupun karena banyak muamalah yang harus dijalankan."

Masih banyak sih amalan-amalan lain, atur sendiri-sendiri yaa.. Tergantung kebiasaan.. Yang baik dibiasakan untuk terus dipupuk, yang nggak baik dibiasakan untuk ditinggalkan.. ^^

Yukk.. di Ramadhan, di luar Ramadhan, harusnya semangatnya sama! :) cuma saat Ramadhan memang kita dituntut lebih karena saat itu syetan-syetan sedang dibelenggu, jadi nggak ada alasan kita sedang digoda :p itu digoda sama nafsu kebiasaannya sendiri berarti, hehe. Ramadhan, di luar Ramadhan, istiqomahnya harus terus dijaga. Jangan banyak alasan! Karena lihat deh, ada ikhwan-akhwat yang amalannya bisa melebihi kita, Allah kasih waktu sama, 24 jam. Dan waktu terbuang atau nggak, waktu termanfaatkan atau nggak, itu tergantung pribadi masing-masing. Jadi, jangan buat waktu yang kita punya, waktu yang udah Allah berikan, terbuang sia-sia. Manfaatkan waktu itu dengan baik...

Istiqomah... Istiqomaah... yukk bareng-bareng.. :)