10 Februari 2017

Taujih Qur'ani 15

TAUJIH ::: QUR'ANI
0015/TQ-UA/BK DKI
==============
 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

JADILAH
PRAJURIT ALLAH
BUKAN PRAJURIT YANG LAIN

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى  
-------------------

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

"Dan Muhammad hanyalah seorang rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka dia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur."
(QS. Ali Imron : 144)

Ayat di atas diturunkan saat Perang Uhud sedang berkecamuk.

Ketika itu beredar informasi yang luas di kalangan para sahabat, bahwa Rasulullah ﷺ  telah terbunuh.

Salah satu pelajaran yang bisa diambil hikmahnya adalah ketika orang-orang beriman mengetahui pemimpin mereka telah wafat, maka mereka dilarang murtad, dan berpaling dari ajaran yang telah ditinggalkan oleh pemimpinnya. Karena loyalitas mukmin bukan kepada personal atau figur pribadi sang pemimpin tetapi kepada nilai-nilai yang diyakininya shohih, bersumber dari ajaran Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ.

Didalam ayat ini Allah ﷻ juga menegaskan bahwa jika kemurtadan itu tetap terjadi, maka sungguh hal itu tidak akan pernah mengurangi kemuliaan Allah ﷻ .

Adapun bagi Mukmin yang tetap istiqomah tetap loyal maka Allah ﷻ akan memberi balasan kepada mereka sebagai orang-orang yang bersyukur kepadaNya.

Jadi salah satu sikap syukur seorang Mukmin kepada Allah ﷻ harus diwujudkan dalam bentuk tetap istiqomah di jalanNya bahkan ketika  kondisi yang sangat terjepit sedang menimpanya.

Dalam ayat 144 ini Allah ﷻ juga menjelaskan bagaimana seharusnya seorang Mukmin mengaplikasikan sikap Loyalitas yang benar dan tidak menyimpang  dari manhaj. Maka harus diperhatikan beberapa prinsip berikut :

Pertama :
----------
Loyalitas kepada  pemimpin harus  fokus pada isi ajarannya. Bukan kepada figur pribadinya.
Hal ini sangat penting dalam  menjaga istiqomah dalam dakwah, untuk terus menghasilkan energi yang besar  dalam mengemban amanah dengan berbagai macam tantangannya. Karena bersama Allah Al Qowiy (Maha Kuat ) akan menjadi sumber kekuatan.

Untuk dapat mengetahui atau mendeteksi kredebilitas seorang pemimpin, maka setiap Mukmin harus kembali mempelajari isi Al Qur'an dan As Sunnah agar memahami isinya, sehingga memiliki wawasan yang benar yang dengannya akan dapat membedakan  yang haq dan bathil.

Itulah yg dicontohkan kaum hawariyyin, pendukung setia Nabi Isa 'alaihissalam yang Allah ﷻ sebutkan dalam firmanNya :

(فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ)

"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri."
(QS. Al Imron : 52)


Mari kita perhatikan firman Allah ﷻ di atas, yakni saat Nabi Isa 'alaihissam bertanya,
'Siapakah penolong-penolongku dalam membela Allah?'

Maka dengan sigap kaum Hawariyyin menjawab :
'Kamilah penolong-penolong Allah.'

Mereka (kaum Hawariyyin itu) tidak menjawab: 'Kamilah penolong-penolongmu.'

Dari dialog (jawaban kaum hawariyyin) tersebut tergambar bahwa loyalitas yang benar adalah harus fokus ditujukan kepada sumber yang Haq yakni Allah ﷻ .

Namun demikan, bukan berarti kita meremehkan seorang pemimpin. Seorang Mukmim harus selalu mendukung dan memuliakan seorang pemimpin selama ia taat kepada Allah ﷻ  dan RasulNya.

Kedua :
--------
Seorang Mukmin harus terus berusaha menghiasi dirinya dengan Akhlaq Kharimah, sehingga ketika dia menjadi seorang pemimpin maka tidak timbul sifat sombong atau benih-benih penyakit hati yang berupa dorongan ambisi agar dirinya menjadi pusat perhatian yang berlebihan hingga membuat ummat terpikat pada pesona pribadinya, bukan kepada nilai-nila (syari'at) yang diajarkanya.

Akhlaq Karimah juga akan membatasi seseorang untuk melakukan penyelewengan amanah kepemimpinannya, ia sadar bahwa tugasnya adalah menuntun umat untuk tunduk kepada ajaran Allah ﷻ dengan menampilkan sosok yang berakhlaq mulia, sehingga dirinya layak untuk menjadi teladan saat mengajak orang lain untuk tunduk kepada Allah ﷻ.

Ketiga :
--------
Ayat 144 ini juga mengisyaratkan pembelajaran yang ingin diberikan oleh Allah ﷻ kepada para Sahabat, apa yang harus mereka lakukan saat tersebar berita Rasulullah ﷺ telah wafat.

Kecintaan para Sahabat yang sanga kuat terhadap Rasulullah ﷺ membuat mereka lupa bahwa Beliau sholallahu 'alaihi wassalam adalah juga seorang manusia biasa yang pasti akan mengalami kematian.

Sehingga pada saat Rasulullah ﷺ dipanggil Allah ﷻ , awalnya para Sahabat sulit menerima kenyataan bahwa Rasulullah ﷺ telah benar-benar wafat, termasuk 'Umar bin Khothob ,ra - namun akhirnya 'Umar disadarkan oleh Abu Bakar ra dengan membacakannya Ayat 144 surat Ali Imron ini.

Di sinilah pentingnya menghadirkan ayat dalam kaitan suatu peristiwa akan cepat memahamkan ayat Al Qur'an dengan efektif dan tepat.

Abu Bakar,ra saat itu juga menambahkan penjelasan yang intinya bahwa :

Barangsiapa yang menyembah Muhammad. Sekarang dia sudah wafat. Dan barang siapa yang menyembah  Allah, maka Allah itu Maha hidup dan tidak akan  mati.

Saat keadaan masih serba dirundung kesedihan itu,  Abu Bakar ra segera diangkat menjadi Khalifah, dan agenda pertamanya adalah memerangi orang-orang yang murtad karena meninggalnya Rasulullah ﷺ .

Keempat :
----------
Jika terjadi situasi guncangan  pada diri kita atau ummat, maka ayat Ali Imron 114 ini harus menjadi nasihat yang melekat di hati untuk  tetap teguh secara benar dalam bersikap loyal  hanya  kepada Allah ﷻ serta istiqomah dalam membela AgamaNya.

  وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Published by :
______________________
BK DKI
==============
Jakarta,21 Nov 2016

Taujih Qur'ani 14

TAUJIH ::: QUR'ANI
0014/TQ-UA/BK DKI
==============
 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ya Allah ...
Pilihlah kami sebagai Pengganti Generasi
Penerus Bangsa ini

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى  
--------------------

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (kalian); sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Barang siapa di anta­ra kalian mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(QS. Al Ma'idah : 51)

Sudah seharusnya kita bersyukur kepada Allah ﷻ  jika Dia telah menjadikan diri kita memiliki ghiroh (rasa cemburu) saat Al Qur'an dihinakan.

Bahkan ketika kita sampai turut pada aksi turun ke jalan untuk menuntut hukuman yang layak terhadap penghinanya, ini insyaAllah merupakan salah satu indikasi keimanan dan cinta kita kepada Allah ﷻ serta kepada WahyuNya.

Akan tetapi suatu hal yang perlu juga kita cermati adalah bahwa pada realitanya tentu tidak mungkin kita akan melalukan aksi demo seperti ini sepanjang masa.

Siapapun pelaku penista Al Qur'an dan Agama Allah ﷻ cepat atau lambat pasti  akan bertemu Izro'il, artinya bahwa semua manusia pada hakekatnya pasti akan kembali ke posisi semula, yakni kembali kepada Allah ﷻ.

Oleh karena itu, sangat disayangkan jika potensi rasa cinta dan kencemburuan yang diekspresikan dengan semangat kebersamaan umat dalam pembelaan dan pemuliaan Kalimatullah ini akan berhenti sampai terhukumnya para pelaku penista tersebut.

Umat Islam yang berjumlah sangat besar saat melakukan aksi demo sungguh merupakan energi sangat besar yang terpancar dari karomah satu ayat saja dari Al Qur'anul Kariim, yakni surat Al Maidah ayat 51.

Permasalahannya bagaimana setiap Muslim mampu menjadikan energi besar itu sebagai spirit pribadi dalam mensibghoh (mewarnai) dirinya dengan nilai-nilai Al Qur'an.

Mari kita tantang diri kita masing-masing, apakah kita masih memiliki energi saat berada dalam kesendirian untuk melaksanakan ayat-ayat setelah ayat 51 dari surat Al Maidah ini. Yakni ayat 52 sampai 57 nya.


Ayat : 52
---------
فَتَرَى الَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ مَّرَضٌ يُسٰرِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشٰىٓ أَنْ تُصِيبَنَا دَآئِرَةٌ  ۚ  فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِىَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِّنْ عِنْدِهِۦ فَيُصْبِحُوا عَلٰى مَآ أَسَرُّوا فِىٓ أَنْفُسِهِمْ نٰدِمِينَ

"Maka, kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit segera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya, sehingga mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka."

Pesan terkait ayat 52 :

Bahwa setiap Mukmin harus siap berjuang untuk istiqomah di jalan Islam, siap membelanya dan juga memperjuangkannya, hingga hatinya bersih terbebas dari penyakit kemunafikan.


Ayat : 53
---------
وَيَقُولُ الَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَهٰٓؤُلَآءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمٰنِهِمْ  ۙ  إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ  ۚ  حَبِطَتْ أَعْمٰلُهُمْ فَأَصْبَحُوا خٰسِرِينَ

"Dan orang-orang yang beriman akan berkata, "Inikah orang yang bersumpah secara sungguh-sungguh dengan (nama) Allah bahwa mereka benar-benar beserta kamu?" Segala amal mereka menjadi sia-sia sehingga mereka menjadi orang yang rugi."

Pesan terkait ayat 53 :

Setiap Mukmin harus siap membuktikan di hadapan Allah ﷻ bahwa dirinya adalah mukmin sejati yang selalu ingin bersungguh-sungguh dalam beramal secara nyata, bukan seperti orang-orang yang memiliki sifat kemunafikan, mereka hanya berani bersumpah dengan pengakuan yang kosong, tidak dapat membuktikan kepada Allah ﷻ dan orang-orang yang beriman dalam amal perjuangan yang nyata dalam membela Syiar dan AgamaNya.

Ayat : 54

Allah SWT berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ ۥ ٓ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِينَ يُجٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ  ۚ  ذٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَآءُ  ۚ  وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui."

Pesan terkait ayat 54 :

Saat umumnya manusia mengundurkan diri dari keislamannya, baik dari sisi keyakinan, pedoman hidup serta berbagai lahan perjuangan pembelaan Islam. Seorang Mukmin sejati harus memiliki kesiapan mental untuk dipilih oleh Allah ﷻ sebagai generasi pengganti (dari kaum kafir dan munafik yang berkuasa).

Adapun karakteristik pribadi yang layak untuk menjadi para prajurit pilihanNya telah disebutkan Allah ﷻ  dalam ayat 54 ini, yakni :
• Mencintai Allah ﷻ  dan Allah ﷻ pun mencintainya.
• Selalu menunjukkan sikap tawadhu' dan kasih sayang kepada orang-orang beriman.
• Bersikap keras, tegas kepada orang kafir.
• Selalu bersemangat dalam berjihad di jalan Allah.
• Tidak takut terhadap celaan manusia yang ditujukan kepadanya, bahkan yang membencinya (karena keteguhan hatinya dalam pembelaan Agama Allah).
Juga terhadap sikap salah paham ataupun segala bentuk fitnah yang menimpanya, diterimanya senagai suatu resiko perjuangannya.

Sungguh seorang Mukmim memenuhi kriteria ini semua telah mendapatkan karunia yang besar dari Allah ﷻ .
Karena hanya kepada pilihanNya lah karunia besar itu akan diturunkan.


Ayat 55 :
---------
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥ  وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ رٰكِعُونَ

"Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah)."

Pesan terkait ayat 55 :

Agar seorang Mukmin senantiasa menjaga loyalitas dan dukungannya terhadap Allah ﷻ dan RosulNya serta kepada orang2 beriman yang senantiasa Sholat berjamaah dan menunaikan zakat.

Ayat 56 :
---------
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ  وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغٰلِبُونَ

"Dan barang siapa menjadikan Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang."

Pesan terkait ayat 56 :

Seorang Mukmin sejati harus selalu yakin bahwa Allah ﷻ  pasti akan memenangkan hamba2Nya yang berjuang di jalanNya , karena  Allah mebyebut mereka sebagai hizbullah (tentara Allah ) betapa pun semua manusia tidak mendukungnya.

Ayat 57 :
---------
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ  ۚ  وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman."

Pesan terkait ayat 57 :

Ayat ini merupakan ungkapan penegasan kembali ayat 51. Yakni :

Jika seorang Mukmin benar-benar beriman maka dirinya tidak akan mengangkat orang yang tidak beriman kepada Allah ﷻ sebagai pemimpinnya. Karena mereka (orang yang tidak beriman kepada Allah ﷻ) itu akan selalu melecehkan agama Allah ﷻ .

  وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Published by :
______________________
BK DKI
==============
Jakarta,19 Nov 2016

Taujih Qur'ani 9

TAUJIH 🕌 QUR'ANI
0009/TQ-UA/BK DKI
==============

Sampai Kapan Kita Puas Hanya Hitungan Menit Saja
Saat Bersama Al Qur'an?

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى  
----------------------

 وارزقنا ثلاوته ء اناء الليل وءاناء النهار

"Berilah kami rizki mampu membacanya sepanjang malam dan sepanjang siang ."

Doa tersebut sering dibaca terutama saat  mengkhatamkan Al Qur'an.

Doa di atas walaupun bukan ayat atau hadits, namun isinya terinspirasi dari Ayat dan Hadist. Seperti firman Allah :

لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌقَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ

"Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah sepanjang malam hari, sedang mereka  bersujud (shalat)."
(QS. Ali-Imran: 113)

Lazimnya, kata rizki selalu identik dengan uang atau harta. Namun doa di atas mengingatkan kita bahwa aktivitas membaca Al Qur'an secara rutin harus dimaknai sebagai rizki yang sangat utama dan lebih kita butuhkan dan rindukan dari pada sekedar keberlimpahan rizki harta duniawi.

Karena rizki harta tidak akan kekal kecuali yang kita infaqkan. Sedangkan rizki membaca Al Qur'an adalah rizki yang akan kekal.

Oleh karena itu, sepatutnya seseorang bersyukur kepada Allah ﷻ jika dirinya sudah mampu membaca Al Qur'an dengan baik dan benar, saat ia telah mencintai Al Qur'an dan menjadikan aktivitas membaca (tilawah) Al Qur'an sebagai ibadah rutinnya setiap hari.

Do'a di atas juga mengingatkan kita, pentingnya kita memperhatikan durasi (lama waktu) dan volume (banyaknya jumlah) halaman Al Qur'an yang selalu kita baca.

Janganlah seseorang merasa tenang jika mendapatkan dirinya berada dalam kondisi yang sepanjang usianya selalu dalam hitungan menit saja saat membaca Al Qur'an, sementara untuk aktivitas duniawi selalu dilakukan dalam hitungan jam.

Sungguh betapa pentingnya seseorang memperhatikan berapa lama dirinya membaca  Al Qur'an di setiap harinya.

Karena nilai waktu bersama Al Qur'an merupakan rajutan amal yang akan menjadi pemberat catatan kebaikan (pahala) kelak di Akhirat.

Karena itu sebaiknya setiap diri segera  berusaha meningkatkan durasi waktunya dalam membaca Al Qur'an.

Mengapa  penting meningkatkan durasi tilawah kita ?

Pertama :
Agar Allah ﷻ memilih lidah kita sebagai pengucap terbanyak dari Ayat-ayat Suci Al Qur'an. Sementara lidah manusia umumnya, kalimat yang terbanyak yang mereka ucapkan  adalah kalimat yang tidak berpahala.

Kedua :
Agar durasi ibadah yang kita lakukan kepada Allah ﷻ meningkat.

Tidakkah kita malu kepada Allah?  untuk tidur , makan,  hiburan  dan lain sebagainya, semua kita lakukan dalam hitungan jam, sementara waktu yang kita persembahkan untuk Allah dan Al Qur'an hanya dalam hitungan menit saja.

Ketiga :
Dengan menambah durasi waktu kita bersama  Al Qur'an, akan berdampak pada penambahan nutrisi jiwa dan hati yang lebih banyak, sehingga jiwa kita menjadi lebih sehat. Hati kita juga akan menjadi lebih lembut. Jiwa dan hati seperti inilah yang lebih siap menerima nasihat-nasihat dari Allah dan RasulNya.


 ﻻَ حَوْلَ ﻭَﻻَ ﻗُﻮَّة ﺍِﻻَّﺑِﺎﻟﻠّﻪ
------------------
  وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Published by :
______________________
BK DKI
==============
Jakarta 6 Nov 2016

Taujih Qur'ani 13

TAUJIH ::: QUR'ANI
0013/TQ-UA/BK DKI
==============
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Mengapa Allah sebutkan فمن تبع di surat Al Baqoroh.
Sedangkan فمن اتبع di surat Thahaa?"

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى
----------------------
Dalam surat Al Baqoroh Allah ﷻ menyebutkan :
ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ
ﻗُﻠْﻨَﺎ ٱﻫْﺒِﻄُﻮا۟ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ۖ ﻓَﺈِﻣَّﺎ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻨَّﻜُﻢ ﻣِّﻨِّﻰ ﻫُﺪًﻯ ﻓَﻤَﻦ ﺗَﺒِﻊَ ﻫُﺪَاﻯَ ﻓَﻼَ ﺧَﻮْﻑٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻻَ ﻫُﻢْ ﻳَﺤْﺰَﻧُﻮﻥ
"Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
(QS. Al Baqarah : 38)
Sedangkan dalam konteks yang sama Allah ﷻ sebutkan :
ﻗَﺎﻝَ ٱﻫْﺒِﻄَﺎ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺟَﻤِﻴﻌًۢﺎ ۖ ﺑَﻌْﻀُﻜُﻢْ ﻟِﺒَﻌْﺾٍ ﻋَﺪُﻭٌّ ۖ ﻓَﺈِﻣَّﺎ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻨَّﻜُﻢ ﻣِّﻨِّﻰ ﻫُﺪًﻯ ﻓَﻤَﻦِ ٱﺗَّﺒَﻊَ ﻫُﺪَاﻯَ ﻓَﻼَ ﻳَﻀِﻞُّ ﻭَﻻَ ﻳَﺸْﻘَﻰ
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."
(QS. Thaha : 123).
Dua ayat di atas sama-sama sebagai penutup dalam menjelaskan kisah Nabi Adam 'alaihissalam.
Namun jika kita perhatikan dengan seksama, makna di balik penyebutan dua ungkapan yang mirip (فمن نبع dan فمن اتبع) mengndung makna yang berbeda pada 2 ayat di atas, insyaAllah dapat dijelaskan sebagai berikut* :
Pertama :
Membaca فمن تبع lebih ringan dari pada فمن اتبع. Artinya sama-sama mengikuti. Namun memiliki pesan makna yang berbeda.
Kedua :
Ketika petunjuk yang harus diikuti berupa Aqidah yang lurus, maka digunakan فمن تبع karena lebih mudah mengikutinya.
Ketiga :
Hal ini dikuatkan dengan ayat berikutnya :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
(QS. Al-Baqarah :39)
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa mereka yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah ta'ala akan masuk neraka dan kekal di dalamnya.
Keempat :
Ketika yang harus diikuti adalah Syari'at WahyuNya, yang harus ditegakkan dalam kehidupan nyata.
Hal ini akan membutuhkan perjuangan yang lebih berat, karena itu digunakan istilah فمن اتبع
Kelima :
Hal ini diperkuat dengan ayat yang ke 124, 125, 126 dan 127 (masih di surat yang sama yakni Surat Thaha), yaitu ancaman bagi manusia yang meninggalkan (tidak menggunakan) Wahyu Allah ﷻ ; Al Qur'anul Kariim sebagai Syari'at (sumber hukum) didalam menjalani seluruh aspek kehidupannya :
Ayat : 124
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

Ayat : 125
قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"

Ayat : 126
قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".

Ayat : 127
وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ ۚ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَىٰ
"Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal."

Keenam :
Di dalam surat Al Baqoroh ancaman Allah ﷻ atas ketidak tundukan manusia kepada Syari'at-Nya sifatnya tergambar sangat global.
Akan tetapi jika kita perhatikan di dalam surat Thahaa, Allah ﷻ menjelaskannya secara detail.
Bahkan Allah ta'ala gambarkan pula bagaimana azab bagi para pembangkang itu, yakni sebelum masuk neraka saja mereka sudah disiksa terlebih dahulu.

نعوذ بالله من ذلك
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Published by :
______________________
BK DKI
==============
Jakarta,17 Nov 2016

Taujih Qur'ani 12

TAUJIH ::: QUR'ANI
0012/TQ-UA/BK DKI
==============
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Menjauhkan Umat dari Al Qur'an,
adalah strategi orang kafir agar menang"

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى

--------------------
ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَسْمَعُوْا لِهٰذَا الْقُرْاٰنِ وَالْغَوْا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُوْنَ
"Dan orang-orang yang kafir berkata, "Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan (mereka)."
(QS. Fussilat : 26)

Telah dijelaskan oleh Imam Ibnu Jarir rohimahullah, bahwa :
1. Tabiat orang-orang kafir adalah selalu melarang (menghalangi) manusia untuk mendengarkan Al Qur'an ketika dibacakan.
Bayangkan, kalau mendengar saja mereka larang. Apalagi ketika seorang Mukmin ingin berinteraksi dengan semua bentuknya yang diperintahkan.
Hal ini menunjukkan bahwa sekedar mendengar ayat2 Al Qur'an saja akan memberi efek hidayah dari Allah ﷻ. Dan orang2 kafir sungguh menyadari hal ini.
Maka sangat aneh jika Umat Islam sendiri tidak memiliki keyakinan terhadap Al Qur'an sebagai sumber Hidayah.

2. Bahwa tujuan kaum kuffar itu sangat jelas, yakni :
- Untuk menjauhkan manusia dari hidayah Allah ﷻ .
- Agar manusia enggan mendengarkan Al Qur'an, mereka berupaya untuk menciptakan alternatif kegiatan yang lain yang dibuat dengan maksud menjauhkan perhatian manusia dari Al Qur'an.
Dari sebuah riwayat diceritakan bahwa, saat Al Qur'an dibacakan, maka para kafir Quraisy sengaja membuat kegaduhan dengan berdendang ria dan bertepuk-tepuk tangan untuk mengalihkan pendengaran dan perhatian manusia yang ada pada saat itu, agar mereka tidak mendengarkan Al Qur'an.
Pada zaman sekarang ini, kita bisa lihat dengan terang bagaimana umat terus menerus disibukkan dengan sajian Food, Film, Fashion, Football dan Finnance dan seterusnya.

3. Strategi di atas lazim diterapkan oleh kaum kuffar. Dan mereka yakin akan memenangakan pertarungan terhadap yang haq dengan cara seperti itu.
Karena dengan jauhnya Muslimin dari Al Qur'an akan menjadi kaum yang kehidupannya tidak memiliki aqidah, ilmu dan akhlak.
Lantas bagaimana mungkin Umat seperti ini akan mampu bertarung dengan tentara syetan?

Pernyàtaan Perdana Mentri Inggris W.E. Gladstone (1809-1898) berikut ini sangat sesuai dengan ayat di atas terkait strategi kaum kuffar dalam upaya menghancurkan Umat Islam, yakni intinya disebutkan sebagai berikut :
1. Kita tidak akan mampu mengalahkan Umat Islam selama Al Qur'an masih ada di hati mereka.
2. Tugas kita yang sesungguhnya adalah mencabut dan menjauhkan mereka Al Qur'an dari hati mereka.
3. Buatlah mereka mencintai minuman keras dan musik. Hal ini lebih efektif dari 1000 meriam.
4. Tanamkan di hati mereka cinta materi dan seks.

Sampai seperti itulah kekejian upaya kaum kafir dalam memerangi Cahaya Islam dan Umatnya.
Adapun kaum Muslimin di Gaza sudah sangat mengenali strategi kuffar ini. Karena itu mereka (Muslim Gaza) selalu berusaha menguatkan hubungan mereka dengan Al Qur'an dalam bentuk hubungan yang sedekat-dekatnya.
Dari paparan di atas dapat diambil pelajaran penting agar setiap diri kita dan juga keluarga kita agar selalu menjaga hubungan kedekatan dengan Al Qur'an, serta selalu waspada terhadap trik-trik yang dilancarkan oleh kaum kafir yang ingin agar kita jauh dan melupakan Al Qur'an kemudian bergeser sibuk dengan mengikuti hiruk pikuknya dunia yang sengaja mereka ciptakan.
Dengan selalu memohon perlindungan kepada Allah ﷻ insyaAllah kita dan keluarga kita akan terjaga dari fitnah-fitnah yang ada.
Diantara doa memohon perlindungan kepada Allah dari fitnah yang ditimbulkan oleh orang kafir kepada umat Islam terdapat dalam kisah Thalut :
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".
(QS. Al Baqoroh : 250)
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Published by :
______________________
BK DKI
==============
Jakarta,16 Nov 2016

Taujih Qur'ani 7

TAUJIH 🕌 QUR'ANI
0007/TQ-UA/BK DKI
==============
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Mengambil Pelajaran dari Nasib Rakyat Fir'aun"

oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى

Salah satu rahmat Allah ﷻ yang luar biasa adalah dengan selalu dihadirkanNya poros orang yang beriman di tengah poros golongan kufur yang eksis dan pongah di tengah perikehidupan masyarakat matrealis yang telah meninggalkan nilai-nilai ajaran Allah ﷻ dalam menapaki pijakan hidupnya.

Allah ﷻ berfirman :
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻣُﻮﺳَﻰٰ ﺑِـَٔﺎﻳَٰﺘِﻨَﺎ ﻭَﺳُﻠْﻂَٰﻦٍ ﻣُّﺒِﻴﻦٍ
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan mukjizat yang nyata."
(QS. Hud : 96)

Fir'aun adalah tokoh legendaris yang telah diberikan kekuatan dan kekuasaan oleh Allah ﷻ sebagai penguasa dari kaumnya, namun ia telah kufur kepada Allah ﷻ dan juga telah berbuat syirik. Sebenarnya Fir'aun sudah merasakan runtuhnya poros kekufurannya sejak Musa 'alaihissalam masih bayi. Yakni ketika muncul rasa kekhawatiran yang semakin besar dan puncaknya adalah ia membuat kebijakan agar semua bayi laki yang lahir harus dibunuh. Namun makar Allah ﷻ ternyata lebih dahsyat.

Mari kita perhatikan betapa canggihnya rekayasa Allah ﷻ dengan menjadikan bayi yang dipelihara Fir'aun yang tumbuh besar di dalam istananya, akhirnya justru yang meruntuhkan singgasananya dengan izin Allah. Demikianlah diantara contoh nasib akhir dari para pelaku kekufuran dan kemusyrikan.

Ayat dari Surat Hud di atas juga menggambarkan bahwa setiap masa yang berlangsung dalam suatu kehidupan manusia selalu ada 2 poros, yakni poros iman dan poros kebathilan (kekurufan).
Allah ﷻ memberi pilihan kepada manusia, apakah ia akan berada pada poros iman dengan segala alasan yang pasti akan membawa pada kemaslahatan bagi dirinya, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrowinya. Ataukah ia akan memilih poros kufur dan syirik dengan segala daya dukung yang selalu dihiasi oleh hal-hal yang terlihat menarik, padahal hanya sebatas fitnah (ujian) yang pasti akan berujung pada kecelakaan di dunia apalagi di akhirat kelak.

Bagi manusia yang tidak mau mengenal Allah ﷻ dan juga tidak peduli atas keberadaanNya sebagai Tuhan-Nya, maka ia tidak akan pula memperhatikan urusan nasib dirinya kelak dihari akhirat. Hatinya lebih cenderung pada poros kufur dan syirik.
Hal ini terjadi dari awal sebab minimnya ilmu Agama yang dimiliki, sehingga imannya tidak terasah dan karenanya ia tak pandai memilih mana hal yang terbaik bagi dirinya.

Ketika kita ingat pesan Allah ﷻ dalam surat Hud di atas, maka ada beberapa pelajaran yang dapat kita renungkan dan kita jadikan bahan pertimbangan dalam memilih suatu poros hidup :
Pertama :
Bahwa kebijakan Fir'aun itu tidak ada yang mengandung makna bijak dan tidak pula ada kebaikan apapun di dalamnya.
Jadi betapapun hebatnya seorang pemimpin jika ia tidak memiliki iman kepada Allah ﷻ maka kinerjanya hanya akan menghasilkan kebijakan yang tidak membawa kebaikan bagi umat manusia. 

Hal ini sebagaimana disebut dalam Ayat 97 surat Hud :
ﺇِﻟَﻰٰ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﻭَﻣَﻺَِﻳ۟ﻪِۦ ﻓَﭑﺗَّﺒَﻌُﻮٓا۟ ﺃَﻣْﺮَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ۖ ﻭَﻣَﺎٓ ﺃَﻣْﺮُ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﺑِﺮَﺷِﻴﺪٍ
"Kepada Fir'aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, tetapi mereka mengikut perintah Firaun, padahal kebijakan Fir'aun sekali kali bukanlah kebijakan yang benar."
(QS. Hud : 97)
Kedua :
Setiap rakyat yang telah berani berkhianat kepada Allah ﷻ dengan menjadikan manusia kafir sebagai pemimpinnya dan mempercayainya untuk mengurus negerinya juga mengatur urusan hidupnya, maka kepemimpinan ini akan berlangsung sampai di akhirat.
Hal ini sebagaimana yang terjadi antara Fir'aun dan rakyatnya. Kelak Fir'aun akan terus memimpin rakyatnya yang telah memilihnya hingga mereka memasuki neraka bersama Fir'aun (pemimpin yang telah dipilihnya).
Tentu itu adalah seburuk-buruknya tampat kehidupan akhir mereka.
Perhatikan firman Allah ﷻ ayat 98 masih terdapat di Surat Hud :
ﻳَﻘْﺪُﻡُ ﻗَﻮْﻣَﻪُۥ ﻳَﻮْﻡَ ٱﻟْﻘِﻴَٰﻤَﺔِ ﻓَﺄَﻭْﺭَﺩَﻫُﻢُ ٱﻟﻨَّﺎﺭَ ۖ ﻭَﺑِﺌْﺲَ ٱﻟْﻮِﺭْﺩُ ٱﻟْﻤَﻮْﺭُﻭﺩُ
"Ia berjalan di muka kaumnya di Hari Kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi."
(QS. Hud : 98)
Ketiga :
Fir'aun dan rakyatnya senantiasa dilaknat oleh Allah ﷻ sejak ia masih di dunia sampai hari kiamat.
Dan itulah seburuk-buruk konsekwensi memiliki pemimpin kafir untuk rakyatnya. Demikian sebagaimana disebut pada ayat berikutnya, yakni ayat 99 masih pada Surat yang sama, QS. Hud :

ﻭَﺃُﺗْﺒِﻌُﻮا۟ ﻓِﻰ ﻫَٰﺬِﻩِۦ ﻟَﻌْﻨَﺔً ﻭَﻳَﻮْﻡَ ٱﻟْﻘِﻴَٰﻤَﺔِ ۚ ﺑِﺌْﺲَ ٱﻟﺮِّﻓْﺪُ ٱﻟْﻤَﺮْﻓُﻮﺩُ
"Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan."
(QS. Hud : 99)

Wahai kaum Muslimin yang dirahmati Allah ﷻ ...
Sungguh, penjelasan diatas adalah informasi langsung dari langit yang sudah pasti benar dan tidak perlu ada keraguan di hati kita terhadapnya.
Tidakkah kita merasa takut, jika menghadirkan seorang pemimpin yang kufur dan syirik ?
Karena sama saja kita sedang merajut ancaman dan bencana besar yang akan ditimpakan dalam kehidupan kita baik secara pribadi dan juga pasti akan menimpa manusia yang lain.
Bahkan hukuman Allah ﷻ atas ketidak patuhan seseorang kepada Aturan Allah ﷻ dalam hal memilih seorang pemimpin tidak saja hanya akan ditimpakan hukumannya di dunia akan tetapi di akhirat pasti akan lebih dahsyat siksanya.

Na'udzubillahi mindzalik.
Semoga Allah ﷻ selalu melindungi ikhwani kaum Muslimin, menjaga mereka semua dari berbagai ujian dan memberi hidayah hingga mereka selalu berpegang teguh pada Syari'at AgamaNya.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Published by :
______________
BK DKI
==============
Jakarta,26 Okt 2016