26 Juni 2012

Robbatul Qulub

ROQU, Robatul Qulub, nama yang tak asing terdengar di telingaku. Nama yang kami ber delapan buat saat itu pagi hari di masjid kampus tercinta. Dan tentunya tak terlupakan, ada yang menemani kami saat membuat nama itu.

Rekomposisi…

Hmm, satu kata yang luar biasa. Kata yang memiliki kekuatan dasyat dan membuat hati kami tergetar saat itu. Teringat saat mba Yuni memberitahu kepada kami bahwa kami akan direkomposisi, kami langsung terdiam seribu bahasa, dan beberapa detik kemudian kami pun menunjukkan ekspresi masing-masing, yang intinya ga mau yang namanya rekomposisi, hehe.

Akhirnya, saat itu juga, kami memutuskan untuk membuat nama untuk lingkaran tercinta kami, walaupun di rekomposisi, minimal kami memiliki nama, memiliki banyak kenangan disini :) . Dan setelah diskusi panjang, kami akhirnya menemukan nama yang slalu membuat kami menyatu, Robatul Qulub, Ikatan Hati.
Mungkin karena itulah hati-hati kami terikat, terikat dengan kuat dalam tali ukhuwah yang indah ini.

Terpilihnya nama ini juga karena harapan besar, agar kapanpun, dimanapun, dan dalam kondisi apapun, hati-hati kami tetap terikat :) .

Mungkin nama ini juga menjadi do’a (#katanya kan sebuah nama itu adalah do’a ^_^)
2 tahun hingga saat ini, akhirnya lingkaran kami tak berubah,
Hanya, ada satu teman yang berpindah lingkaran, namun sama saja sebenarnya, intensitas bertemu kami juga masih sering.

Itulah pentingnya sebuah nama, ia adalah do’a.

Ia adalah pengerat.
Ia adalah kekuatan hati.
Ia pun yang menjadi simbol akan kenangan-kenangan kami hingga saat ini, bahkan sampai Allah menyatukan kami kembali ke dalam surga-Nya. ^_^

Tak ada suatu penyesalan akan sebuah pertemuan. Aku tak pernah menyesal bertemu dengan kalian, mengenal kalian, dan berbagi suka dan duka bersama kalian. Dan yang pastinya tak akan ada yang namanya ‘mantan’, , , , :D

Kalian adalah keluargaku disini :) , lingkaran pertamaku, yang sebenarnya sejak dulu aku menginginkannya namun slalu terhalang (#terhalang karena suatu keadaan yang tak memungkinkan. Hehe)



Untuk lingkaran pertamaku, murobbi pertamaku, mas’ul, serta teman-teman seperjuangan, kuhaturkan lantunan do’a untuk lingkaran kecil kita, untuk mengikatkan hati-hati kita, dan semoga malaikat pun slalu menaungi kita dalam lingkaran ini… :)

Do’a Rabithah
 
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu,
telah berjumpa dalam taat padaMu,
telah bersatu dalam dakwah padaMu,
telah berpadu dalam membela syari’atMu…
Kukuhkanlah, ya Allah, ikatannya…
Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya…
Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahayaMu yang tiada pernah pudar…
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepadaMu dan keindahan bertawakkal kepadaMu…
Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat padaMu…
Matikanlah kami dalam syahid di jalanMu…
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong…
Ya Allah… Aamiiin… Sampaikanlah kesejahteraan, ya Allah, pada junjungan kami, Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan…

1 Tamparan untuk 3 Pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di luar negeri, lalu dia kembali ke tanah airnya.
Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencarikan seorang guru agama, kiyai atau siapa saja yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.

Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan seorang kiyai yang diminta oleh anaknya.

Dari sinilah terjadi sebuah perbincangan yang unik.
> Pemuda : Anda siapa? Dan apakah Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
> Kiyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan Anda.
> Pemuda : Anda yakin? Sedangkan Profesor dan orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
> Kiyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
> Pemuda : Saya ada 3 pertanyaan:
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya
2. Apakah yang dinamakan takdir
3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan untuk setan.


Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras.

> Pemuda : (sambil menahan sakit) Kenapa Anda marah kepada saya?
> Kiyai : Saya tidak marah. Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.
> Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
> Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
> Pemuda : Tentu saja saya merasakan sakit.
> Kiyai : Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?
> Pemuda : Ya!
> Kiyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu!
> Pemuda : Saya tidak bisa.
> Kiyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama…kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
> Kiyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
> Pemuda : Tidak.
> Kiyai : Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?
> Pemuda : Tidak.
> Kiyai : Itulah yang dinamakan takdir.
> Kiyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
> Pemuda : Kulit.
> Kiyai : Terbuat dari apa pipi anda?
> Pemuda : Kulit.
> Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
> Pemuda : Sakit.
> Kiyai : Walaupun setan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk setan.
:) pemuda itu pun akhirnya terdiam. Tak dapat dia mengelak lagi.
Subhanallah…Allah Maha Besar…

Dia telah memberikan ‘sedikit ilmu’ ini kepada para hamba-Nya yang terpilih. :)
Sehingga seorang kiyai yang mungkin hanya dipandang sebelah mata oleh mayoritas orang dapat menjawab 3 pertanyaan yang sulit untuk orang-orang pintar bahkan professor.

Namun seorang kiyai ini dapat menjawabnya dengan mudah, hanya dengan 1 JAWABAN.
Memang semuanya ada di dalam Al-Qur’an, dan hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat mengetahuinya.
—Tunggu pada sesi keajaiban Al-Qur’an ^_^—

22 Juni 2012

Surat Cinta Palestina untuk Indonesia

Teringat Palestina… Bumi Islam, Bumi para Nabi…

Inilah Surat Cinta Palestina untuk Indonesia. Mungkin telah sering terdengar dan terbaca. Tapi, tak inginkah kita merenungkannya sekali lagi… sekali lagi… dan sekali lagi…???

Baca… Renungkan… Pahami… Resapi… Lalu berikan solusi…:)

Untuk saudaraku di Indonesia,
Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun, jika kalian tetap bertanya kepadaku,kenapa?? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini.
Bukankah demikian saudaraku??? Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari Jama’ah haji asal Indonesia. Dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini?!!. Wah…,sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

Lalu saya mengatakan kepadanya. Saudaraku, jika jumlah jama’ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 sampai sekarang di gabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat di banding kalian yah? Wah.., pasti uang kalian sangat banyak yah, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya. Subhanallah…

Wahai saudaraku di Indonesia,

Pernah saya berkhayal dalam hati. Kenapa saya dan kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah.., pasti sangat indah dan mengagumkan yah. Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negeri kalian. Pasti para ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko. Dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan. Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku di Indonesia.

Tidak seperti di negeri kami ini saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil. Ya, diatas mobil saudaraku!! Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade tahun 2009 lalu. Namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya. Walau, terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum.

Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan, dan di tempat sampah. Itu yang kami dapat dari informasi televisi. Dan yang membuat saya terkejut dan merinding. Ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus Abortusnya untuk wilayah ASIA.

Astaghfirullah… Ada apa dengan kalian..???

Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini. Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati.
Namun, bukanlah diselokan-selokan atau got-got, apalagi ditempat sampah, saudaraku!!! Mereka mati syahid, saudaraku!

Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!!!
Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel, saudaraku. Bagi kami nilai seorang bayi adalah Aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri ini. Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 desember 2009 kemarin, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami. Namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar. Allahu Akbar!!!

Wahai saudaraku di Indonesia,

Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah.
Namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, dan menderita busung lapar. Apa karena kalian sulit mencari rezki disana? Apa negeri kalian sedang di blokade juga?
Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan. Walau sudah lama kami diblokade. Kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai Tata usaha di kantor pemerintahan Hamas. Sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah SWT yang akan mencukupkan rezki untuk kami.

Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku. Dan Perdana menteri kami, yaitu ust. Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan Bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai Saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan. Di Negeri antum, seperti yang diceritakan teman saya tersebut, program pengajian kalian pasti bagus bukan. Banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan buku-buku pasti kalian telah lahap. Kalian pun sangat bersemangat bukan? itu karena kalian punya waktu.

Sedangkan kami tidak memiliki waktu yang banyak disini, wahai saudaraku. Satu jam, ya, satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh. Setelah itu kami harus terjun langsung ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepada kami. Kami di sini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut. Walau Cuma satu jam saudaraku.

Tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, seperti ta’aruf, tafahum dan takaful di sana.

Hafalan antum pasti lebih banyak dari kami. Semua pegawai dan pejuang Hamas di sini WAJIB menghapal surat Al Anfal sebagai nyanyian perang kami. Saya menghapal di sela-sela waktu istirahat perang. Bagaimana dengan kalian??

Akhir desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1000 anak yang tahun ini menghapal Al Qur’an. Umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al Qur’an ketimbang anak-anak kami disini.

Di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang. Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan. Diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma, yah, di tempat itulah mereka belajar Saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan al quran mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.

Wahai Saudaraku di Indonesia,

Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah…., kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini. Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia.

Namun bukan hanya tangisan kalian yang kami butuhkan, saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai Bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya. Oh iya, hari semakin larut. Sebentar lagi adalah giliran saya untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang islam di Indonesia.

21 Juni 2012

Tsabita, Keluarga Pertamaku

Aku ingin bercerita… bercerita kepada kalian tentang sebuah nama…

…Tsabita…

Kusebut keluarga pertamaku disini. Setelah lulus dari SMA dan melanjutkan kuliah di Semarang, pertama kali yang aku kenal adalah wisma Tsabita. Sebuah rumah kontrakan kecil berisikan 10 kamar, dan dari sinilah aku mengenal semuanya.

2 tahun di Tsabita bukanlah waktu yang singkat bagiku untuk mengenal satu sama lain, 1 tahun berlalu berganti pula orang-orang yang ada di dalamnya. Dari sinilah aku belajar untuk memahami satu per satu kepribadian seseorang, karena wisma ini terkenal dengan wisma yang paling banyak penghuninya bila dibandingkan dengan wisma akhwat teknik yang lain. Dan karena banyak penghuninya itu, maka semakin ribetlah waktu untuk kumpul bareng, hehe.

Bisa dibuktikan, selama 2 tahun aku di Tsabita, ga pernah bisa yang namanya ngumpul bareng semuanya dalam satu waktu, baik itu buat foto wisma, jalan2 wisma, makan bareng, syuro, dan lain-lain. Pasti adaa aja yang berhalangan pada hari itu, padahal udah ditentukan jauh-jauh hari… tapi tetep aja kaya gitu, hehe. Pada sibuk semua euy orang-orangnya… :D , tapi insyaAllah sibuk yang bermanfaat… :)

Tapi inilah yang membuatku cinta pada rumah ini :) . Dengan kesibukannya, dengan keheningannya, dengan banyak pro kontra di dalamnya, dari sinilah rasa cinta itu ada. Semua canda-tawa, sedih, senang, tangis-air mata, semuanya terbingkai dalam lingkaran wisma tsabita. Tali persaudaraan yang begitu kuat inilah yang mempersatukan hati-hati kami. Hmm… mungkin aku akan rindu dengan kehangatan di wisma ini.

Tsabita…

Wahana ilmu pertamaku di Semarang.
Dari wisma ini aku belajar tentang kasih sayang, belajar tentang kehangatan sebuah keluarga, belajar tentang arti kedisiplinan, dan tentunya belajar tentang islam.

Tsabita…

Perekat ukhuwah islamiyah antar saudara seiman.
Wisma yang terkenal paling banyak penghuninya, yang pasti pernah ada masalah di dalamnya. Tapi hal inilah yang membuatku kerasan, karena Allah slalu memberikan hikmah di setiap masalah yang ada. Itulah ‘lem perekat’ yang Allah berikan pada kami.

Tsabiters 2011

Tsabita

Dari sini juga aku semakin memaknai arti gotong royong dan lapang dada. Saling membantu satu sama lain, saling berbagi cerita, berbagi canda-tawa, berbagi suka-duka, semuanya ada disini :) .

Tsabita2012 ^_^

Tsabita…

Aku bakal rindu rumah ini, rumah yang slalu ramai dengan tilawah, baik tilawah saudariku yang kusayang sampai tilawah setiap syuro yang ada. Ya, semenjak pertama kali aku melangkahkan kaki disini, setiap hari pasti adaa aja yang nge.tag Tsabita untuk syuro. Pernah sewaktu aku belum terbiasa disini, siang hari saat aku keluar dari kamar terdengar suara ikhwan-akhwat yang mendiskusikan sesuatu.

Pernah kutanya kepada mbak Meike,
“mba, kenapa sih ga syuro di lain tempat? Kok di tsabita, kan jadi rame.” .. “kan kita dapet pahala juga dek kalo memberikan tempat untuk majelis, lagian wisma kita jadi penuh doa, baik itu doa dari mereka yang pernah kesini maupun doa rabithah. Dan yang terpenting banyak tilawah-tasmi’, rumah kita penuh lantunan Qur’an, apa ga seneng? Keberkahan Allah insyAllah datang dengan sendirinya.”

Oh, gitu…baru tahu. Okelah, aku hanya manggut-manggut kala itu. Tapi memang itulah yang kurasakan sekarang. Mungkin karena suara penyejuk qolbu itulah hati-hati kami terikat, dengan doa rabithah yang terlantun setiap al-ma’tsurat, ukhuwah itu pun terasa.

Tsabita…

Sebuah keluarga yang membuatku merasa memiliki seorang ‘kakak’. :) ya, derita anak bungsu nih, Cuma punya adek, ga ada kakak, tapi slalu berperan sebagai kakak :) . Dari sinilah aku merasakan kasih sayang. Ditambah lagi secara umur, aku yang terkecil diantara yang lain, hmm… jadi bener-bener waktuku untuk bermanja2 tahun pertama dulu, hehe.

Tsabita… mungkin tak bisa terungkap dengan kata-kata kenangan yang ada. Kenangan Tsabita itu ada di setiap orang dan tak mungkin aku menulis kenanganku dengan mereka satu persatu (bakal berapa buku yang akan terbit??? hha).

Aku bakal rindu suasana wisma ini. Ramainya wisma,,, sepinya wisma,,, semua ada kenangannya masing-masing. Dari sini aku mendapatkan kakak, teman, dan adik, tentunya saudara senasib sepenanggungan dalam agama Allah. ^_^

Rasa sayang dan cinta ini tak akan pudar, karena ia telah terikat dalam ikatan persaudaraan yang kuat. Ikatan itu ada karena Allah yang mempersatukan. Bagaimanapun nanti, dimanapun aku tinggal selanjutnya, Tsabita tetaplah wismaku :) penuh dengan kenangan dan ilmu (#iyalah 2 tahun cuy :D )

Uhibbukunna fillah ukhti…

Terima kasih telah mengajarkanku arti tarbiyah :)
Rindu ini akan selalu ada untuk kalian…

*1 bulan menjelang kepergian dari tsabita >,<*

20 Juni 2012

Hijjaz-Aku Hanya Umar

Sebelum disapa sinar iman
Kau bagaikan singa yang mengganas
Membunuh anak perempuanmu
Tanpa rasa belas dan kasihan
 
Dipandu hati sekeras batu
Jahiliah yang menyesatkan
Bila nur Al-Quran menusuk ke jiwa
Lunturlah segala keangkuhanmu
Berubah dan beralih arahmu
Terbentur segala kekejaman
Menjadi wira miskin nestapa
Membela yang tak berupaya
Tidurmu di rimbunan tamar
Tenangmu tiada tercalar
Berbantal lengan tanpa pengawal
Berselimut embun keimanan

Di malam yang hening
Meratap menyesali diri
Pada dosa kealpaan
Dibasuh dengan airmata
Memohon keampunan Tuhan

Engkau khalifah berjiwa hamba
Mentadbir tanpa singgahsana
Menghina diri di hadapan Allah
Kemuliaan diri manusia
Mulia hidup bersulam taqwa
Mulia matimu kau syuhada
Pergi rohmu ke alam tinggi
Terbang menuju ke syurgawi

Aku hanya seorang Umar
Kemuliaanku kerana Islam
Semua ke syurga kecuali dia
Ku bimbangi dialah diriku?

Hati sekeras batu
Menjadi selembut air
Jadi teman kebenaran
Jadi musuh pada kebatilan

19 Juni 2012

Rapuh itu Jauh

detik waktu terus berjalan
berhias gelap dan terang
suka dan duka tangis dan tawa
tergores bagai lukisan

seribu mimpi berjuta sepi
hadir bagai teman sejati
di antara lelahnya jiwa
dalam resah dan air mata
kupersembahkan kepadaMu
yang terindah dalam hidup

meski ku rapuh dalam langkah
kadang tak setia kepadaMu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah padaMu

maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintaiMu
dalam dadaku harap hanya
diriMu yang bertahta

detik waktu terus berlalu
semua berakhir padaMu
— Opick = Rapuh —

Sebuah lagu yang sering kali kudengarkan kala diri ini rapuh. Rapuh, futur karena merasa jauh dari Allah. Rapuh, tak kuat menahan beban yang Allah berikan di pundakku. Rapuh, kala air mata ini mengalir tanpa ada henti. Rapuh, kala pikiran ini tak menjangkau apa yang telah Allah rencanakan untukku.

Sebenarnya… setiap mereka pasti pernah merasakan ‘jatuh’. Baik itu aktivis dakwah ataupun mereka yang belum terlalu mengenal tentang islam. Sulit untuk mengungkapkan sesuatu yang berkecamuk di dalam pikiran dan hati ini kepada orang lain yang berbeda sekali keadaannya dengan kita. Berbeda dalam hal sifat, berbeda dalam hal pemahaman, berbeda dalam hal memandang suatu masalah.

Semuanya sungguh terasa berat dikala tak ada yang dapat memahami kita. Masalah demi masalah itu serasa tertumpuk tak karuan menjatuhi kita. Tak ada orang di sekeliling kita yang dapat membantu memindah dan menyelesaikan tanggung jawab yang sedang kita pikul. Semua terasa berat… beraatt sekali…

Sendiri… yah, pasti itu yang akan kita rasakan saat ‘rapuh’ itu datang. Merasa dalam kesendirian, padahal banyak orang di sekitar kita. Merasa tak ada yang bisa diajak untuk membantu menyelesaikan masalah, padahal sebenarnya ada banyak orang yang menawarkan bantuan. Merasa bahwa hanya kita yang memiliki masalah ini, padahal di sekitar kita banyak yang juga sedang mengalaminya namun kita yang sering kali tak menyadari karena merasa ‘paling menderita’. Dan masih banyak lagi sesuattu yang dirasa saat ‘rapuh’ ini menyapa.

Sebenarnya banyak yang telah memberikan nasehat tentang ini-itu, tapi kembali pada diri kita masing-masing bagaimana memandang korelasi antara masalah dengan nasehat yang diberikan. Sebuah nasehat itu mudah untuk diberikan, namun kadang sulit untuk direalisasikan. Aku pun menyadari, aku banyak ngasi nasehat kepada seseorang yang sedang ‘rapuh’, tapi saat aku sendiri ‘rapuh’, aku tak bisa berbuat apapun. Pikiran ini serasa bercabang kemana-mana, entah telah sampai mana dan sedang membahas apa, aku pun tak tahu.

Diam… yah, itulah yang paling sering aku lakukan saat masalah dan kerapuhan itu menyapa. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk hal ini. Ingin bercerita pun aku tak tahu harus bercerita kepada siapa dan mulai dari mana. Inginnya orang di sekitar itu tahu tanpa aku harus memberi tahu mereka, tapi itu pun tak mungkin. Aku tak mungkin menginginkan semua orang berpikir seperti diriku. Setiap orang punya ciri khas dan kepribadian masing-masing dan sulit bagi kita untuk memaksa mereka mengerti kita.

Pernah aku ingin bercerita kepada orang yang kuanggap kakak, tapi aku tak tahu harus mulai bercerita darimana. Akhirnya aku hanya bisa menangis di hadapannya. Dan beliau pun berkata,

“Janganlah kau berharap bahwa semua orang harus mengerti dirimu, karena itu sama saja pemaksaan. Janganlah kau berpikir bahwa dirimu adalah yang paling menderita, tapi berpikirlah bahwa ada yang lebih memiliki masalah yang lebih besar darimu. Dan janganlah kau menggantungkan dirimu untuk bercerita kepada orang lain, karena sebenarnya yang memberimu masalah itu Allah, jadi berceritalah pada Allah dan mintalah jalan keluar kepada-Nya. Karena tak ada yang lebih mengerti dirimu kecuali IA yang menciptakanmu… :)

karena sebenarnya yang memberimu masalah itu Allah, jadi berceritalah pada Allah dan mintalah jalan keluar kepada-Nya. Karena tak ada yang lebih mengerti dirimu kecuali IA yang menciptakanmu…


Ya Allah… tahukah kalian? Serasa bergetar hati ini mendengar kalimat terakhir ini. Serasa diri ini sangat kecil, tapi lupa akan Pencipta yang telah menciptakan. “Allah tak akan memberikan ujian dan cobaan kecuali sesuai dengan kemampuan hamba-Nya”

Tinggal bagaimana kita mencerna apa yang sedang Allah rencanakan untuk kita. Allah pastilah punya misi terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Sayangnya kita belum tahu apa sebenarnya maksud Allah, kenapa Allah memberikan perkara ini?

Aku tahu kenapa ‘dia’ yang kuanggap kakak itu dapat memberikan nasehat itu padahal aku sendiri pun belum bercerita apa masalahku. Semakin banyak pengalaman hidup, pastinya akan semakin banyak hikmah yang dapat diambil, dan aku tahu, beliau pasti dahulu juga pernah mengalaminya bahkan lebih berat daripada aku.

Kala itu hatiku tenang karena nasehatnya, kini aku kembali merasa kering. Mencoba untuk mengingat dan melakukan apa yang beliau katakan, namun tetap saja belum berhasil. Mencoba menyemangati orang lain sembari menyemangati diriku sendiri, namun masih saja belum merasa tersirami. Aku tahu, aku tahu persis bahwa seseorang tidak akan diuji kecuali Allah tahu seberapa kemampuannya. Aku pun tahu, bahwa seseorang akan selalu diuji dengan ujian yang sama jika ia belum lulus dalam ujian itu, dan akan beranjak ke tingkat selanjutnya. Tapi… mengapa?

Aku rindu mereka yang slalu mendengar ceritaku… Aku rindu mereka yang slalu memberikan nasehat padaku…

^^Juni 2012^^

06 Juni 2012

Tangisan Rasulullah Mengguncangkan Arsy

Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:

“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badwi itu pula.

Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.

“Tuan ini Nabi Muhammad?!”

“Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya:

“Wahai orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.

Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata:

“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi.

Maka orang Arab itu pula berkata:

“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badwi itu. “Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,’ jawab orang itu.

‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan
memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!’

Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:

“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya.

Allah sudah mengampuni semua kesalahannya dan ia akan menjadi temanmu di syurga nanti!” Betapa sukanya orang Arab badwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.

Subhanallah,,, membaca cerita ini seakan-akan aku berada di dekat Rasulullah SAW saat itu. Surga Allah slalu menanti setiap orang yang mengagungkan nama-Mu, mencintai-Mu, ya Rabb… dan mencintai Rasul-Mu… ^_^

Semoga kita termasuk ke dalamnya… :) Aamiiin…

Nasehat Imam Syafi'i kepada Muridnya, Imam Al-Muzany

Imam Al-Muzany bercerita, “Aku menemui Imam Asy-Syafi’i menjelang wafatnya, lalu aku berkata, “Bagaimana keadaanmu pagi ini, wahai ustadzku?”

Beliau menjawab, “Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia, akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelakan amalanku. Aku tidak tahu, apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur kesedihannya.”

Aku berkata, “Nasehatilah Aku.”

Asy-Syafi’i berpesan kepadaku,
“Bertakwalah kepada Allah, permisalkanlah akhirat didalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua matamu dan jangan lupa engkau akan berdiri dihadapan Allah. Takutlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, jauhilah apa-apa yang Dia haramkan, laksanakanlah segala yang Dia wajibkan, dan hendaklah engkau bersama Allah dimanapun engkau berada.

Jangan sekali-kali engkau menganggap kecil nikmat Allah terhadapmu -walaupun nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan bersyukur. Jadikanlah diammu sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai dzikir dan pandanganmu sebagai pelajaran. Maafkanlah orang yang menzholimimu, sambunglah orang yang memutus silaturrahmi kepadamu, berbuat baiklah kepada siapa yang berbuat jelek kepadamu, bersabarlah terhadap segala musibah, dan berlindunglah kepada Allah dari api neraka dengan ketakwaan.”

Aku berkata, “Tambahkan (nasehatmu) kepadaku.”

Beliau melanjutkan,
“Hendaknya kejujuran adalah lisanmu, menepati janji adalah tiang tonggakmu, rahmat adalah buahmu, kesyukuran adalah thaharahmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang adalah perhiasanmu, kecerdikan adalah daya tangkapmu, ketaatan sebagai mata pencaharianmu, ridha sebagai amanahmu, pemahaman adalah penglihatanmu, rasa harap adalah kesabaranmu, rasa takut sebagai jilbabmu, shadaqah sebagai pelindungmu dan zakat sebagai bentengmu.

Jadikanlah rasa malu sebagai pemimpinmu, sifat tidak tergesa-gesa sebagai menterimu, tawakkal sebagai baju tamengmu, dunai sebagai penjaramu dan kefakiran sebagai pembaringanmu. Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, haji dan jihad sebagai tujuanmu, Al-Qur’an sebagai pembicaramu dengan kejelasan, dan jadikanlah Allah sebagai penyejukmu. Siapa yang sifatnya seperti ini, surga adalah tempat tinggalnya.”

Kemudian Asy-Syafi’i mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta’bir. Lalu beliau bersya’ir (dengan terjemahan):

Kepada-Mu -wahai ilah segenap makhluk, wahai pemilik anugerah dan kebaikan
kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa.
Tatkalah hati telah membatu dan sempit segala jalanku
Kujadikan harapan pengampunanmu sebagai tangga bagiku
Kurasa dosaku teramatlah besar, namun tatkala dosa-dosa itu kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabbku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar
Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan

Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorangpun ahli ibadah yang tersesat oleh iblis
Bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu Adam
Kalaulah Engkau memaafkan aku, maka Engkau telah memaafkan seorang yang congkak, zholim lagi sewenang-wenang, yang masih terus berbuat dosa
Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa walaupun diriku telah Engkau masukkan kedalam jahannam lantaran dosaku
Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang, namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar.”


(Tarikh Ibnu Asakir Juz 51 hal 430-431) dan ditulis ulang dari Majalah An-Nasihah Volume 13 tahun 1429 H/2008 M

Jilbab? Pentingkah?

Sebenarnya, apa sih pentingnya kita pakai jilbab? Jilbab kan buat panas, ga bebas, kaya orang arab, budaya Timur Tengah, dsb (kata sebagian orang). Jilbab… tutupan aurat yang belum semua muslim mengenalnya… mereka tahu, tapi tak mau taaruf… mereka tahu, tapi tak mau bersahabat… Lalu,,, apa sebenarnya pentingnya jilbab itu? Sampai-sampai di dalam Al-Qur’an sangat mementingkan adanya menutup aurat.

Begitu pentingnya jilbab bagi seorang muslimah sehingga dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda :

“Telah berkata Ummu ‘Athiyah saya bertanya : ‘Ya Rasulullah apakah salah seorang dari kami dinyatakan bersalah bila ia tidak keluar (pergi ke tanah lapang) karena ia tidak mempunyai jilbab ?’ Maka sabdanya : ‘Hendaklah temannya meminjamkan jilbab untuknya’” (HR. Bukhari Muslim)

Jadi Rasulullah mewajibkan seorang muslimah untuk mengenakan jilbabnya dalam keadaan apapun, begitu pentingnya hal ini sehingga apabila seorang muslimah tidak mempunyai jilbab beliau menyuruh temannya untuk meminjaminya. Dan, apakah kau ingat sahabat? Saat Rasulullah mendapati wahyu tentang adanya menutup aurat, semua wanita Makkah saat itu langsung mengambil semuanya yang dapat menutup auratnya, sampai-sampai tirai jendela rumah mereka dipakai sebagai jilbab. Begitu patuhnya mereka saat itu.

Sekarang? :) mungkin harus ada hidayah Allah yang masuk ke dalam hati-hati mereka… –kan mau menjilbabi hati dulu–hmm…apakah hati itu akan ter-jilbabi sebelum jilbab itu engkau kenakan ukhti??? :)

Berikut ini beberapa hikmah dari diwajibkannya jilbab bagi seorang muslimah :

1) Sebagai IDENTITAS seorang muslimah
Allah memberikan kewajiban untuk berjilbab agar para wanita mukmin mempunyai ciri khas dan identitas tersendiri yang membedakannya dengan orang-orang non muslim. Dalam sebuah hadits dikatakan :
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud)

2) Meninggikan DERAJAT wanita muslim (muslimah)
Dengan mengenakan jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak membuka auratnya di sembarang tempat, maka seorang muslimah itu bagaikan sebuah batu permata yang terpajang di etalase yang tidak sembarang orang dapat mengambil dan memilikinya. Dan bukan seperti batu yang berserakan di jalan dimana setiap orang dapat dengan mudah mengambilnya, kemudian menikmatinya, lalu membuangnya kembali.

Allah berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. An Nahl (16) : 97)

3) Mencegah dari gangguan laki-laki tak bertanggung jawab
Hal ini mudah dipahami karena dengan seluruh tubuh tertutup kecuali muka dan telapak tangan, maka tidak akan mungkin ada laki-laki iseng yang tertarik untuk menggoda dan mencelakakannya selama ia tidak berperilaku yang berlebih-lebihan. Sehingga kejadian-kejadian seperti perkosaan, perzinaan, dsb dapat dihindarkan
 
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Israa’ (17) : 32)

3) Memperkuat kontrol sosial
Seorang yang ikhlas dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya khususnya dalam mengenakan busana muslimah, Insya Allah ia akan selalu menyadari bahwa dia selalu membawa nama dan identitas Islam dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga apabila suatu saat dia melakukan kekhilafan maka ia akan lebih mudah ingat kepada Allah dan kembali ke jalan yang diridhoiNya…

Wallohuh A’lam

Masih ragukah seorang muslimah untuk mengenakan jilbab?
Tanyakan pada diri masing-masing… Lalu ajaklah kerabat, teman, tetangga, dan saudara muslimah lainnya untuk memakai jilbab, karena jilbab bukanlah hal yang dapat MEMBATASI, tapi MELINDUNGI… :) Itulah bukti cinta Allah pada setiap muslimah… Allah selalu melindungi kita Ukhti… :)