20 Desember 2015

Sistem Pendidikan Terbaik

Oleh: Muhammad Husnan



Sekitar Empat tahun yang lalu tepatnya di awal Ramadhan 1433 H Saya mengikuti kuliah subuh di Masjid dekat rumah. Ustadz yang berceramah menceritakan kisah nyata dari seorang rektor salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang sedang mencari sistem pendidikan terbaik yang dapat menghasilkan dan mencetak generasi yang cerdas, bermartabat dan bisa bermanfaat bagi bangsa dan agama.

Untuk mencari sistem pendidikan terbaik, rektor tersebut pergi ke Timur Tengah untuk meminta nasihat dari seorang ulama terkemuka di sana. Ketika bertemu dengan ulama yang ingin ditemuinya, lalu dia menyampaikan maksudnya untuk meminta saran bagaimana menciptakan sistem pendidikan terbaik untuk kampus yang dipimpinnya saat ini.

Sebelum menjawab pertanyaan dari rektor, ulama tersebut bertanya bagaimana sistem pendidikan saat ini di Indonesia mulai dari tingkat bawah sampai paling atas?

Rektor menjawab, "paling bawah mulai dari SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, D3 3 tahun atau S1 4 tahun, S2 sekitar 1.5 - 2 tahun, dan setelah itu S3 untuk yang paling tinggi.

Jadi untuk sampai S2 saja butuh waktu sekitar 18 tahun ya? Tanya Sang Ulama.
Iya, jawab rektor tersebut.

Lalu bagaimana jika hanya lulus sampai di SD saja selama 6 tahun, pekerjaan apa yang akan bisa didapat? Tanya kembali Sang Ulama.

Kalau hanya SD paling hanya buruh lepas atau tukang sapu jalanan, tukang kebun dan pekerjaan sejenisnya. Tidak ada pekerjaan yang bisa diharapkan jika hanya lulus SD di negeri Kami. Jawab si rektor.

Jika Lulus SMP bagaimana?
Untuk SMP mungkin jadi office boy (OB) atau cleaning service, jawab kembali si rektor. Kalau SMA bagaimana?

Kalau lulus SMA masih agak mending pekerjaan nya di negeri Kami, bisa sebagai operator di perusahaan-perusahaan, lanjut si rektor.

Kalau lulus D3 atau S1 bagaimana? Bertanya kembali Sang Ulama. Klo lulus D3 atau S1 bisa sebagai staff di kantor dan S2 bisa langsung jadi manager di sebuah perusahaan, kata si rektor.

Berarti untuk mendapatkan pekerjaan yang enak di negeri Anda minimal harus lulus D3/S1 atau menempuh pendidikan selama kurang lebih 15-16 tahun ya? Tanya kembali sang Ulama. Iya betul, jawab si rektor.

Sekarang coba bandingkan dengan pendidikan yang Islam ajarkan. Misal selama 6 tahun pertama (SD) hanya mempelajari dan menghapal Al-Qur'an, apakah bisa hapal 30 juz? Tanya Sang Ulama. Inshaa Alloh bisa, jawab si rektor dengan yakin. Apakah ada hafidz Qur'an di negeri Anda yang bekerja sebagai buruh lepas atau tukang sapu seperti yang Anda sebutkan tadi untuk orang yang hanya Lulus SD? Kembali tanya Sang Ulama. Tidak ada, jawab si rektor.

Jika dilanjut 3 tahun berikutnya mempelajari dan menghapal hadis apakah bisa menghapal ratusan hadis selama 3 tahun? Bisa, jawab si rektor. Apakah ada di negara Anda orang yang hapal Al-Qur'an 30 juz dan ratusan hadis menjadi OB atau cleaning service? Tidak ada, jawab kembali si rektor.

Lanjut 3 tahun setelah itu mempelajari tafsir Al-Qur'an, apakah ada di negara Anda orang yang hafidz Qur'an, hapal hadis dan bisa menguasai tafsir yang kerjanya sebagai operator di pabrik? Tanya kembali ulama tersebut. Tidak ada, jawab si rektor. Rektor tersebut mengangguk mulai mengerti maksud sang ulama.

Anda mulai paham maksud Saya? Ya, jawab si rektor.
Berapa lama pelajaran agama yang diberikan dalam seminggu? Kurang lebih 2-3 jam, jawab si rektor.

Sang ulama melanjutkan pesannya kepada si rektor, jika Anda ingin mencetak generasi yang cerdas, bermartabat, bermanfaat bagi bangsa dan agama, serta mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus nanti, Anda harus merubah sistem pendidikan Anda dari orientasi dunia menjadi mengutamakan orientasi akhirat karena jika Kita berfokus pada akhirat inshaa Alloh dunia akan didapat. Tapi jika sistem pendidikan Anda hanya berorientasi pada dunia, maka dunia dan akhirat belum tentu akan didapat.

Pelajari Al-Qur'an karena orang yang mempelajari Al-Qur'an, Alloh akan meninggikan derajat orang tersebut di mata hamba-hambaNya. Itulah sebabnya Anda tidak akan menemukan orang yang hafidz Qur'an di negara Anda atau di negara manapun yang berprofesi sebagai tukang sapu atau buruh lepas walaupun orang tersebut tidak belajar sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi karena Alloh yang memberikan pekerjaan langsung untuk para hafidz Qur'an. Hafidz Qur'an adalah salah satu karyawan Alloh dan Alloh sayang sama mereka dan akan menggajinya lewat cara-cara yang menakjubkan. Tidak perlu gaji bulanan tapi hidup berkecukupan.

Itulah pesan Sang Ulama kepada rektor tersebut. Mari kita didik diri dan keluarga kita agar senantiasa selalu membaca, mempelajari, dan menghapal Al-Qur'an agar hidup kita dimudahkan dan berkecukupan. Totalitas menjadi karyawan Alloh bukan hanya karyawan dari seorang manusia.

Semoga bermanfaat.
Silahkan di share agar semakin banyak yang terinspirasi untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur'an

#CoPas

19 Desember 2015

Tafsir Q.S. Al-Mukminun: 1-11


Kajian Tafsir 

19 Desember 2015
Oleh: Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc., Al-Hafidz

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Standar Sukses Bagi Manusia Yang Beriman
Tafsir Q.S. Al-Mu'minun: 1-11

1. Shalat yang khusyu' (dalam kualitasnya)
Harus terpola dalam pikiran kita, bahwa shalat harus identik dengan kekhusyu'an.
Apa saja yang harus dilakukan agar bisa khusyu':

  • Apabila manusia berbahagia dengan amal shalihnya.
Diriwayatkan dalam hadits: "Barangsiapa yang merasa berbahagia dengan amal shalihnya maka dia benar2 beriman."

Bahagia mencakup 3 kondisi: sebelum, saat, dan sesudah melakukan amal shalih.
Ada ibadah yang disebut At-Tabkiir; yaitu ibadah dalam bentuk bersiap-siap shalat. Orang seperti ini bahagia, menyongsong satu kegiatan yang membahagiakannya.
Siapa yang menunggu shalat wajib di masjid, maka masa menunggunya dinilai sbg ibadah shalat. Jadi dengan menunggu, otomatis jiwanya teradaptasi dengan berdzikir kepada Allah SWT.

  • Terlepas dari seluruh kegiatan sebelum shalatnya.

Istilah "takbir al ihram" adalah memutus semua kegiatan. Tidak hanya zhahir, tapi juga bathin. 10 menit ini milik Allah sepenuhnya.

  • Fokus terhadap semua yang diucapkan saat sholat.
  • Timbulnya perasaan semacam sedih akan berpisah. 

Ibarat manusia yang ingin berpisah dengan orang yang dicintainya.
Kalau bukan krn Allah, tidak mungkin diri ini bisa shalat seperti ini.
  • Ia tidak merasa bahwa dirinya paling hebat. 
Begitu selesai shalat, kalimat pertama yang terucap adalah Istighfar; Dzikir dan shalat sunnah (utk menambal kekurangan dlm pelaksanaan shalat wajib)
  • Kualitas dzikir manusia itu saat di luar shalat.
Jika sepanjang hari banyak melakukan ketaatan maka akan lebih mudah.
Example: Puasa, Tilawah.
Berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak, karena punya pengaruh dengan shalat khusyu'

2⃣. Jauh dari kegiatan yang tidak bernilai (laghwu).
Laghwu: 
1. Kegiatan yang mengandung maksiat (paling berat bobot laghwu-nya).
2. Kegiatan yang terlalu banyak dalam urusan mubah.
Dalam hadits dikatakan: Laghwu bisa berubah menjadi ketaatan ketika diniatkan utk kebaikan.
Misalnya:

🔺Dalam rangka merehatkan jiwa
Example: Nonton TV-> laghwu; bisa jadi hilang laghwu-nya ketika diniatkan sebagai selingan. Misalkan setelah tilawah 2 juz, membantu orang lain, dan lain-lain.

Sa'atan ba'da Sa'ah yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk merehatkan jiwa setelah melakukan kebaikan, maka kegiatan tersebut tidak menjadi laghwu.

🔺Kegiatan itu punya manfaat untuk ketahanan keluarga.
Example:
-Seorang ibu yang sekian jam bermain dengan anaknya; yang akan menambah keakraban antara diri dengan anaknya.
-Seorang istri bersama suami atau sebaliknya.
Mengobrol, mengantar istri ke pasar; maka itu adalah kegiatan yang bernilai.

3⃣ Menunaikan zakat


4⃣ Selalu menjaga kehormatannya (tidak berzina) kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. 
Example: 
Poligami masih menjadi sesuatu yang tercela di masyarakat. Terlepas dari masyarakat yang belum siap dalam urusan poligami; jangan sampai orang yang poligami dicitrakan dengan citra yang tercela.
Tapi terhadap orang yang berzina, tidak dicela.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

5⃣ Memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 
Dalam bab Muamalah
Example: Meminjam uang, setelah pinjam pura2 lupa; maka ia termasuk orang yang kehilangan sifat ra'un.
Islam sangat menekankan untuk menghormati hak orang lain.
Dalam Al-Quran surat An-Nuur ayat 61; didikan ayat ini hendaklah orang beriman terhadap ayat ini harus ra'un. Tujuannya: agar hubungan orang beriman dengan keluarganya terjaga.

6⃣ Menjaga shalatnya (dalam pelaksanaannya)🔺Selalu -> sepanjang hidup
🔺Menjaga waktunya: Terbiasa tepat waktu / tidak terbiasa menunda-nunda.
Salah satu rahmat Allah terhadap orang yang 'Yuhafidzun'(menjaga) adalah ketika suatu saat ia berhalangan, maka ia tetap dinilai Yuhafidzun.
example: Selalu tepat waktu, tapi karena perjalanan menjadi mundur waktu shalatnya, maka ia dinilai sebagai yuhafidzun.
Wallahu A'lam Bishshawab

15 Desember 2015

kangen :)

Tak banyak kata yang ingin terucap, kecuali kata ini..
Ya Allah... Engkau memang menjadikan masa lalu itu sangat berarti, agar kami dapat belajar menghargai waktu. Bagaimanapun kusamnya masa lalu,,tetaplah ia sangat berarti. Bagaimanapun sebel dan keselnya dengan seseorang saat itu, ketika Engkau pisahkan kami dalam jarak yang jauh, maka akan timbul rasa itu..

kangen...

Ya,, rasa itu begitu kuaat. kangen,, rinduu.. dengan segalanya yang terjadi di waktu yang lalu.

Rindu akan segala canda tawa, tangis, marah, kesal, sebel pada saat itu.

Dan biasanya, kami baru sadar waktu tak dapat diulang kembali ya di saat-saat seperti ini. ketika jarak semakin jauh, waktu kami selalu berbeda jika berencana untuk bertemu sebentar saja, dan ternyataa, akhirnya hanya dapat bertemu di dunia maya saja.

Ah... memang penyesalan selalu di akhir.

Maka seharusnya,, jadikan waktu yang ada sekarang menjadi waktu-waktu yang istimewa, waktu-waktu yang berarti.

Untuk siapapun itu, mereka yang dekat maupun yang jauh.

karena kita tak pernah tahu, apakah yang menjadi sebab kita masuk ke dalam surga-Nya. Maupun siapa saja yang menjadi wasilah kita masuk ke dalamnya.

Waktu... Jarak..

Allah memang menciptakan jarak agar hamba-Nya mengerti betapa bermaknanya waktu dan kesempatan yang kita miliki sekarang :)