19 Juni 2012

Rapuh itu Jauh

detik waktu terus berjalan
berhias gelap dan terang
suka dan duka tangis dan tawa
tergores bagai lukisan

seribu mimpi berjuta sepi
hadir bagai teman sejati
di antara lelahnya jiwa
dalam resah dan air mata
kupersembahkan kepadaMu
yang terindah dalam hidup

meski ku rapuh dalam langkah
kadang tak setia kepadaMu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah padaMu

maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintaiMu
dalam dadaku harap hanya
diriMu yang bertahta

detik waktu terus berlalu
semua berakhir padaMu
— Opick = Rapuh —

Sebuah lagu yang sering kali kudengarkan kala diri ini rapuh. Rapuh, futur karena merasa jauh dari Allah. Rapuh, tak kuat menahan beban yang Allah berikan di pundakku. Rapuh, kala air mata ini mengalir tanpa ada henti. Rapuh, kala pikiran ini tak menjangkau apa yang telah Allah rencanakan untukku.

Sebenarnya… setiap mereka pasti pernah merasakan ‘jatuh’. Baik itu aktivis dakwah ataupun mereka yang belum terlalu mengenal tentang islam. Sulit untuk mengungkapkan sesuatu yang berkecamuk di dalam pikiran dan hati ini kepada orang lain yang berbeda sekali keadaannya dengan kita. Berbeda dalam hal sifat, berbeda dalam hal pemahaman, berbeda dalam hal memandang suatu masalah.

Semuanya sungguh terasa berat dikala tak ada yang dapat memahami kita. Masalah demi masalah itu serasa tertumpuk tak karuan menjatuhi kita. Tak ada orang di sekeliling kita yang dapat membantu memindah dan menyelesaikan tanggung jawab yang sedang kita pikul. Semua terasa berat… beraatt sekali…

Sendiri… yah, pasti itu yang akan kita rasakan saat ‘rapuh’ itu datang. Merasa dalam kesendirian, padahal banyak orang di sekitar kita. Merasa tak ada yang bisa diajak untuk membantu menyelesaikan masalah, padahal sebenarnya ada banyak orang yang menawarkan bantuan. Merasa bahwa hanya kita yang memiliki masalah ini, padahal di sekitar kita banyak yang juga sedang mengalaminya namun kita yang sering kali tak menyadari karena merasa ‘paling menderita’. Dan masih banyak lagi sesuattu yang dirasa saat ‘rapuh’ ini menyapa.

Sebenarnya banyak yang telah memberikan nasehat tentang ini-itu, tapi kembali pada diri kita masing-masing bagaimana memandang korelasi antara masalah dengan nasehat yang diberikan. Sebuah nasehat itu mudah untuk diberikan, namun kadang sulit untuk direalisasikan. Aku pun menyadari, aku banyak ngasi nasehat kepada seseorang yang sedang ‘rapuh’, tapi saat aku sendiri ‘rapuh’, aku tak bisa berbuat apapun. Pikiran ini serasa bercabang kemana-mana, entah telah sampai mana dan sedang membahas apa, aku pun tak tahu.

Diam… yah, itulah yang paling sering aku lakukan saat masalah dan kerapuhan itu menyapa. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk hal ini. Ingin bercerita pun aku tak tahu harus bercerita kepada siapa dan mulai dari mana. Inginnya orang di sekitar itu tahu tanpa aku harus memberi tahu mereka, tapi itu pun tak mungkin. Aku tak mungkin menginginkan semua orang berpikir seperti diriku. Setiap orang punya ciri khas dan kepribadian masing-masing dan sulit bagi kita untuk memaksa mereka mengerti kita.

Pernah aku ingin bercerita kepada orang yang kuanggap kakak, tapi aku tak tahu harus mulai bercerita darimana. Akhirnya aku hanya bisa menangis di hadapannya. Dan beliau pun berkata,

“Janganlah kau berharap bahwa semua orang harus mengerti dirimu, karena itu sama saja pemaksaan. Janganlah kau berpikir bahwa dirimu adalah yang paling menderita, tapi berpikirlah bahwa ada yang lebih memiliki masalah yang lebih besar darimu. Dan janganlah kau menggantungkan dirimu untuk bercerita kepada orang lain, karena sebenarnya yang memberimu masalah itu Allah, jadi berceritalah pada Allah dan mintalah jalan keluar kepada-Nya. Karena tak ada yang lebih mengerti dirimu kecuali IA yang menciptakanmu… :)

karena sebenarnya yang memberimu masalah itu Allah, jadi berceritalah pada Allah dan mintalah jalan keluar kepada-Nya. Karena tak ada yang lebih mengerti dirimu kecuali IA yang menciptakanmu…


Ya Allah… tahukah kalian? Serasa bergetar hati ini mendengar kalimat terakhir ini. Serasa diri ini sangat kecil, tapi lupa akan Pencipta yang telah menciptakan. “Allah tak akan memberikan ujian dan cobaan kecuali sesuai dengan kemampuan hamba-Nya”

Tinggal bagaimana kita mencerna apa yang sedang Allah rencanakan untuk kita. Allah pastilah punya misi terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Sayangnya kita belum tahu apa sebenarnya maksud Allah, kenapa Allah memberikan perkara ini?

Aku tahu kenapa ‘dia’ yang kuanggap kakak itu dapat memberikan nasehat itu padahal aku sendiri pun belum bercerita apa masalahku. Semakin banyak pengalaman hidup, pastinya akan semakin banyak hikmah yang dapat diambil, dan aku tahu, beliau pasti dahulu juga pernah mengalaminya bahkan lebih berat daripada aku.

Kala itu hatiku tenang karena nasehatnya, kini aku kembali merasa kering. Mencoba untuk mengingat dan melakukan apa yang beliau katakan, namun tetap saja belum berhasil. Mencoba menyemangati orang lain sembari menyemangati diriku sendiri, namun masih saja belum merasa tersirami. Aku tahu, aku tahu persis bahwa seseorang tidak akan diuji kecuali Allah tahu seberapa kemampuannya. Aku pun tahu, bahwa seseorang akan selalu diuji dengan ujian yang sama jika ia belum lulus dalam ujian itu, dan akan beranjak ke tingkat selanjutnya. Tapi… mengapa?

Aku rindu mereka yang slalu mendengar ceritaku… Aku rindu mereka yang slalu memberikan nasehat padaku…

^^Juni 2012^^

Tidak ada komentar: