05 Maret 2017

Taujih Qur'ani 21

TAUJIH ::: QUR'ANI
0021/TQ-UA/BK
==============

 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

10 Hal yang Didambakan oleh Orang Kafir dari Kaum Muslimin

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى  

=============

Allah ﷻ berfirman :

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

"Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar".
(QS. Hujurat : 17)

Bersyukurlah kepada Allah ﷻ dengan syukur yang sedalam-dalamnya, karena Dia-lah yang telah memilih kita sebagai hambaNya yang beriman.

Wahai kaum Muslimin,

Ketahuilah, Al Qur'anul Kariim, menjelaskan bahwa sesungguhnya semua kondisi yang dimiliki (dialami) oleh orang beriman, kelak di akhirat akan menjadi dambaaan bagi orang-orang kafir.

Betapapun saat di dunia ini mereka (orang-orang kafir itu) menghina, mencela dan meremehkan orang-orang beriman maka jadikanlah penjelasan-penjelasan Allah ﷻ berikut ini semakin menambah keyakinan kita terhadap kebenaran Islam dan seluruh ajarannya, karena sungguh di dalamnya mengandung keniscayaan dalam kebenarannya.

Sebagai mukjizat, Al Qur'an mengungkap informasi tentang masa yang akan datang dan itu pasti akan terjadi. Karena itu, betapa ruginya jika seorang Muslim tidak yakin akan kebenaran Islam yang sudah dianutnya dan juga tidak yakin terhadap Al Qur'an sebagai kitab suci yang harus menjadi pedoman hidupnya.

Mari kita renungkan 10 ayat di bawah ini, yang merupakan bukti bahwa Allah ﷻ benar-benar telah memberi penjelasan agar  kita tidak mengalami penyesalan yang sangat menyakitkan, sebagaimana penyesalan orang-orang kafir saat di akhirat kelak.


1. Bahwa kelak orang kafir benar-benar sangat ingin menjadi Muslim.

رُّبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

"Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang muslim."
(QS. Al-Hijr: 2)


2.. Bahwa orang kafir sangat ingin beramal salih.

وَلَوْ تَرٰىٓ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُوا رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَآ أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

"Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan amal salih Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin."
(QS. As-Sajdah: 12)


3. Bahwa orang kafir ingin mempelajari Islam, agar selamat dari Api Neraka.

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِىٓ أَصْحٰبِ السَّعِيرِ

"Dan mereka berkata, "Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala."
(QS. Al-Mulk: 10)


4. Bahwa orang kafir ingin menikmati Syurga, walaupun hanya airnya.

وَنَادٰىٓ أَصْحٰبُ النَّارِ أَصْحٰبَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَآءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ  ۚ  قَالُوٓا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكٰفِرِينَ

"Para penghuni neraka menyeru para penghuni surga, "Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu." Mereka menjawab, "Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,"
(QS. Al-A'raf: 50)


5. Bahwa orang kafir kelak sangat menyesal karena dahulu mereka tidak belajar Al Qur'an.

أَلَمْ تَكُنْ ءَايٰتِى تُتْلٰى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ

"Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, tetapi kamu selalu mendustakannya?"
(QS. Al-Mu'minun: 105).

Dan ...

قَالُوا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَآلِّينَ

"Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan kami adalah orang-orang yang sesat."
(QS. Al-Mu'minun: 106)


6. Bahwa orang kafir menyadari diri mereka sungguh sesat ketika di dunia.

وَمَاۤ اَضَلَّنَاۤ اِلَّا الْمُجْرِمُوْنَ

"Dan tidak ada yang menyesatkan kita kecuali orang-orang yang berdosa."
(QS. Asy-Syu'ara': 99)


7.Bahwa sesungguhnya orang kafir kelak sangat menginginkan agar diri mereka selamat dari api Neraka.

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ اَنَّ لَهُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا وَّمِثْلَهٗ مَعَهٗ لِيَـفْتَدُوْا بِهٖ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ ۚ  وَلَهُمْ عَذَابٌ اَ لِيْمٌ

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir, seandainya mereka memiliki segala apa yang ada di bumi dan ditambah dengan sebanyak itu (lagi) untuk menebus diri mereka dari azab pada hari Kiamat, niscaya semua (tebusan) itu tidak akan diterima dari mereka. Mereka (tetap) mendapat azab yang pedih."
(QS. Al-Ma'idah: 36)


8. Bahwa orang kafir kelak di akhirat ingin menjadi penentang setan.

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا رَبَّنَاۤ اَرِنَا الَّذَيْنِ اَضَلّٰنَا مِنَ الْجِنِّ  وَالْاِنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ اَقْدَامِنَا لِيَكُوْنَا مِنَ الْاَسْفَلِيْنَ

"Dan orang-orang yang kafir berkata, "Ya Tuhan kami, perlihatkanlah kepada kami dua golongan yang telah menyesatkan kami, yaitu (golongan) jin dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami agar kedua golongan itu menjadi yang paling bawah (hina).""
(QS. Fussilat: 29)


9. Bahwa orang kafir kelak sangat menyesali infaq harta yang telah dikeluarkan.

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ لِيَـصُدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ    ؕ  فَسَيُنْفِقُوْنَهَا ثُمَّ تَكُوْنُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُوْنَ    ؕ  وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اِلٰى جَهَـنَّمَ يُحْشَرُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam Neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan,"
(QS. Al-Anfal: 36)


10. Bahwa kelak orang kafir sangat menyesal mengapa dahulu mereka tidak mau bersahabat dengan orang2 Sholih.

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا

"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, "Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama rasul."
(QS. Al-Furqan: 27)

يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا

"Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),"
(QS. Al-Furqan: 28)

Shodaqollahul 'adziim.

Semoga dengan merenungkan firman-firman Allah ﷻ diatas, membuat diri kita bertambah yakin akan kebenaran Islam dan ajaran-ajaranNya.

Bertambah iman (keyakinan) dan taqwa (taat) adalah diantara ciri-ciri seorang Mukmin saat disampaikan kepadanya ayat-ayat Allah ﷻ yang mengangkat bukti-bukti kebenaranNya.

وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ


Published by :
_____________________
BK DKI
==================
Jakarta,6 Des 2016

Taujih Qur'ani 20

TAUJIH ::: QUR'ANI
0020/TQ-UA/MQM
==============

 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Jangan Sampai Awam terhadap AL QUR'AN Sepanjang Hidup

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ro'uf, Lc
حفظه الله تعالى
===============

Allah ﷻ berfirman :

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

(وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَومي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا)

"Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang diacuhkan."
(QS. Al Furqon : 30)

• Al Qur'an diturunkan kepada setiap orang beriman, agar menjadi menjadi kabar gembira dan rahmat bagi mereka.

(هُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ)

"Al Qur'an adalah petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman."
(Luqman ; 3)

Bagaimana mungkin seorang dapat merasakan efek rahmat dan rasa bahagia terhadap Al Qur'an yang merupakan karunia besar dari Allah ﷻ kepada hambaNya, jika ia tidak memiliki pengetahuan dan rasa kenal sedikitpun dengan Al Qur'an.

Allah ﷻ menyebut orang-orang yang awam terhadap Al Qur'an sebagai manusia yang "ummiyyun" istilah sekarangnya : "gaptek"
Jadi gaptek terhadap wahyu Allah ﷻ.

Kalau seseorang  gaptek teknologi saja sudah terkesan negatif (karena ia tentu tidak dapat mengakses informasi-informasi yang penting dan berguna. Maka bagaimana dengan mereka yang "gaptek" terhadap wahyu Allah ﷻ. Tentu ia terancam kerugian yang sangat besar bahkan di dunia dan di akhirat. Karena ia tidak memahami pokok-pokok hukum berupa perintah dan laranganNya yang memberi petunjuk baginya untuk menjalani roda kehidupan dunia dengan selamat dan bahagia, sedangkan di akhirat tentu akan mendapat azab karena semasa di dunia ia tidak mengindahkan hukum-hukum Allah yang terdapat di dalam Al Qur'an dikarenakan gapteknya terhadap Al Qur'an.

Allah ﷻ berfirman :

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

"Dan di antara mereka ada yang ummiyyun tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga."
(QS. Al Baqoroh : 78)


Mengapa seseorang bisa mengalami keawaman terhadap Al Qur'an, padahal daya dukung untuk mempelajarinya sangat cukup. Dan kalau saja ia memiliki minat dan keinginan untuk mempelajari pun juga memiliki banyak peluang.

Bahkan ada sebagian orang sudah puas dan merasa sudah cukup jika dirinya hanya mengetahui bahwa Al Qur'an itu adalah Kitab Sucinya. Mereka juga mengetahui bahwa Al Qur'an merupakan pedoman hidup manusia, tetapi toh juga mereka tetap saja enggan (tidak punya minat) untuk mempelajari dan memperdalam pengetahuannya terhadap kandungan Al Qur'an.

Lantas apa kiranya yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi ?

Jawaban utamanya adalah karena minimnya atau tipisnya imannya kepada Allah ﷻ.

Kepada seseorang yang minim keimanannya terhadap DiriNya, maka Allah ﷻ  akan membuatnya kurang berminat dan tidak memiliki rasa penasaran terhadap Al Qur'an sehingga tidak tergerak dan tidak juga memiliki minat dan semangat untuk mempelajarinya. Bahkan ketika diingatkan agar ia mempelajari Al Qur'an, maka selalu memiliki jawaban klasik, yakni dengan berlindung dibalik alasan tidak ada waktu. Akhirnya sepanjang hayatnya, ia menjadi awam terhadap Al Qur'an.

Wahai kaum Muslimin ...
Ketahuilah bahwa sesungguhnya jika kita mengaku mencintai Allah ﷻ maka secara otomatis harusnya kita memiliki rasa cinta terhadap KalamNya, Al Qur'anul Kariim.

Begitu juga sebaliknya, jika kita telah membuktikan cinta kita terhadap KalamNya, maka insyaAllah dapat dipastikan bahwa kita telah memiliki rasa cinta Allah ﷻ .

Imam Al Banna rohimahullah, dalam kitabnya Majmu'atur Rosail mengungkapkan keprihatinannya terhadap keawaman umat terhadap Al Qur'an :

ما رأيت ضائعا اشبه بمحتفظ به ولا مهملا أشبه بمعني شأنه من القران الكريم في امتنا هذه

"Aku tidak melihat sesuatu yang hilang padahal ia semacam manuskrip yang harus  dipelihara. Begitu juga menjadi sesuatu yang diacuhkan pada hal ia sesuatu yang harus diperhatikan. Itulah Al Qur'an yang ada di tengah-tengah umat ini."

Saudaraku ...
Mari segera kita tanyakan pada diri kita masing-masing, seberapa besar dan seberapa luas keawaman kita terhadap Al Qur'an.

Beberapa di antara  pertanyakan yang dapat menjadi tolak ukur seberapa jauh kita telah mengenal Al Qur'an serta memiliki kedekatan dengan Al Qur'an :

1. Berapa besar prosentase pemahaman kita terhadap setiap surat yang terdapat di dalam Al Qur'an?

2. Berapa ayat yang sudah bisa kita terjemahkan?

3. Berapa ayat yang sudah kita ketahui sabab nuzulnya (sebab turunnya)?
Dan tentu masih banyak indikator yang lain.

Silahkan gali sendiri hal-hal apa yang kira-kira bisa menjadi bahan kesimpulan bahwa ternyata pengetahuan kita tentang Al Qur'an demikian dan demikian.

Dari upaya evaluasi di atas InsyaAllah akan dapat kita simpulkan seberapa jauh cinta kita kepada kalamullah. Dan otomatis  kita juga bisa membaca, selama hidup kita ini,  sejauh mana rasa cinta kita kepada Allah ﷻ.

Suatu hal yang perlu kita fahami adalah:
Kesadaran diri atas keawaman kita terhadap Al Qur'an, dapat manjadi pintu gerbang (starting point) untuk memunculkan semangat baru dalam upaya menggali pemahaman terhadap Al Qur'an, sehingga insyaAllah kita tidak lagi termasuk orang yang awam terhadap Al Qur'an.

Adapun untuk mengikis habis keawaman ummat terhadap Al Qur'an, Imam Al Banna memberikan solusi sebagai berikut :

1. Intensif bersama Al Qur'an. Berinteraksilah dengan Al Qur'an dalam jumlah waktu sebanyak-banyaknya.

2. Perbanyaklah melakukan upaya pendekatan diri kepada Allah ﷻ  melalui Al Qur'an.

• Apakah dengan membacanya, mempelajarinya, merenungkan (mentadaburi) maknanya, mengamalkannya ataupun mendakwahkan serta membelanya saat ada yang tidak memuliakannya.

3. Jadikan Al Qur'an sebagai sumber ilmu dan hukum dalam semua sisi kehidupan kita.

• Apakah saat kita hendak melaksanakan ibadah mahdoh maupun yang ghoiru mahdoh, atau saat kita berbisnis, hubungan interaksi sosial kita, bahkan hingga dalam urusan politik dll. Pendek kata semua aspek kehidupan yang kita jalani dalam kehidupan ini haruslah kita landaskan Al Qur'an.

Hal di atas merupakan suatu konsekuensi logis ketika kita telah mengakui dan meyakininya bahwa Al Qur'an adalah kitab suci kita serta petunjuk hidup manusia, sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak menjadikan Al Qur'an sebagai dasar dan nilai-nilai seluruh aspek kehidupan kita.

Bahkan akan menjadi sangat naif jika kita mengangkat atau menjadikan hukum di luar Al Qur'an dalam  menetapkan keputusan terhadap suatu hal.


  وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Republished by :
__________________
BK DKI
============

Taujih Qur'ani 19

TAUJIH ::: QUR'ANI
0019/TQ-UA/MQM
==============

 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

10 Alasan Mengapa Orang Kafir Tidak Boleh Memimpin

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ro'uf, Lc
حفظه الله تعالى
==============

Allah ﷻ berfirman :

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ ۗ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ

"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)."
(QS. Ali imran : 28).

Inilah 10 alasan mengapa orang kafir tidak boleh menjadi pemimpin bagi orang yang beriman :

1. Orang kafir adalah sejelek-jelek makhluk yang melata di atas bumi.

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الَّذِينَ كَفَرُوا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

"Sesungguhnya  makhluk yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman."
(QS. Al Anfaal : 55)


2. Orang kafir adalah manusia yang sufaha (kurang waras).

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

"Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus".
(QS. Al Baqoroh : 142)

3. Orang kafir adalah manusia yang tidak mengetahui hakikat mengatur kehidupan.

Allah SWT berfirman:

وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتّٰى يَسْمَعَ كَلٰمَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۥ   ۚ  ذٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُونَ

"Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui."
(QS. At-Taubah: 6)


 4. Orang kafir adalah orang tidak mau menggunakan akalnya.

وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ

"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal."
(QS. Al Maidah : 58).


 5. Orang kafir adalah orang-orang yang tidak mengerti kehidupan.

Allah ﷻ  berfirman:

يٰٓأَيُّهَا النَّبِىُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ  ۚ  إِنْ يَكُنْ مِّنْكُمْ عِشْرُونَ صٰبِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ  ۚ  وَإِنْ يَكُنْ مِّنْكُمْ مِّائَةٌ يَغْلِبُوٓا أَلْفًا مِّنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُونَ

"Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti."
(QS. Al-Anfal: 65)


6. Orang kafir adalah orang yang jika berkuasa menjadi bengis kepada umat islam.

Allah SWT berfirman:

كَيْفَ وَإِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لَا يَرْقُبُوا فِيكُمْ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً  ۚ  يُرْضُونَكُمْ بِأَفْوٰهِهِمْ وَتَأْبٰى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فٰسِقُونَ

"Bagaimana mungkin (ada perjanjian demikian), padahal jika mereka memperoleh kemenangan atas kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan denganmu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (tidak menepati janji)."
(QS. At-Taubah : 8)

Ayat 8 surat At Taubah di atas juga mengisyaratkan bahwa orang musyrik selalu berkamuflase agar didukung orang beriman. Padahal hati mereka membenci orang beriman.


7. Orang kafir selalu menghalangi terlaksananya ajaran Allah.

Allah ﷻ  berfirman:

اشْتَرَوْا بِئَايٰتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِۦٓ  ۚ  إِنَّهُمْ سَآءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Mereka memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah, lalu mereka menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang mereka kerjakan."
(QS. At-Taubah: 9)

8. Orang kafir senang mengecam Agama Allah.

وَإِنْ نَّكَثُوٓا أَيْمٰنَهُمْ مِّنۢ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِى دِينِكُمْ فَقٰتِلُوٓا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ  ۙ  إِنَّهُمْ لَآ أَيْمٰنَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ

"Dan jika mereka melanggar sumpah setelah ada perjanjian, dan mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin kafir itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, mudah-mudahan mereka berhenti."
(QS. At-Taubah: 12)


9. Orang kafir mustahil mencintai dan memakmurkan Masjid.

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسٰجِدَ اللَّهِ شٰهِدِينَ عَلٰىٓ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ  ۚ  أُولٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمٰلُهُمْ وَفِى النَّارِ هُمْ خٰلِدُونَ

"Tidaklah mungkin orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Mereka itu sia-sia amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka."
(QS. At-Taubah: 17)

10. Orang kafir siap membiayai semua gerakan menghancurkan islam.

(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ ۗ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ)

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir membelanjakan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,"
[Surat Al-Anfal 36]

Pantaslah dan sangat tepat jika Allah ﷻ melarang dan marah, apabila orang beriman menjadikan mereka sebagai pemimpin.

Allah ﷻ berfirman :

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ  ۚ  أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا مُّبِينًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain dari orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah (untuk menghukummu)?"
(QS. An-Nisa':  144)

Perhatikan akhir dari ayat di atas, yakni:

"Bahwa mukmin yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin adalah bukti nyata kemunafikan yang nyata."

Kemudian di ayat 145 nya :

Allah SWT berfirman:

إِنَّ الْمُنٰفِقِينَ فِى الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka."
(QS. An-Nisa': 145)

Ayat di atas merupakan ancaman Allah ﷻ terhadap orang yang munafiq, bahwa tempat mereka kelak adalah di neraka yang paling bawah.
Na'udzubillahi mindzalik.

Semua ancaman Allah ﷻ di atas pasti akan terjadi saat orang kafir diloloskan memimpin Umat Islam.

Umat Islam yang otomatis berada di bawah kepemimpinannya pasti akan terkena semua dampak negatif dari karakter-karakter negatif sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur'an.

Masihkah kita sebagai Umat Islam akan memilih orang Kafir atau orang Musyrik sebagai pemimpin? Setelah memahami dan meyakini betapa dahsyatnya ancaman Allah ﷻ jika mereka benar-menjadi pemimin di tengah-tengah Umat Islam.

Semoga Allah selalu melindungi dan menguatkan aqidah kita serta menambah hidayahNya hingga kita tetap teguh dalam pendirian bersama orang-orang mukmin yang taat kepada hukum-hukumNya, yang yakin kepada janji-janiNya dan juga yang siap loyal serta membela AgamaNya.

Allah ﷻ mengajarkan suatu doa yang sangat tepat untuk situasi yang sangat memprihatinkan, yakni saat fitnah orang-orang kafir dan musyrik menyerang aqidah dan eksistensi Keislaman serta Aqidah kita.

رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
(QS. Al Mumtahanah : 5)


وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ


Republished by :
__________________
BK DKI
============
Jakarta, 28 Nov 2016

Taujih Qur'ani 18

TAUJIH ::: QUR'ANI
0018/TQ-UA/MQM
==============

 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Rizki Al Qur'an Harus Lebih kita Butuhkan dari pada Rizki Harta

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى  
==============

 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Allah ﷻ berfirman :


أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

"Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia"
(QS. Al-Anfaal : 4)

Ayat lain tentang rizki akhirat adalah:

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِى سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوٓا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقًا حَسَنًا  ۚ  وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِينَ

"Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Rezeki yang terbaik."
(Al-Hajj: Ayat 58)

Sebagian orang saat  mendengar kata rizki, maka selalu yang terpikir di dalam benaknya adalah uang atau harta kekayaan materiil.

Makna rizki yang identik dengan uang, sudah semacam paradigma masyarakat modern.

Kondisi ini tentu jika tidak segera diluruskan akan menjadi suatu tolak ukur bahwa suatu kebahagiaan harus bersumber pada hal-hal yang berhubungan dengan uang atau harta benda. Padahal ayat di atas menjelaskan ada rizki akhirat  yang lebih dibutuhkan dari pada rizki dunia.

Salah satu bentuk rizki yang spesial menurut ayat di atas adalah kemampuan berinterkasi dengan Al Qur'an yang mampu menambah keimanan kepada Allah dalam diri manusia.

Ayat di atas sudah seharusnya mamapu meluruskan paradigma  masyarakat modern yang selalu bersemangat dalam mengejar rizki dunia, karena menganggap bahwa saat mereka memperoleh rizki maka mereka telah mengantongi sumber kebahagiaan.

Ayat di atas juga mengingatkan kita, bahwa ada rizki lain yang jauh Lebih Besar Lebih Mulia. Yakni rizki yang berbentuk pahala yang ada di sisi Allah ﷻ. Akan tetapi untuk mendapatkannya seseorang butuh iman haqqo (yang kuat dan benar).

Adapun sumber terbesar bagi seseorang untuk mendapatkan rizqun kariim adalah Al Qur'an.

Karena itu jangan biarkan diri kita begitu bersemangatnya mencari rizki materi duniawi, tetapi malas meraih rizki yang sangat utama yakni nikmatnya berinteraksi dengan Al Qur'anul Kariim.

Hendaknya dalam urusan rizki Al Qur'an ini selalu menjadi motivasi kita untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengejarnya, karena sejatinya rizki Al Qur'an tidak hanya membawa kebaikan di dunia tetapi hingga di akhirat kelak.

Bahkan rizki Al Qur'an yang di Akhirat kelak akan jauh lebih sempurna dan lebih kita butuhkan saat itu.

Al Qur'an sungguh kelak akan menjadi syafaat bagi penikmatnya saat di dunia, dengan izin Allah ﷻ .

Marilah kita tingkatkan semangat kita dalam berinteraksi dengan Al Qur'an, dan juga rajinlah  memohon agar diri kita diringankanNya dalam berinteraksi dengan Al   Qur'an di sepanjang waktu.
"... warzuqna tilawatahu.."
(dan berilah kami rizki senang membacanya).

Rizki Al Qur'an memiliki bobot  yang lebih tinggi dari pada rizki dunia;

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ ۥ  لَهَمَّت طَّآئِفَةٌ مِّنْهُمْ أَنْ يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّآ أَنْفُسَهُمْ  ۖ  وَمَا يَضُرُّونَكَ مِنْ شَىْءٍ  ۚ  وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ  ۚ  وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا

"Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar."
(An-Nisa': Ayat 113)

Jadi jika rizki itu sangat spesial di sisi Allah maka Allah menyebutnya dengan Fadlullah (Ali bin Abi Tholib)

  وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Republished by :
__________________
BK DKI
============
Jakarta, 25 Nov 2016

04 Maret 2017

Taujih Qur'ani 17

TAUJIH ::: QUR'ANI
0017/TQ-UA/BK DKI
==============

 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Memaknai Rizki dalam Perspektif AL QUR'AN

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى  
---------------------

Rizki di  dalam Al Qur'an dibagi menjadi dua, yakni ;

Rizki dunia &
Rizki akhirat.

Rizki dunia dibagi menjadi 3 :
1. Rizki yang sudah dijamin oleh Allah ﷻ . Sebagaimana disebut dalam firmanNya :

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."
(QS. Hud : 6)

Kemudian juga dalam ayat berikut :

(وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)

"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. Al Ankabut : 60).

Pada kedua ayat tersebut di atas tergambar penjelasan Allah ﷻ bahwa Dia pemberi rizki semua makhluk hingga binatangpun, dan bahkan Allah ﷻ menyatakan Dia pula yang telah menjamin rizki seluruh makhlukNya, baik binatang maupun manusia.


2. Rizki Muktasab.
Yaitu rizki yang diberikan oleh Allah ﷻ karena manusia telah berusaha untuk mendapatkannya.

(هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ)

"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
(Al Mulk 15 )

Ayat di atas  perintah dari Allah ﷻ agar manusia  berikhtiar mengais Rizki dalam kehidupannya.

Dan Allah ﷻ  pula yang akan mencairkan rizki tersebut kepada siapa yang dikehendakiNya, yang besaran jumlahnya sesuai dengan penilaianNya atas ikhtiar (usaha) yang dilakukan oleh masing-masing manusia.

3. Rizki yang diberikan oleh Allah ﷻ tanpa diduga-duga.

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

"Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."
(QS. At Talaq : 3).

Hal ini menunjukkan bahwa Allah ﷻ sungguh sangat memperhatikan keadaan hamba-hambaNya.

Adapun yang menjadi salah satu sebab diturunkannya rizki yang tiba-tiba itu, selain karena kehendakNya yang mutlak (tanpa sebab  selain dari kehendakNya) juga  karena Ketaqwaan manusia kepadaNya. Inilah yang harus menjadi motivasi seorang Mukmin jika ingin terjamin rizkinya baik saat ia mengharap ataupun yang Allah ﷻ turunkan secara tiba-tiba.

Sungguh Taqwa adalah sebagai jalan penyebab turunnya cinta Allah kepada seseorang, hingga Dia akan selalu memperhatikan kapan si hamba membutuhkan rizki yang terbaik dariNya.

Demikianlah terkait gambaran rizki yang sebaiknya kita fahami agar tidak terjebak pada presepsi yang salah.

Dan perhatikanlah karakteristik rizki dunia, sesungguhnya ia sangat  mudah didapat, karena sudah Allah ﷻ sudah menyatakan berbagai ungkapan jaminanNya, baik kepada hambaNya yang beriman dan bertaqwa kepadaNya maupun yang tidak.

Adapun yang akan membedakan dari rizki yang diterima oleh orang yang beriman dan yang tidak adalah terletak pada nilai keberkahannya. Sehingga perlu difahami bahwa rizki  juga memiliki 2 dimensi, yakni :

- rizki dunia yang hanya akan bisa dinikmati sebatas untuk memenuhi kebutuhan duniawi saja.

- rizki ukhrowi (akhirat).

Rizki akhirat adalah rizki yang hanya didapat manusia dari sejak mereka di dunia, seperti keimanannya kepada Allah ﷻ, ringannya ia melakukan berbagai amal sholih, dan lain-lain, rizki ini akan dinikmati baik di dunia (berupa kepuasan hati dan sakinah) sedangkan bisa dinikmati pula hingga kelak di akhirat yakni berupa balasan dari Allah ﷻ, yakni berbagai kenikmatan syurgawi yang telah disediakan Allah ﷻ sebagai karunia rizki terbaik bagi hambaNya yang telah benar keimanannya serta yang tidak enggan melakukan amal-amal sholih sebagai ubudiyahnya kepada Allah ﷻ .


Oleh karena itu betapa ruginya manusia jika habis-habisan mengejar rizki dunianya yang hanya terbatas sekali nilai kenikmatannya, sedangkan mereka mengorbankan rizki akhiratnya yang kenikmatannya sangat sempurna dan abadi sifatnya.

Mari kita jadikan pelajaran agar diri kita tidak sampai karena mengejar rizki dunia,  kita lupakan bahkan kita remehkan rizki akhirat sehingga kelak kita menjadi manusia yang sangat miskin rizki akhirat yang sangat tinggi harganya.

Dan yang perlu menjadi catatan penting adalah:

Bahwa setiap rizki dunia hanya akan memiliki nilai kemuliaan JIKA diniatkan sebagai sarana atau alat untuk meraih rizki akhirat.

Jadi karena bab rizqi ini sudah sedemikian dimudahkan oleh Allah. Maka harus dijaga, jangan sampai menjerumuskan manusia, dalam 2 kerugian besar ;

1. Jangan sampai karena rizqi melupakan Allah yang Maha Pemberi rzqi, sehingga menjadi syirik kepadaNya karena rizqi.
2. Jangan sampai karena asyik mencari rizqi lupa akhirat. Akhirnya menjadi  penghuni neraka.


(إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ)

Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan
 (Al Ankabut 17 )

(وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ * أَفَمَنْ وَعَدْنَاهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيهِ كَمَنْ مَتَّعْنَاهُ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْمُحْضَرِينَ)
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.

Maka apakah kamu tidak memahaminya?

Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi; kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?


 وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
   
Published by :
______________________
BK DKI
==============
Jakarta,24 Nov 2016

Taujih Qur'ani 16

TAUJIH ::: QUR'ANI
0016/TQ-UA/MQM
==============

 بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Sudahkah Berdoa untuk Negeri ini dan DKI ini Sebanyak-Banyaknya?

Oleh:
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ra'uf, Lc
حفظه الله تعالى  
-----------------

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

(وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)

"Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin atau sahabat bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan."
(QS. Al-An'am : 129)

Maksud firman Allah ﷻ  di atas menurut imam Al Qurtubi :

Bahwa ancaman bagi masyarakat yang banyak berdosa, jika tidak segera berhenti dari dosa. Allah ﷻ akan hadirkan pemimpin yang juga senang dengan dosa. Naudzubillahi mindzalik.

Terbayangkah di benak kita, jika umat Islam DKI atau bahkan negeri ini sampai dipimpin kembali orang kafir?

Kalau saja kita paham bahwa dengan dipimpinnya umat Islam oleh orang kafir adalah suatu musibah yang sangat besar, tentu kita akan semangat berjuang dan berdoa agar Allah kembalikan kepemimpinan kita kepada orang Islam.

Hal ini sesuai dengan ayat di atas bahwa kondisi masyarakat yang senang dosa akan menerima konsekuensi akan dipimpin oleh manusia yang senang dosa pula, sebagai peringatan dan hukuman dari Allah ﷻ  atas dosa-dosa masyarakat itu sendiri.

Jika masyarakat dipimpin orang yang fajir atau fasiq saja akan sudah merupakan hukuman, apalagi jika dipimpin oleh orang yang musyrik atau kafir?
Maka alangkah besarnya hukuman dari Allah ﷻ tersebut. Na'udzubillahi mindzalik.

Rasulullah ﷺ  bersabda :

 خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

 "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo'akan kalian dan kalian mendo'akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka." Beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?" maka beliau bersabda: "Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka."
(HR. Muslim, no 3447).


Ibnu Abbas ra, berkata bahwa :
"Jika Allah meridhoi suatu kaum. Allah angkat pemimpin orang-orang yang terbaik dari mereka. Dan jika Allah murka kepada suatu masyarakat. Alllah angkat pemimpin dari orang yang jahat dr mereka. ( Tafsir Al Qurtubi )

Sedangkan Al Hasan Bashri mengatakan :

"(jika kalian dipimpin pemimpin yang fajir) maka janganlah kalian sibuk mengecamnya. Tapi fokuslah kalian memperbaiki diri (kalian sendiri)."

Jadi sudah pasti, mereka yang paham peta politik di negeri ini akan merasa suram jika membayangkan masa depan umat Islam di ibu kota, Jakarta ini.

Oleh karena itu sesuai dengan penjelasan di atas, maka kita harus memahami hal-hal yang harus segera dilakukan oleh umat Islam yaitu sebagai berikut:

1. Banyak berdoa agar Umat Islam di negeri ini dan ibu kota ini serta di seluruh muka bumi ini dilindungi oleh Allah ﷻ
dari pemimpin yang fasiq, apa lagi kafir musyrik. Dan juga memohon agar pemimpin negri ini dimasa yang akan datang adalah seorang Muslim yang benar-benar beriman.

2. Memperbaiki diri pribada dan juga mengajak kepada umat agar menjadi hamba-hambaNya yang sholih.

3. Berusaha semaksimal  mungkin mendukung calon Muslim yang sholih yang dapat dipercaya akan mampu melaksanakan amanah kepemimpinan dengan mental taqwa kepada Allah ﷻ serta memiliki jiwa siap melayani umat Islam dan seluruh rakyatnya.

Suatu catatan penting :

Bahwa jangan sampai ummat Islam tidak perduli dengan musibah seperti ini, hingga berlaku sunatullah , terjadinya sebuah proses bencana yang semakin membesar dan akan lebih besar lagi.

Yakni seperti kita lihat kenyataannya, dimulai dari :

1. Allah tampilkan pemimpin yang tidak sholih, yang tampilannya saja seorang Muslim, akan tetapi jika ia beriman dengan baik, belum bertaubat dan beramal Shalih. Maka tentu ini sudah suatu awal dari musibah.

2. Maka Allah ﷻ tambahkan musibah lebih besar, dengan hadirnya pemimpin kafir dengan berbagai macam tampilan tabiat yang sangat tidak mengundang simpati.

3. Karena umat Islam belum juga sadar dan segera bertaubat serta beramal Sholih. Maka bisa jadi Allah ﷻ akan hadirkan pemimpin kafir yang jabbar (penindas, penyiksa dan pembunuh ).

Nabi Ibrahim 'alaihissalam bahkan selalu berdoa dari bencana ini.

(رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami fitnah (sasaran penindasan)  bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
(QS. Al-Mumtahanah: 5)


Setelah kita menyadari bahwa semua musibah yang menimpa adalah karena kesalahan kita sendiri, maka sebaiknya semua segera kembali kepada Allah ﷻ dngan memperbaiki keyakinan serta ketaqwaan kepadaNya serta memperbanyak DOA - inilah jalan harapan untuk memperbaiki kondisi saat ini.

Allah ﷻ telah berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS. Asy Syura: 30)

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ 
[التغابن : 11]

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(At-Taghābun : 11)

Jadi berpolitik yang Qur'ani itu bukan sekedar merebut kekuasaan. Tapi bepolitik itu gerakan besar mensholihkan diri, memperbaiki umat dan melayani mereka, agar semua taat kepada Allah ﷻ dan RasulNya. Tanpa semua itu, gerakan politik umat tidak akan ditolong oleh Allah ﷻ.

وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ


Published by :
______________________
BK PKS DKI
==============
Jakarta, 23 Nov 2016