12 Oktober 2014

Menjaganya Agar Tetap Ada

Sampai detik ini, aku masih berharap bahwa ISTIQOMAH terus ada pada jiwa-jiwa kita. Tidak lekang begitu saja oleh berbagai aktivitas yang ada. Selalu ada dan diperbaharui setiap waktunya.

Kenapa?

Karena ialah kunci dari segala hal yang ada di muka bumi ini. Tanpa adanya keistiqomahan, mana mungkin bumi ini masih terus berputar?
Tanpa keistiqomahan, bagaimana bisa alam semesta selalu ada pada porosnya masing-masing..
Tanpa keistiqomahan, maka seluruh perjalanan hidup kita ini akan terhenti.
Lepas dari segala rutinitas duniawi yang kita jalani sekarang.

Maka sekarang yang jadi pertanyaan adalah...
Bagaimana jika alam semesta dan seluruh isinya tidak mematuhi perintah Sang Pencipta untuk selalu ada pada porosnya, tempat dia seharusnya berada?
Pasti orang yang tak pernah mengenyam pendidikan-pun akan berujar, bahwa seketika itu pula kiamat telah datang. Semua hancur dalam sekejap mata. Manusia-manusia berhamburan bagaikan debu-debu yang terlempar oleh angin. Gunung-gunung yang tegak kokoh akan menyatu dengan tanah. Dan yang pasti, bintang-bintang yang ada di alam semesta ini akan bertabrakan satu sama lain. Begitu pula planet-planet yang kita kenal dalam imajinasi kita, semua akan luluh lantak dalam sesaat. Termasuk planet bumi yang indah akan kehidupan ini.

Adakah yang ingin menyanggah tentang hal ini? Pastinya semua setuju dengan sebab-akibat di atas.

Lalu jika hal ini dikaitkan dengan ibadah kita kepada Allah Ta'ala, bagaimana?
Apakah kita semua akan setuju dengan analogi yang telah disebutkan sebelumnya?

Banyak diantara kiita yang menjawab "iya" pada lisannya, tapi "tidak masalah" pada hatinya.
Akankah semua ini benar adanya?
Bagaimana sesuatu yang sangat sakral ini dapat dianggap menjadi sesuatu yang sepele? Saat semua orang mengatakan bahwa ibadah adalah hal yang membosankan, sia-sia belaka, dan hanya dikerjakan oleh orang-orang tua yang telah mendekati ajalnya. Bagaimana bisa seseorang di jaman ini mengatakan semua pernyataan itu dengan mudahnya. Tak ada sedikitpun beban berat yang dirasakannya.

Ada pula mereka yang telah disebut sebagai da'i pada kelompoknya, yang selalu mengatakan kebenaran di setiap perkataannya. Tapi ternyata mereka tidak sadar akan kesalahannya yang sedikit demi sedikit menjadi sesuatu yang sangat besar & menjadi penghalang baginya memasuki pintu surga.

Karena memang tugas setiap hamba adalah menyempurnakan ibadahnya dengan sempurna. Bila saat ini telah bisa melaksanakan sholat wajib tepat waktu, maka seharusnya beberapa waktu kedepan disempurnakan dengan sholat-sholat rawatib. Bila saat ini dapat mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, maka seharusnya bisa juga menyempurnakan dengan menghapus kata-kata kotor dari lisannya.
Bila saat ini hatinya telah tenang, tidak merasa terbebani masalah, maka seharusnya disempurnakan dengan bacaan tilawah. Karena sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an. Sebaik-baik petunjuk adalah Al-Qur'an. Dan sebaik-baik warisan Rasulullah pada ummatnya adalah Al-Qur'an dan Hadits.

Lalu bagaimana kita dapat meninggalkan amalan-amalan tersebut se-enak kita sendiri? Bagaimana bisa sesuatu yang sangat diagung-agungkan Rasul dan para Sahabat kita geser prioritasnya HANYA gara-gara aktivitas kerja kita yang katanya "bejibun"? Dan bagaimana bisa kita menyandingkan kata ISTIQOMAH dengan alasan SIBUK (urusan duniawi)?

Padahal sebenarnya jika ada keinginan untuk membaca lebih luas segala aktivitas tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa "Berkahnya waktu adalah ketika kita bisa menyeimbangkan segala aktivitas kerja dengan amalan-amalan yaumiyah. Sehingga waktu yang kita punya tidak terbuang dengan percuma."
Berkahnya waktu adalah ketika dapat melakukan banyak karya dalam waktu yang singkat.

Tapi memang, ini adalah kelemahan manusia yang memiliki nafsu. Lebih tertarik dengan sesuatu yang berbau duniawi daripada ukhrowi. Karena memang surga itu dekat dengan sesuatu yang "membosankan" bagi nafsu dan neraka dekat dengan sesuatu yang menarik dan amat manis.
Dan... menjaga-nya (istiqomah) adalah sesuatu yang sangat penting.

*tulisan yang dengannya akan menyindir hati-hati yang mungkin saat ini terasa jauh akan "nutrisi" hati, termasuk bagi sang penanya sendiri

Sekian, semoga hati dan jiwa kita tidak akan hancur seperti hancurnya alam semesta saat terjadinya kiamat kubro HANYA karena kita lalai dalam menjaganya.