25 Desember 2016

Taujih Qur'ani 8

TAUJIH ::: QUR'ANI
0008/TQ-UA/BK DKI
==============

بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Bahaya Memberi Dukungan kepada
Orang Kafir
oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى

------------------
Rasulullah ﷺ bersabda :
لا تقولوا للمنافق سيدا. فانه ان يك سيدا فقد اسخطتم ربكم عز وجل.
“Janganlah kalian memanggil orang munafik dengan sebutan sayyid ( tuan, sebagai panggilan kehormatan ), karena jika ia benar-benar menjadi tuan (pemimpin), sungguh kalian telah membuat Allah murka.“
(HR. Abu Dawud, Ahmad dan Al Bukhori. Di shohihkan oleh Imam Al Albani).

Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari hadist diatas, di antaranya adalah :
1. Hadits di atas menunjukkan pentingnya baro' (anti loyal) kepada kekufuran walaupun hanya dalam bentuk panggilan kehirmatan karena akan berdampak pencitraan kehormatan.
2. Logikanya, jika kepada orang munafik saja Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk bersikap baro', apalagi kepada orang kafir yang sudah terang-terangan memusuhi Islam dan umatnya.
3. Hadits di atas merupakan larangan bahkan ancaman yang keras bagi orang beriman yang memuliakan manusia yang memusuhi Allah SWT.
4. Pemuliaan terhadap orang munafik terlebih kepada orang kafir, dapat menciptakan branding positif yang dapat mengantarkan mereka menjadi pemimpin masyarakat yg akan menyesatkan atau mengarahkan kepada kemaksiatan.
5. Keimanan yang baik dari seorang Muslim, akan ditunjukkan pada takut dengan ancaman kemurkaan Allah kepada dirinya jika ia berani melanggar larangan-Nya dan larangan Rasul-Nya.
6. Jikapun penghormatan dalam bentuk lisan saja, tidak mungkin dilakukan oleh orang beriman, apalagi jika sampai memilihnya menjadi seorang pemimpin.
7. Semoga memberi pencerahan kepada umat Muslim di manapun berada. Karena jaminan penjagaan Allah ﷻ pasti akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang menjaga hak-hak-Nya (taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya).

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Published by :
______________________
BK DKI
==============
Jakarta,30 Okt 2016

15 Desember 2016

Taujih Qur'ani 6

TAUJIH � QUR'ANI
0006/TQ-UA/ BK DKI
==============
"Ayat Perindu Syurga"

oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ
(فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)
Dari Firman Allah ﷻ di Surat As Sajdah ayat 17 bahwa :
Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang dirahasiakan (oleh Allah ﷻ untuk mereka di Syurga), yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.
Penjelasan ayat diatas diperkuat oleh hadist Qudsi yang artinya :
"Aku sediakan untuk hamba-hambaKu berbagai macam nikmat yang sebelumnya tidak pernah dilihat mata, di dengar telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia." (Al Hadits).

Mari sejenak kita renungi analogi seorang ulama berikut.
Analogi ini mengajak kita membayangkan betapa besar, luas dan agungnya nikmat Allah ﷻ di Syurga nanti.
Semoga dengannya kita semakin merindukan Syurga dengan kerinduan yang sedalam-dalamnya.

Jika anak TK usia 5 tahun. Berkata ; "Aku punya uang banyak." Maka berapa kira-kira yang terbayang di pikiran kita ? Pantasnya seusia anak TK 100 ribu atau 200 ribu, itu bagi mereka tentu sudah merupakan jumlah yang banyak.
Jika seorang pengusaha yang mengatakan, 'Saya punya uang banyak.' Maka presepsi yang ada dibenak kita tentu pantasnya sejumlah ratusan milyar.
Adapun jika seorang Presiden yang mengatakan, 'Saya punya uang banyak.' Maka pantas, jika yang terlintas di benak kita adalah bisa mencapai trilyunan rupiah (dalam kapasitas selaku pemimpin negara, sehingga nilai yang disebutkan adalah aset negaranya).
Sedangkan jika Allah Sang Penguasa Alam Semesta ini yang mengatakan, 'Saya mempunyai kenikmatan yang luar biasa nikmatnya, sampai tidak terjangkau oleh pikiran manusia.' Maka kira-kira sebesar dan sebanyak apa kenikmatan itu?

Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Subhanallah...
Wa lillahilhamd...

Saya yakin anda setuju dengan analogi di atas. Bahwa kenikmatan Syurga itu sangatlah besar dan luas, hingga Allah ﷻ sendiri yang mengatakan bahwa tidak akan dapat dijangkau oleh pikiran manusia.
Pertanyaannya ...
Sudahkah diri kita merindukan Syurga dari hati yang paling dalam ?
Sudahkah kita mampu membuktikan bahwa diri kita adalah benar-benar sang Perindu Syurganya Allah ﷻ ?
Bukti utama seseorang yang merindukan Syurga adalah memiliki semangat beramal sholih dan selalu menjaga amal tersebut. Ia juga mencari variasi amal sholih (yang disyariatkan), sehingga dirinya semakin mantab dalam taqwa.
Kemudian ia juga selalu melakukan penjagaan terhadap amal sholihnya itu agar terus dikerjakan disepanjang hayatnya.
Sang Perindu Syurga juga tidak pernah meninggalkan doa kepada Robb-nya, dengan menyerahkan sepenuh harapan kepada Robb-nya agar dirinya kelak dimasukkan sebagai Penghuni SyurgaNya.
Kerinduan dan pengharapan atas Syurga yang demikian besar ini telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
Sebagai orang yang beriman, antara merindukan Syurga dan takut terhadap Neraka harus berbanding lurus dengan proses tarbiyah keimanannya terhadap Hari Akhirat.

Mengapa pembinaan mental iman terhadap Hari Akhirat ini harus terus diupayakan dan harus selalu mendominasi pikiran kita dalam menjalani aktivitas di dunia ini ?
Karena pada kenyataannya tidak otomatis seorang Muslim itu di dalam hatinya sudah pasti merindukan Syurga dan tidak juga mereka otomatis memiliki rasa takut terhadap Neraka.
Oleh karena itulah seorang Muslim harus terus menjaga dan meningkatkan keimanannya terhadap Kehidupan Akhirat, yang mana hanya 2 kampung saja yang ada disana, yakni Syurga dan Neraka.
Saya sarankan kepada anda, berdoalah sepanjang hidup dengan 3 hal ini :
1. Meminta kepada Allah ﷻ agar menganugerahkan Husnul khotimah.
2. Meminta kepada Allah ﷻ agar Dia menerima Taubat kita.
3. Meminta kepada Allah ﷻ agar diberi hati yang istiqomah dan teguh dalam Dienul Islam sampai akhir hayat kita nanti.
Niscaya Allah ﷻ akan
mudahkan kita untuk memasuki SyurgaNya atas ridho dan rahmatNya.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

==============
Jakarta, 25 Okt 2016

Taujih Qur'ani 5

TAUJIH QURANI
0005/AA/ BK DKI
---------------------------

Menjadikan Al Qur'an sebagai Sahabat
*SHOHIBUL QUR'AN*
--------------------

بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Rasulullah ﷺ bersabda :
« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »
“Bacalah oleh kalian Al Qur'an. Karena ia (Al Qur'an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” 
(HR. Muslim).

Penjelasan :
------------

Point KETIGA
Setelah kita berusaha menjadi pembaca Al Qur'an yang baik dan benar, maka akan tumbuhlah keimanan diri kita terhadap Hari Akhirat, hingga gambaran Suasana Akhirat benar-benar terasa atau visualisasi dalam diri kita.
Kemudian apa langkah setelah itu?
Jadilah pembaca Al Qur'an hingga kita merasakan adanya jalinan persahabatan yang erat dengan Al Qur'an.
Orang yang telah merasakan kedekatan bersama Al Qur'an hingga terjalin persahabatan antara dirinya dengan Al Qur'an, Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai Shohibul Qur'an. 
Sebagaimana disebut oleh hadits diatas dalam bentuk jama' istilahnya adalah Ash-habul Qur'an.

Agar Al Qur'an pada Hari Kiamat memberi Syafa'at kepada kepada kita maka seharusnya kita mempersiapkan diri bagaimana agar layak mendapatkan Syafa'at tersebut. Bagaimana kita agar menjadi Shohibul Qur'an.
Apa kriteria menjadi Shohibul Qur'an?
Pertama:
Menjadi pembaca Al Qur'an yang baik dan benar dan membacanya secara rutin, bahkan berazam akan selalu membaca Al Qur'an sepanjang hayat. Berusahalah membaca Al Qur'an minimal setiap bulan 1 kali khatam 30 Juz.

Pembaca tahunan apa lagi hanya sesekali saja, saat keluarga meninggal bukanlah Shohibul Qur'an.
Kedua
Menjadi pembaca Al Qur'an yang akrab dengan Al Qur'an, baik secara lahir, yakni selalu dekat dengan mushaf Qur'an, maupun secara bathin, yakni semakin mengimani dan selalu berusaha menerapkan seluruh ajarannya.

Dengan mengakrabi Al Qur'an, kita akan banyak mengetahui tentang seluk beluk Al Qur'an. Minimal tahu nama-nama suratnya, sampai faham semua isinya dan seterusnya.
Bagi yang masih awam terhadap Al Qur'an, sudah seharusnya memiliki tekad untuk belajar mengenali Al Qur'an dari semua sisi-sisinya agar Allah ﷻ tetap menerimanya sebagai Shohibul Qur'an.
Selama Allah ﷻ melihat seseorang terus berusaha tanpa henti mengenali kitab suciNya, insyaAllah 'amal tersebut sudah menjadi catatan disisiNya. Sehingga layaklah ia berharap, Allah ﷻ memasukkan dirinya sebagai Shohibul Qur'an.
Ketiga
Menjadi pembaca Al Qur'an yang akrab dengan isi Al Qur'an, sehingga memiliki kecenderungan dan semangat untuk menerapkan isi Al Qur'an dalam realita kehidupannya. Bisa dikatakan bahwa citra dirinya adalah isi Al Qur'an.

Memiliki image-citra diri Qur'ani memerlukan perjuangan ekstra dalam melakukan pendekatan dengan Al Qur'an.
Upaya pendekatan harus dilakukan secara intensive sehingga terbangun kemampuan memahami & kemauan mengamalkan, sehingga melekatlah pada dirinya image pribadi Qur'ani karena ia konsisten dalam menerapkan isi Al Qur'an dalam realita kehidupannya.
Begitulah jawaban Aisyah saat ditanya, bagaimana prilaku Rasulullah ﷺ dalam kehidupan sehari-hari?
Adalah akhlaq Rasulullah ﷺ semua yang ada di dalam isi dari Al Qur'an.
مَاشَآءَاللّهُ

Semoga paparan diatas memberi pencerahan kepada kita semua sehingga muncul rasa optimisme bukan pesimisme untuk meraih predikat sebagai Shohibul Qur'an.
Dan Allah ﷻ hanya akan membantu hambaNya yang selalu memiliki mental optimis untuk menjadi Shohibul Qur'an.
Majlis Qur'ani rohimakumullah...
Mungkin sering terlintas dalam benak kita, betapa beratnya menjadi Shohibul Qur'an itu. 
Ya betul... 
Memang berat.

Karena targetnya adalah Syurga Allah ﷻ. Dan Syurga tersebut adalah Syurga Firdaus. Syurga Allah ﷻ yang tertinggi, yang tidak mungkin didapat jika dengan santai-santai dan upaya yang ringan.
Marilah kita terus bersemangat untuk mendapatkan tiket memasuki Syurga Firdaus dengan gigih, mulailah bertekad meniti proses kedekatan dengan Al Qur'an step by step.
Dari proses interaksi (pendekatan) tersebut insyaAllah akan membuahkan kemantaban keimanan terhadap Al Qur'an.
Kemudian menjadikan Al Qur'an sebagai Pedoman yang akan selalu mewarnai kehidupan kita.
Dan pada gilirannya, kita berharap Allahﷻ masukkan diri kita sebagai Shohibul Qur'an.
Al Qur'an tidak hanya memiliki fungsi sebagai petunjuk manusia dalam skala pribadi, tetapi Al Qur'an adalah petunjuk bagi seluruh manusia yang ada dibumi ini, dan meliputi semua aspek kehidupan, bahkan termasuk alam semesta.
Dan Shohibul Quran lah yang akan siap menyerap petunjuk Al Qur'an serta menerapkan isinya.
Jangan meremehkan sekecil apapun andil dan upaya yang kita lakukan dalam niat mewarnai dunia dengan Al Qur'an, hingga terwujudnya peradaban Qur'ani diatas bumi Allah.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
______________
Ust Abdul Aziz Abdur Rauf

Taujih Qur'ani 4

TAUJIH QUR'ANI
0004/TQ-UA/BK DKI

==============
Menjadikan Al Qur'an sebagai tarbiyah IMAN AKHIRAT
---------------
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Rasulullah ﷺ bersabda :
« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »
“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” 
(HR. Muslim).

Penjelasan :
------------
Point KEDUA
Hadits di atas menjelaskan bahwa Al Qur'an akan mendatangi para pembacanya yang telah membacanya sesuai dengan petunjuk Allah pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan (syafaat) saat menghadapi sulitnya kehidupan hari kiamat.
Penjelasan Rasulullah ﷺ dalam hadist di atas harus menghasilkan 3 BENTUK KEIMANAN TERHADAP HARI AKHIR dalam diri setiap orang beriman :
1. Meyakini dengan seyakin-yakinnya tentang Kehidupan Hari Akhirat.
2. Merindukan semua janji-janji positif (Al Wa'd ) apa saja yang telah diberitakan Allah dan RasulNya tentang7 Kehidupan Akhirat dan muncul perasaan Takut (Khauf) atas semua ancaman (Al Wa'iid) agar ancaman tersebut tidak sampai menimpa diri kita.
3. Menjadikan motivasi untuk memperbanyak 'amal sholih dan menjauhi hal apa saja yang dilarang oleh Allah ﷻ .

Bagaimana cara merealisasikannya ?
Pertama:
Jadikanlah Al Qur'an sebagai renungan dan bacaan rutin kita setiap hari sampai akhir hayat.

Kedua:
Berusahalah untuk menghayati maknanya (melakukan tadabbur), terutama saat kita baca dalam sholat-sholat kita.

Ketiga:
Hadirilah Majelis Tadabbur Qur'an atau Kajian Tafsir Qur'an, agar kita memiliki semangat untuk mengamalkan Al Qur'an dengan sekuat tenaga.

Keempat:
Bangunlah keyakinan terhadap Hari Akhirat dan rindukanlah SyurgaNya, niscaya kita akan selalu merindukan Al Qur'an. Atau sebaliknya. Rindulah terhadap Al Qur'an, niscaya hati kita akan selalu merindukan kehidupan Hari Akhirat.

Seorang mukmin yang terbiasa melakukan hal seperti diatas akan memilki sumber motivasi yang besar dalam dirinya untuk memperjuangkan tegaknnya nilai-nilai Al Qur'an pada dirinya dan di dalam kehidupan umat manusia.
Keyakinan yang kuat terhadap kebenaran Kiamat (Kehidupan Akhirat) juga akan menghasilkan Motivasi Hidup yang luar biasa. Seperti yang dirasakan oleh Rasulullah ﷺ .

Disebutkan dalam sebuah riwayat :
قال رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ رَأْيُ الْعَيْنِ ، فَلْيَقْرَأْ {إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ} ، وَ {إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ} ، وَ {إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ} " .
Artinya: Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: 
“Barang siapa yang senang memerhatikan (peristiwa-peristiwa yang akan terjadi) pada hari kiamat, hendaknya dia membaca "idzasy-Syamsu Kuwwirot" (surat At-Takwir), dan "idzas-Samaa-unsyaqqot" (surat Al-Insyiqaq), dan "idzas-Samaa-unfathorot" (surat Al-Infithar).” 
(HR. At-Tirmidzi)


Hadist di atas menggambarkan, apabila seorang Mukmin ingin merasakan suasana Hari Kiamat tervisualisasi (tergambar dengan jelas) dalam dirinya, maka Rasulullah ﷺ anjurkan agar dirinya sering membaca Qur'an surah At Takwir.
Ketika seseorang telah meyakini betapa dahsyatnya suasana yang akan terjadi pada Hari Kiamat nanti, ia akan sadar bahwa dalam menjalankan semua aktivitas kehidupan dunia, setiap manusia pasti membutuhkan Al Qur'an sebagai petunjuk menuju jalan keselamatan dirinya dalam menghadapi Hari Akhirat nanti.
Terlebih bagi seorang Mukmin, ia tidak ingin jauh dari Al Qur'an. Karena Al Qur'an akan selalu menjadikan dirinya selalu ingat dengan Kehidupan Akhirat. Dan kuatnya keyakinan terhadap Hari Akhirat ini menjadi tolok ukur kualitas imannya kepada Allah ﷻ .
Adapun permasalahan yang sering terjadi saat kita berinteraksi dengan Al Qur'an adalah ketika kita belum mampu mentarbiyah (mendidik) diri dalam penghayatan keimanan terhadap Hari Akhirat. Inilah yang harus terus menjadi perhatian kita yang terbesar.

Dengan terus mengkaji Al Qur'an, insya Allah akan terbangun keyakinan yang kokoh terhadap Hari Akhirat, biidznillah.
Allah ﷻ telah berfirman didalam Al Qur'an :
وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
"Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sholatnya
(QS. Al-An'am : 92)

Di antara pesan dari ayat di atas bahwa :
Al Qur'an dan Hari Akhirat harus difahami sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Karena hampir setengah dari isi Al Qur'an menjelaskan tentang bagaimana suasana Kehidupan Akhirat.

Oleh karena itu, proses interaksi dengan Al Qur'an merupakan upaya yang tidak bisa ditawar lagi agar diri kita dapat meraih pemahaman dan terbentuk keyakinan yang kuat tentang Kehidupan Akhirat.
Semoga Allah ﷻ terus memberikan HidayahNya kepada kita semua, sehingga hati kita terus bersemangat untuk mempersiapkan bekal menghadapi Kehidupan Akhirat dengan lebih dekat dengan Al Qur'an.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
Bersambung ....
InsyaAllah.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ 
______________
📝 oleh : 
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, 
حفظه الله تعالى

Taujih Qur'ani 3

Tausiyah Tarbawiyyah
0003/UAA/BK DKI
============
Menjadi Pembaca Al Qur'an yg Produktif
---------------------
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »
“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” 
(HR. Muslim)


Hadist diatas memiliki 3 pesan penting, yakni :
1. Pentingnya membiasakan membaca Al Qur'an dalam keseharian kita.
2. Pentingnya kita memperhatikan keadaan hati kita, agar keyakinan kita terhadap Hari Akhirat semakin kuat, saat kita berinteraksi dengan Al Qur'an.
3. Pentingnya diri menjadi Sahabat Al Qur'an.
Penjelasan :
------------
_Point Pertama_:
Pentingnya membiasakan diri membaca Al Qur'an dalam keseharian kita.
Kata "membaca" di dalam Al Qur'an, diungkapkan dengan 3 istilah, yakni :
1. Qiro'ah.
2. Tilawah dan
3. Tartil.
Apa perbedaan masing-masing istilah tersebut dan apa pula pesan khusus di balik istilah-istilah itu ?

QIRO'AH
-----------
Qiro'ah secara bahasa memiliki makna : merangkum dan mengumpulkan.
Jadi Qiro'ah Al Qur'an adalah aktivitas membaca Al Qur'an yang harus dapat menghasilkan rangkuman teks dan pemahaman atas ayat Al Qur'an yang sedang dibacanya. Dan didalam aktivitas membaca tersebut terjadi suatu proses yang kita sebut dengan menghafal Qur'an.
Pada zaman kehidupan para Salaf, seseorang yang telah menguasai Al Qur'an, maka disebut si fulan Qoro'al Qur'an. Jarang disebut sebagai hafidzah Al Qur'an.

TILAWAH
------------
Secara etimologi Tilawah artinya "mengikuti".
Jadi Tilawah Al Qur'an adalah membaca Al Qur'an yang harus menghasilkan kesiapan dan kesigapan dalam mengikuti dan melaksanakan seluruh petunjuk yang ada di dalam Al Qur'an.

TARTIL
---------
Secara bahasa Tartil artinya adalah indah dan teratur. Jadi seseorang dikatakan telah membaca Al Qur'an dengan Tartil, jika ia telah membaca Al Qur'an dengan hukum-hukum Tajwid yang sudah dibakukan oleh Para Ulama.
Jadi, agar bacaan Al Qur'an kita merangkum semua makna sebagaimana penjelasan di atas, maka harus menghasilkan hafalan, menumbuhkan semangat pengamalan dan memenuhi kesesuaian atas hukum tajwidnya.
....Bersambung
______________
📝 oleh :
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf,
حفظه الله تعالى

14 Desember 2016

Taujih Qur'ani 2

"Manusia akan Dibangkitan Bersama Komunitasnya Saat di Dunia"
-----------------
(QS. At Takwir : 3)
📝 oleh :
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf,
حفظه الله تعالى


بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ketika Umar bin Al Khottob rodhiallahu 'anhu memahami firman Allah :
ﻭَﺇِﺫَا ٱﻟﻨُّﻔُﻮﺱُ ﺯُﻭِّﺟَﺖ
"Dan apabila ruh-ruh dipertemukan."
Beliau menafsirkannya bahwa :
"Kelak dihari Kiamat setiap manusia akan dibangkitkan Allah ﷻ bersama dengan komunitasnya (kelompok yang mereka akrabi) saat hidup di dunia."

Oleh karena itu sebagai orang beriman kita harus selalu memperhatikan dengan komunitas atau majlis yang seperti apa kita bergabung, karena walau sekedar sebagai teman pergaulan saja, semua akan memiliki konsekwensi yang sangat besar kelak di hari kiamat.

Jika saat ini kita telah memiliki komunitas yang kegiatannya penuh dengan semangat membangun ketaqwaan kepada Allah bersama dengan orang-orang yang Shaleh, hal itu merupakan anugerah besar Allah ﷻ. Syukuri dan terus pertahankanlah.

Pastikan diri kita telah menjadi bagian dari suatu majlis atau komunitas yang cinta Al Qur'an dan cinta Dakwah Islam, kemudian bersabarlah serta berusahalah hingga kita terus selalu bersama mereka.

Dan jagalah diri kita agar tidak termasuk orang yang dibangkitkan bersama calon penghuni neraka yakni para ahli syirik dan maksiat, karena saat didunia kita akrab dengan mereka dan menjadikan mereka sebagai pemimpin.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
______________

Taujih Qur'ani 1

"BAROKAH QUR'AN"
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Sudahkah kita merasakan barokah Al-Qur'an ?
Barokah adalah sesuatu yang sedikit namun bernilai besar di sisi Allah ﷻ
karena adanya pelipat gandaan 'amal dariNya.

Al Qur'an disebut kitab Mubarok. Karena seseorang yang berinteraksi dengan Al Qur'an akan mendapat jaminan keberkahan yang besar dari Allah ﷻ.
Adalah Sa'd bin Muadz masuk Islam di saat usia 30 tahun. Beliau syahid di usia 36 tahun Jadi hanya 6 tahun berharokah. Namun bukti keberkahan umurnya, saat wafat beliau terjadi 3 peristiwa :
1. Bergetar Arsy Allah ﷻ .
2. Dikawal oleh 70.000 MalaikatNya.
3. Saat dikuburkan, tercium bau yang sangat harum.
Wahai mukminin ...
Mari bersegera membangun hubungan yang akrab dengan Al Qur'an.
Sungguh waktu hidup ini sangat singkat, raihlah keberkahan dengan selalu dekat bersama Al Qur'an.
Pastikan hari ini kita berniat untuk menjadi sahabat Al Qur'an.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ

______________
📝 oleh :
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, حفظه الله تعالى .

Kumpulan Taujih Qur'ani Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc., Al-Hafizh

Bismillahirrahmanirrahim...

Setiap ilmu harus diikat dengan tulisan, agar tidak tercecer dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Sang Pemilik Ilmu. Sebagaimana perkataan Imam Syafi'i berikut ini,
العِلمُ صَيدٌ والكِتابةُ قَيدُهُ — قَيِّدْ صيودكَ بالحِبالِ الواثِقَة
فَمِن الحَماقَةِ أَنْ تَصيدَ غَزالَةً — وتَترُكها بَينَ الخَلائقِ طالِقةَ


“Ilmu laksana hewan buruan, dan tulisan adalah pengikatnya.
Ikatlah hewan buruanmu dengan tali pengikat yang kuat.
Diantara bentuk kebodohan adalah jika engkau memburu rusa.
Engkau tinggalkan buruanmu tersebut bebas (tanpa diikat)."

Betapa berharganya ilmu terutama ilmu yang disampaikan oleh masyaikh dakwah. Oleh karena itu, dalam blog ini akan dihimpun serangkaian "Taujih Qur'ani" yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc., Al-Hafizh. Beliau adalah Pembina Lembaga Markaz Al-Qur'an Jakarta Timur. Banyak karya beliau yang telah terbit. Diantaranya adalah buku Jadikan Aku Ahlul Qur'an 1 & 2, Tafisr Q.S. An-Nur, Tarbiyah Syakhsiyah Qur'aniyah, Pedoman Dauroh Qur'an, dan karya beliau yang lain.

*******

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan, khususnya nikmat berakrab dengan Al-Qur'an. Kenikmatan dalam melafalkan setiap ayat-ayatnya yang menjadi investasi pahala. Kenikmatan dalam tafakkur dan tadabbur Qur'an. Serta kenikmatan dalam menyelami samudera ilmu yang terbentang luas melalui Al-Qur'an.

*******

Berikut adalah kumpulan taujih Qur'an Ustadz Abdul Aziz Abdur Rouf, Lc., Al-Hafizh. Taujih Qur'ani yang selalu dinanti setiap hati yang haus akan tadzkiroh.

1. Taujih Qur'ani 1
2. Taujih Qur'ani 2
3. Taujih Qur'ani 3
4. Taujih Qur'ani 4
5. Taujih Qur'ani 5
6. Taujih Qur'ani 6
7. Taujih Qur'ani 7
8. Taujih Qur'ani 8
9. Taujih Qur'ani 9
10. Taujih Qur'ani 10
11. Taujih Qur'ani 11
12. Taujih Qur'ani 12
13. Taujih Qur'ani 13
14. Taujih Qur'ani 14
15. Taujih Qur'ani 15
16. Taujih Qur'ani 16
17. Taujih Qur'ani 17
18. Taujih Qur'ani 18
19. Taujih Qur'ani 19
20. Taujih Qur'ani 20
21. Taujih Qur'ani 21
22. Taujih Qur'ani 22

*******

Baarakallahu fiikum. Semoga bermanfaat dan menambah kecintaan dalam berakrab dengan Al-Qur'an :)

31 Agustus 2016

Ayo, Mulai (lagi) Satu Kebaikan!

Terkadang, seseorang memang berada di titik terendahnya sebagai seorang hamba. Merasa berat untuk melakukan kebaikan walaupun itu hal yang sepele. Padahal biasanya dia bisa melakukan banyak hal, kebaikan-kebaikan yang lebih berat daripada itu. Setiap jam di setiap harinya dia punya berbagai agenda berurutan yang itu sangat meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat bermanfaat bagi banyak orang. Namun ketika rasa malas atau futur itu datang menghampirinya, walau hanya satu sentilan saja, dia bisa limbung. Dengan catatan, imunitas imannya sedang menurun.

Dan setiap orang pasti pernah mengalaminya. Hanya saja mungkin berbeda cara menyikapinya. Ada yang segera bangkit dari rasa lelah, capek, dan futurnya. Ada yang butuh waktu untuk me-muhasabah diri dan jiwanya sebelum kembali ke berbagai aktivitas yang menunggu. Dan ada yang lebih memilih untuk menyerah dan berdiam diri saja, memelihara rasa malas dan menurunnya produktivitasnya.

Semua punya konsekuensi masing-masing. Untuk segera bangkit, butuh pengorbanan yang lebih, butuh azzam yang kuat, dan keyakinan penuh akan pertolongan-Nya. Ketika memilih untuk menyerah, dia punya konsekuensi yang sama-sama berat, meninggalkan mata rantai kebaikan yang telah dirangkai sedemikian rupa dengan percuma. Padahal untuk membangunnya membutuhkan waktu yang cukup lama agar kebaikan-kebaikan itu menjadi kebiasaan hidupnya.

Setiap kita bisa memilih. Maju atau mundur. Bertahan atau menyerah. Memelihara kebaikan atau meninggalkannya.

Dan setiap pilihan punya nilainya masing-masing di hadapan Allah bahkan orang-orang di sekitar kita.

***

Ini hanya sedikit catatan, yang semoga menjadi pemacu tersendiri bagi penulis agar tetap semangat menyebarkan kebaikan dalam berbagai sisi. Terutama dalam blog ini. Hehe. Ada rasa sedih karena telah meninggalkannya berbulan-bulan tanpa tulisan sama sekali.

Banyak yang terlintas. Namun jika tidak dituliskan, apakah akan menjadi inspirasi kebaikan bagi yang lain? Yah, walaupun tulisan-tulisan dalam blog ini (mayoritas) hanya sekadar lintasan pikiran penulis. Dalam mimpi penulis, semoga ada tulisan, walaupun satu dari sekian banyaknya, dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi yang membaca. Memberikan pengetahuan yang lebih. Dan menjadikan seseorang menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Semoga bisa saling berbagi pengalaman, kisah, dan opini. Menautkan hati lebih dalam untuk menjadi sahabat surga, yang bisa saling menasehati dalam kebaikan, amar ma’ruf nahi munkar.

Dan yang terpenting, semoga bisa lebih istiqomah lagi setelah ini untuk menulis. :)