30 Mei 2012

Dapatkah Planet Kita Lihat?

Dapatkah kita mengamati planet yang ada di tata surya kita? Mungkin di antara kita ada yang bertanya seperti itu. Jawabannya adalah bisa, tetapi tidak semuanya. Lalu, planet mana saja yang bisa kita amati?

Kangen euy belajar tentang astronomi… :) semoga bermanfaat… :)

Dari 7 planet (tidak termasuk Bumi), 2 planet akan sulit diamati dengan mata telanjang (Uranus dan Neptunus) karena terlalu redup, 2 planet akan hanya dapat diamati di sekitar waktu matahari terbit atau tenggelam (Merkurius dan Venus) karena kedua planet tersebut mengorbit matahari pada jarak yang lebih dekat daripada bumi, dan 3 planet akan relatif lebih mudah diamati sepanjang malam (Mars, Jupiter, dan Saturnus), walaupun belum tentu sepanjang tahun kita bisa mengamatinya. Di antara kelima planet yang dapat diamati tersebut, kesempatan kita untuk mengamati Merkurius paling kecil karena kita hanya dapat mengamatinya sebelum matahari terbit atau sesudah matahari tenggelam dengan durasi tidak lebih dari 1,5 jam.

Setelah mengetahui besarnya peluang kita untuk dapat mengamati planet, tentunya sekarang kita ingin tahu bagaimana menikmati keberadaan planet di antara banyaknya bintang pada suatu malam dengan langit yang cerah. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sebuah titik terang tertentu di langit adalah planet? Cara untuk membedakannya relatif mudah setelah latihan yang cukup, yaitu bintang akan tampak berkedip sementara planet tidak.

Sebagai contoh dan latihan, cobalah mengamati planet Jupiter yang akan tampak sebagai bintang terang di sekitar rasi Sagittarius di beberapa malam ini. Dan karena Jupiter sangat terang (magnitudo -2.7), Anda tidak perlu takut mengalami kesulitan dalam mencari objek ini. Planet ini relatif mudah dikenali. Dan saya lampirkan peta langit untuk tanggal 16 Agustus 2008 pukul 19.30 WIB dengan lokasi di Semarang.

Semarang, 16 Agustus 2008 19.30 WIB


Setelah matahari tenggelam pandanglah arah timur, kemudian dengan ketinggian sekitar 40 derajat dari horison Anda akan menemukan bintang yang sangat terang. Itulah Jupiter. Untuk memastikan bahwa yang Anda lihat adalah Jupiter, coba bandingkan “bintang” terang tersebut dengan beberapa bintang lainnya. Misalnya di sebelah barat laut ada bintang merah Arcturus (magnitudo -0.04), di sebelah timur laut ada Vega (0.03), di sebelah selatan ada 4 bintang yang membentuk rasi Salib Selatan/Layang-Layang dan dua bintang yang menunjuk ke arahnya, yaitu Alfa dan Beta Centauri. Jika sudah menemukan bintang-bintang tersebut, buktikan apa yang sudah saya tulis di atas. Bintang-bintang akan nampak berkedip, sedangkan Jupiter tidak.

Bagaimana?

Tazkiyatun Nafs

Roda kehidupan terus menggelinding. Banyak cerita dan episode yang dilewati pada setiap putarannya. Ada sedih, ada senang. Ada derita, ada bahagia. Ada suka, ada duka. Ada kesempitan, ada keluasan. Ada kesulitan, dan ada kemudahan. Tidak ada manusia yang tidak melewatinya. Hanya kadarnya saja yang mungkin tidak selalu sama. Maka, situasi apapun yang tengah engkau jalani saat ini, tenangkanlah hatimu ..

Manusia bukan pemilik kehidupan. Tidak ada manusia yang selalu berhasil meraih keinginannya. Hari ini bersorak merayakan kesuksesan, esok lusa bisa jadi menangis meratapi kegagalan. Saat ini bertemu, tidak lama kemudian berpisah. Detik ini bangga dengan apa yang dimilikinya, detik berikutnya sedih karena kehilangannya. Maka, episode apapun yang sedang engkau lalui pada detik ini, tenangkanlah hatimu ..

Cerita tidak selalu sama. Episode terus berubah. Berganti dari satu situasi kepada situasi yang lain. Berbolak-balik. Bertukar-tukar. Kadang diatas, kadang dibawah. Kadang maju, kadang mundur. Itulah kehidupan. Namun, satu hal yang seharusnya tidak pernah berubah pada kita; yaitu, hati yang selalu tenang dan tetap teguh dalam kebenaran …

Saudaraku, ketenangan sangat kita butuhkan dalam menghadapi segala situasi dalam hidup ini. Terutama dalam situasi sulit dan ditimpa musibah. Jika hati dalam kondisi tenang, maka buahnya lisan dan anggota badan pun akan tenang. Tindakan akan tetap pada jalur yang dibenarkan dan jauh dari sikap membahayakan. Kata-kata akan tetap hikmah dan tidak keluar dari kesantunan, sesulit dan separah apa pun situasi yang sedang kita hadapi. Dan dengan itu lah kemudian –insya Allah- kita akan meraih keuntungan.

Ketenangan Milik Orang yang Beriman

Ketenangan adalah karunia Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Tentang hal ini Allah berfirman:
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Fath [48]: 4)

Syaikh Abdurrahman As-Si’dy rahimahullah berkata, “Allah mengabarkan tentang karunia-Nya atas orang-orang yang beriman dengan diturunkan kepada hati mereka sakinah. Ia adalah ketenangan dan keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan yang menggoyahkan hati, mengganggu pikiran dan melemahkan jiwa. Maka diantara nikmat Allah atas orang-orang yang beriman dalam situasi ini adalah, Allah meneguhkan dan menguatkan hati mereka, agar mereka senantiasa dapat menghadapi kondisi ini dengan jiwa yang tenang dan hati yang teguh, sehingga mereka tetap mampu menunaikan perintah Allah dalam kondisi sulit seperti ini pun. Maka bertambahlah keimanan mereka, semakin sempurnalah keteguhan mereka.” (Taisir al Karim: 791)
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ

“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Taubah [9]: 26)
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. Al Fath [48]: 18)

Senjata Orang Beriman

Jiwa yang tenang dan hati yang teguh adalah senjata orang-orang shaleh dari sejak dahulu dalam menghadapi kondisi sulit yang mereka temui dalam kehidupan mereka.

Ashabul Kahfi adalah diantaranya. Saat mereka mengumandangkan kebenaran tauhid dan orang-orang pun berusaha untuk menyakiti mereka, sehingga mereka terusir dari tempat mereka dengan meninggalkan keluarga dan kenyamanan hidup yang sedang mereka nikmati, serta tinggal di gua tanpa makanan dan minuman, ketenangan dan keteguhanlah yang membuat mereka mampu bertahan. Allah berfirman tentang mereka,

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al Kahfi [18]: 14)

Dalam perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita tentu ingat kisah perjalanan hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Ketika mereka berdua masuk ke dalam gua, berlindung dari kejaran orang-orang musyrik yang saat itu tengah dalam kemarahan yang memuncak dan dengan pedang-pedang yang terhunus, hingga Abu Bakar berkata, “Jika salah satu mereka menundukkan pandangannya ke arah kedua sandalnya, niscaya ia akan melihat kita.” Dalam kondisi genting itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penuh ketenangan berkata, “Bagaimana menurutmu tentang dua orang, yang Allah ketiganya.” (Lihat Shahîh al Bukhâri no: 3653, Shahîh Muslim no: 2381)

Allah berfirman:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.” (QS. Al Taubah [9]: 40)

Kisah lain yang sangat menakjubkan adalah kisah pada hari perang badar. Musuh dalam kondisi sangat kuat dan digdaya, dengan persenjataan yang cukup lengkap di depan mata, menghadapi tentara Allah yang sedikit, persenjataan kurang dan tanpa persiapan untuk berperang. Akan tetapi ketenangan bersemayam dalam hati-hati mereka. Maka Allah memenangkan mereka dengan kemenangan yang jelas.

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, “Oleh karena itu, Allah mengabarkan tentang turunnya ketenangan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman dalam situasi-situasi sulit.” (Madâriju al Sâlikîn: 4/392 cet. Dâr al Thîbah)

Meraih Ketenangan

Jika demikian penting ketenangan dalam hidup kita, karena kesuksesan juga sangat bergantung kepadanya, maka bagaimanakah cara untuk meraih ketenangan itu? Sebagian orang mencari ketenangan dengan perbuatan sia-sia, sebagian mereka bahkan mencari ketenangan di tempat-tempat kemaksiatan. Semua itu keliru dan fatal akibatnya. Alih-alih ketenangan, semua itu justru akan semakin membuat hati diliputi kesedihan. Jika pun ketenangan didapatkannya, namun ia adalah ketenangan yang palsu dan sesaat.
Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir al Syatsry –semoga Allah menjaganya- dalam kitabnya “Hayâtu al Qulûb” menyebutkan arahan-arahan yang terdapat dalam al Qur`an dan sunnah untuk meraih ketenangan tersebut:

1. Berkumpul dalam rangka mencari ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada:
« مَا اجتمعَ قَوم في بيت من بُيُوتِ الله تباركَ وتعالى يَتْلُونَ كتابَ الله عزَّ وجلَّ ، ويَتَدَارَسُونَهُ بينهم ، إِلا نزلت عليهم السكينةُ ، وَغَشِيَتْهم الرحمةُ ، وحَفَّتْهم الملائكة ، وذكرهم الله فيمن عنده »
“Tidaklah suatu kaum berkumpul sebuah rumah Allah tabaraka wa ta’ala, mereka membaca Kitabullah azza wa jalla, mempelajarinya sesama mereka, melainkan akan turun kepada mereka sakinah, rahmat akan meliputi mereka, para malaikan akan mengelilingi mereka dan Allah senantiasa menyebut-nyebut mereka dihadapan malaikan yang berada di sisi-Nya.” (HR Muslim no. 2699)

2. Berdoa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya pernah mengulang-ulang kalimat doa berikut dalam perang ahzab:
فَأَنْزِلَنَّ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا وَثَبِّتِ الأَقْدَامِ إِنْ لَاقِينَا
“Maka turunkanlah ketenangan kepada kami
Serta teguhkan lah kaki-kaki kami saat kami bertemu (musuh)”
Maka Allah memberikan mereka kemenangan dan meneguhkan mereka.

3. Membaca al Qur`an.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ »
“Ia adalah ketenangan yang turun karena al Qur`an.” (HR Bukhari: 4839, Muslim: 795)

4. Memperbanyak dzikrullah.
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al Ra’du [13]: 28)

5. Bersikap wara’ (hati-hati) dari perkara syubhat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْبِرُّ مَا سَكَنَتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَالإِثْمُ مَا لَمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَلَمْ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمُفْتُونَ
“Kebaikan itu adalah yang jiwa merasa tenang dan hati merasa tentram kepadanya. Sementara dosa adalah yang jiwa meresa tidak tenang dan hati merasa tidak tentram kepadanya, walaupun orang-orang mememberimu fatwa (mejadikan untukmu keringanan).” (HR Ahmad no. 17894, dishahihkan al Albani dalam Shahîh al Jâmi no: 2881)

6. Jujur dalam berkata dan berbuat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Sesungguhnya jujur itu ketenangan dan dusta itu keragu-raguan.” (HR Tirmidzi no: 2518)
Begitu pun semua ketaatan kepada Allah dan sikap senantiasa bersegera kepada amal shaleh adalah diantara faktor yang akan mendatangkan ketenangan kepada hati seorang mukmin. Jika kita selalu mendengar dan berusaha untuk mentaati Allah dan rasul-Nya, maka hati kita akan kian tenang dan teguh. Allah berfirman:

“…Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An Nisâ [4]: 68)

Saudaraku, jika kita dapat mempertahankan ketenangan hati sehingga senantiasa teguh berada dalam jalan Allah, apa pun yang terjadi kepada kita, maka bergembiralah, karena kelak saat kita meninggalkan dunia yang fana ini, akan ada yang berseru kepada kita dengan seruan ini:

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al Fajr [89]: 27-30) (Lihat Hayâtu al Qulûb: 90-91)

Wallâhu ‘alam, wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.
[Meteri ilmiah dalam tulisan ini banyak diispirasi oleh Kitab Madâruju al Sâlikîn karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh, cet. Dâr al Thîbah dan Kitab Hayâtu al Qulûb cet. Dâr Kunûz Isybîliyâ karya Syaikhunâ Dr. Sa’ad bin Nâshir al Syatsry hafidzahullâh]
Riyadh, 27 Jumada Tsani 1433 H
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni Universitas Al Azhar Mesir dan da’i di Maktab Jaliyat Bathah Riyadh KSA)
Artikel Muslim.Or.Id
Dari artikel Tenangkanlah Hatimu — Muslim.Or.Id by null

25 Mei 2012

BERAPA SIH GAJI ABI


 

coba dibaca... :)

BERAPA SIH GAJI ABI

"Kok, belum tidur?" sapa ahmad sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang abi menuju ruang keluarga, Imron menjawab,
"Aku nunggu abi pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji abi?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji abi? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari abi bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji abi dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara abi-nya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika ahmad beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.
"Kalau satu hari abi dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam abi digaji Rp 40.000,- dong," katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah ahmad. Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan abi-nya berganti pakaian, Imron kembali bertanya,
"abi, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? abi capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."
"Tapi, abi..."
Kesabaran ahmad habis. "abi bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, ahmad nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, ahmad berkata, "Maafkan abi, nak. abi sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun abi kasih."

"abi, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."
"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya ahmad lembut.
"Aku menunggu abi dari jam 8. Aku mau ajak abi main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu abi itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu abi. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena abi bilang satu jam abi dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari abi," kata Imron polos.

Ahmad terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.
 
Subhanallah... membaca cerita ini seakan melihat fenomena yang ada di sekeliling kita saat ini. Kebanyakan orang tua ada yang tak sabar kepada anak2nya. Padahal sifat sabar itu tak ada batasnya, dan jangan sampai kita membuat batasan untuk sabar itu sendiri.
Banyak orang tua yang tidak mau mendengar alasan sang anak karena dipikirnya merekalah yang tahu segalanya. Padahal bisa saja sang anak itulah yang menjadi perantara untuk sebuah hikmah yang mungkin tak pernah diduga sebelumnya.
banyak pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini.. Semoga membuka mata hati kita semua dalam menelisik sebuah kejadian. :) Semangat! Ishbir shobron jamiilaa...

23 Mei 2012

Apakah kita Tahu?? Ramadhan ini...

Tulisan Ramadhan tahun lalu... Masya Allah... masih tersimpan sampai sekarang hhe... Malas itu emang awal dari segala penyakit... :)
Kembali mengenang Ramadhan tahun lalu... 57 hari lagi menuju Ramadhan tahun ini... yukk... istiqomah... :)
Jadikan Ramadhan tahun ini lebih baik dari Ramadhan kemarin... dan bayangkan bahwa ramadhan ini mungkin adalah Ramadhan terakhirmu, maka persiapkan dengan sebaik-baiknya kawan... :D

Allah ciptakan kita ke dunia bukanlah tanpa tujuan.
Allah memberi amanah kepada kita tuk jadi khalifah tidaklah tanpa pedoman.
Allah menuntun kita untuk melaksanakan ibadah bukan pula tanpa sebuah makna.
Apakah kita tahu apa yang Allah inginkan?
Pasti hidup manusia akan sejahtera tak kurang suatu apa jika mereka memang telah mengerti apa itu keinginan Allah.
Tapi pada kenyataannya?? Tak sedikit orang yang memeluk Islam hanya karena ia tak punya pilihan lain,
Ada yang masuk Islam karena memang itu agama keturunan dari nenek moyangnya,
Ada yang masuk Islam karena ingin mendapat imbalan..
Ya, jika diruntut masih banyak alasan seseorang masuk Islam.
Tapi kenapa tak ada yang memiliki alasan yang berarti? Itu dia permasalahan aqidah ummat Islam sekarang ini. Mereka berbondong-bondong masuk Islam, tapi tanpa tujuan. Mereka mengaku Islam, tapi tak pernah mengindahkan perintah dan larangan Allah. Dan terlebih lagi, mereka masuk Islam, tapi tak pernah mau tahu apa ajarannya.
Masya Allah.. beginikah ummat jaman sekarang? Hanya menjadikan Islam sebagai topeng?
Hm..sangat disayangkan. Padahal umat Yahudi Nashrani saja sangat mempercayai sebuah hadits Islam. Tapi kenapa kita, Umat Islam sendiri malah tak pernah memperhatikannya? Boro-boro memperhatikan, tahu “hadits” itu apa saja nggak ngerti..
Apa yang akan Rasulullah katakan jika beliau melihat semua ini? Maka benar firman Allah di Surah Al-Waqi’ah.. “ dan orang-orang yang paling dahulu beriman merekalah yang paling dahulu (masuk syurga). Mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah). Berada dalam syurga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang terdahulu. Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (10-14)”
Maksud dari segolongan orang terdahulu adalah umat sebelum Nabi Muhammad. Sedangkan segolongan kecil itu adalah umat Nabi Muhammad.
Lalu apa yang akan kita katakan kali ini? Yang paling banyak masuk syurga adalah mereka umat sebelum Nabi Muhammad. Lalu kita? Itu menandakan bahwa yang akan masuk syurga dari umat Rasulullah SAS., hanya seper-sekian gelintir orang. Yang mereka pasti adalah yang dekat dengan Allah. Para sahabat, tabi’in-tabi’ut tabi’in, dan para da’i/da’iah yang tak lelah menyebarluaskan ilmu Allah kepada umat manusia.
Disini hanya tempat untuk merenungi betapa kita mengenal Allah. Seberapa dekat sebenarnya kita dengan-Nya. Sejauh manakah kita telah meninggalkan-Nya. Seberapa banyak amalan yang telah kita lakukan. Bagaimana ibadah kita? Khusyu’ kah? Atau malah pikiran kita melayang kesana kemari saat beribadah kepada-Nya?
Astaghfirullah.. betapa banyak dosa yang telah kita perbuat.
Kapan terakhir kita shalat malam?
Bagaimana kabar shalat kita, berjama’ah atau munfarid?
Kapan terakhir kita membaca Al-Qur’an?
Apakah ayat Allah itu hanya kita baca, lalu tak mempelajari maknanya?
Apakah hanya di hafal, namun tak ada aplikasinya di rutinitas sehari-hari?
Kapan kita terakhir shalat dhuha dengan khusyuk? Pasti banyak dari kita yang karena terlalu sibuk, shalat dhuha hanya berapa menit, atau malah lupa melaksanakannya?
Padahal jika direnungi, do’a shalat dhuha sangatlah dalam maknanya.
Lalu jika ditanya, kapan kita terakhir bersedekah? Lalu ditanya lagi apakah niat kita ikhlas atau tidak? Masya Allah.. Allah Maha Tahu Segalanya, baik itu di dalam hati kita..
Kenapa kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya diinginkan Allah? Karena kita yang tak pernah mau tahu apa sebenarnya  keinginan Allah.
Jika kita mau menelisik, semua itu ada di dalam ayat Al-Qur’an. Apa yang kita tanyakan ada di dalam sana. Apa yang kita risaukan pasti ada jawabannya disana. Lalu kenapa kita bingung-bingung saat akan bertanya tentang sesuatu? Padahal Allah selalu siap sedia mendengarkan curahan hati kita. Kapan saja, terutama saat sepertiga malam terakhir, Allah turun ke langit dunia.
Di saat itu, kita bercerita, lalu kita menangis di setiap sujud kita pada-Nya, lalu membaca ayat-ayat-Nya, dan yang pasti renungilah ayat-ayat-Nya. Rasulullah yang telah terbebas dari seluruh dosa saja sampai tak mau rela meninggalkan waktu mustajab tersebut. Beliau slalu menyisihkan malam-malam terakhirnya untuk menghadap-Nya, bercerita tentang pelik kehidupan yang sedang dialaminya, dan tak lepas tangisan dari setiap do’anya.
Nah kita? Masih terlelap dalam mimpi-mimpi tidur mungkin ya..
Hm……… Lalu apa sebenarnya sebutan yang tepat bagi diri kita??
Mulai sekarang, jadikan diri kita bermanfaat. Bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Beribadah kepada Allah adalah kebutuhan kita, bukan sekadar kewajiban. Allah tak akan merugi jika kita tak melaksanakan kewajiban. Allah juga tak akan bertambah derajat jika kita melakasanakan perintah-Nya. Tapi kita-lah yang akan merugi jika kita meninggalkan perintahnya dan mendekati larangan-Nya.
Sungguh kita hamba yang hina jika menyia-nyiakan perintah Allah.. Tapi sungguh, kita adalah hamba yang mulia jika kita berhasil dekat dengan Allah. Allah telah siapkan syurga bagi mereka-mereka yang berusaha mendekat pada-Nya……

Mari,, Fastabiqul Khoirot!!! *_*


Sedikit share tentang sesuatu yang biasa kita hadapi....
Semoga bermanfaat....
Hamasah!! Semangat menyambut bulan Ramadhan nan suci....
H-57 hari lagi kawan!!!
Persiapkan dengan sematang-matangnya....
OKOK!!

24 Mei 2012

Lama tak membuka2 blog ini. Kangen rasanya... :) Tulisan kesimpen semua di draft, ga dipublish-publish... ckck...
Sepertinya harus mulai istiqomah lagi... menebar cerita... berbagi kisah... di dunia maya ini... :)
FASTAQIM!!!

"Sebaik-baik seseorang adalah ia yang bermanfaat bagi yang lain... :)"

07 Mei 2012

Tersenyumlah DI Jalan Dakwah Ini ^^

Jum’at, 16 Desember 2011

“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah mnghitung manis senyummu. Saat sapamu tdk terjawab, Allah takkan lupa ats apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dlm kebaikan tdk terpenuhi, lelahmu akn menjadi hiasan ditaman-Nya.”

Nada dering Handphoneku berbunyi. Sebuah sms dari seorang sahabat.
“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah mnghitung manis senyummu.
Saat sapamu tdk terjawab, Allah takkan lupa ats apa yang kau katakan.
Saat ajakanmu dlm kebaikan tdk terpenuhi, lelahmu akn menjadi hiasan ditaman-Nya.
Saat engkau menangis ats perihnya perjuanganmu, Allah tak lalai mnghitung stiap tetes air matamu.
Saat mereka meninggalkanmu, Allah akan slalu ada bersamamu!
Jangan hanya mengharapkan perubahan dalam dakwah ini!
Fikirkan tentang KONTRIBUSI yg dapat kita berikan.
Semoga Allah mencintaimu… :)


Subhanallah. Hatiku bergetar membacanya. Memang, jalan dakwah adalah panjang, berliku, menanjak, dan penuh onak duri. Seperti itulah dakwah. Namun ketika kita ikhlas menjalaninya, dakwah itu akan menjadi indah. Meminjam ucapan ustadz Rahmat Abdullah, “Seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan menarik seluruh potensi yang ada pada dirimu. Mulai dari tidurmu, sadarmu, mimpimu, gerakmu, jalanmu, bahkan diammu untuknya.”

Meniti langkah di jalan dakwah tidaklah mudah. Tidak juga sulit. Tidak mudah, karena jalan dakwah ini hanya sedikit orang yang memilihnya. Sehingga kita haruslah benar-benar ikhlas mengharapkan pertolongan serta ridho Allah dalam meniti jalan dakwah ini.

Sampaikanlah walau satu ayat. Perintah dakwah ini tentu sudah sangat sering kita dengar. Tentu saja, dakwah adalah hal yang sangat penting dalam regenerasi para muslim kita ini. Bisa dibayangkan kalau saja para sahabat enggan berdakwah setelah Rasulullah wafat, entah bagaimana kondisi kita saat ini. Nikmat islam belum tentu bisa kita rasakan seperti hembusan yang kita dapatkan ini.

Tersenyumlah menghadapi jalan dakwah ini, Saudaraku!

Ringankan bebanmu dengan senyuman. Tatap optimis masa depan dengan senyuman. Jemputlah kebahagiaan dengan senyuman. Tinggalkan kesedihan dengan senyuman. Sambut saudaramu dengan senyuman. Buat mereka bahagia dengan senyumanmu.

“Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu perbuatan baik walaupun hanya menyambut saudaramu dengan SENYUMAN” (H.R. Muslim)

Ketika kehidupan memberi kita seribu alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kita memiliki sejuta alasan untuk tersenyum. Nikmati setiap detik waktu dan akhiri kelelahan di jalan dakwah ini dengan kata keikhlasan. Indahnya hidup bukanlah dari seberapa banyak orang mengenal kita. Namun seberapa bahagia orang-orang telah mengenal kita!

Buatlah saudara kita tersenyum telah mengenal kita. Ketika mereka tengah dalam risau gundah, senyummu-lah yang mengangkat mereka kembali dari keterpurukan. ketika rekan kita di jalan panjang dakwah ini mengalami letih, senyummu-lah yang mengobatinya. Ketika rekan dakwah kita tengah goyah, senyummu-lah yang menguatkan. Betapa indah senyum itu. ^_^

Itulah mengapa Allah SWT memerintahkan kita untuk saling berwasiat dalam kebaikan dan saling berwasiat dalam kesabaran. Mengapa sabar? Karena istiqomah dalam jalan dakwah bagaikan memegang bara api. Menyakitkan dan sangat berat. Perlu penguat sesama kader dakwah untuk tetap istiqomah di jalan dakwah ini.

TERSENYUMLAH DI JALAN DAKWAH INI, KAWAN… ^_^