Malam itu aku terdiam membaca berita yang beredar di media sosial
itu. Sebuah kecelakaan bus di Baturaden, Purwokerto. Lama diri ini
terdiam membisu dalam ucapan istighfar, merangkai-rangkai kata-kata yang
bermunculan di pikiran. Ya Allah,,, ternyata kematian itu dekat,
bagaimana nasibku nanti saat nyawa ini malaikat-Mu cabut dari raga
titipan-Mu ini? Apakah aku akan Engkau ambil dalam keadaan shalat,
menimba ilmu, sedang melakukan kesalahan kepada orang lain, atau dalam
kemaksiatan? Astaghfirullah… aku tak bisa membayangkan itu semua, pernah
merasakan pun belum.
“Semoga Allah menghitungnya sebagai mati syahid krn keberangktn mereka dlm rangka tholabul ‘ilmi
2 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro meninggal dunia dalam kecelakaan maut di Baturaden.
Kedua korban adalah Novitia Lutfiatul Khoriyah (19), dan Esti Ilma Zakiya (18).
Mohon do’anya jg bagi korban lain yg sdng d rawat”
Aku bingung sebenarnya saat membaca berita itu. Pertama kali aku baca
di facebook, baru beberapa orang yang update, maka ya hanya aku rasa
sebagai kecelakaan biasa. Tapi entah kenapa, ada getaran yang kuat yang
merasuk dalam hati, bagaimana bisa kecelakaan itu terjadi, korbannya
siapa, dan kronologisnya gimana? Semua pertanyaan itu mampir di otakku.
Agak kaget juga sebenernya dengan diri sendiri, yang biasanya tidak
terlalu peka dengan sebuah berita, apalagi kecelakaan itu adalah hal
yang biasa terjadi. Tapi berbeda dengan ini, aku bener-bener penasaran
dan ingin tahu kabar dan berita selanjutnya.
Ahad, 4 November 2012, pukul 20.00 WIB, saat itu aku membuka
berita lewat hp, dan betapa tercengangnya aku saat mengetahui bahwa
korban yang meninggal adalah teman seperjuangan. Mungkin jika mereka
berdua mahasiswi dari universitas lain, keadaannya tidak sekaget aku
sekarang ini. Ukhti Esti dan Novi, Mahasiswi Kedokteran Umum Universitas
Diponegoro Semarang 2011. Masya Allah… aku ga sampai mengira bahwa
korban itu adalah adek angkatan beda fakultas! Apa ini artinya dari tadi
aku hanya memilah milah berita ini dan tidak berganti pada topik yang
lain?
Ya, darisinilah Allah menegurku.
Dan betapa berita itu membuatku merasa iri dan ingin menangis, karena
dalam update berita yang lain, ternyata 2 mahasiswi itu adalah pementor
baru Fakultas KU Undip! Ya Allah… hati ini serasa teriris-iris. 2 jundi
dakwah itu sudah bertemu dengan-Mu. Apakah itu tanda cinta Allah pada
hamba-hamba yang shalihah ini? Apakah memang Allah sudah terlalu cinta
dan sayang pada kalian wahai saudariku, sehingga Allah memanggilmu
begitu cepat? Ya Allah… aku tak bisa membayangkan bagaimana nantinya
keadaanku saat berjumpa dengan-Mu. Aku takut bagaimana keadaanku saat
ajal itu menyapaku, apakah sedang bercinta dengan-Mu, atau malah sedang
jauh-jauhnya dari-Mu? Ya Allah… jadikan diri ini, keluarga, sahabat
khusnul khotimah.
Dari berita itulah, aku tak bisa memejamkan mata hingga tengah malam
lebih, selalu terngiang-ngiang kejadian itu. Tabrakan beruntun antara
bis, motor, sampai menabrak ke swalayan yang ada disana. Terdengar
cerita juga tentang 2 mahasiswi itu, yang tadinya mereka duduk di bangku
tengah agak belakang bareng dengan temen2 yang lain, tapi tiba-tiba
mereka pindah tempat duduk di depan dibelakang sopir pas. Padahal kita
tahu lah, gimana parahnya keadaan yang duduk di bagian depan, sampai
ketimpa-timpa patahan bus, kena jeruji dan sebagainya.
Tapi memang itulah kematian, ia adalah takdir dan hanya Allah yang
tahu kapan datangnya. Dan subhanallah 2 saudari kita ini, Allah cabut
nyawanya, Allah beritakan hingga ke seluruh pelosok, mereka wafat dalam
keadaan ingin menuntut ilmu, mereka seorang pementor, pembawa risalah
dakwah yang dibawa Rasulullah, dido’akan semua orang yang mendengar
ceritanya baik mereka kenal ataupun tidak, dishalatkan banyak jama’ah
sampai-sampai ada yang menyelenggarakan shalat ghaib untuk mereka.
Ya Allah… Subhanallah… Aku tak bisa membayangkan betapa mereka
tersenyum disana karena kabarnya di akhir hayatnya pun mereka tersenyum
manis, cerah bercahaya.
Dan cerita itu pun tak berakhir di malam itu saja. Pagi harinya,
Senin, 5 November 2012, banyak jarkom berdatangan, akan diadakan shalat
jenazah di masjid Asy-Syifa Kariyadi Semarang, dan jenazahnya Esti akan
dibawa ke Boyolali, dan yang Novi ke Riau.
Saat itu juga aku kembali dikejutkan, dimakamkan di Boyolali, se kabupaten denganku. Dimana rumahnya?
Itu pertama kali yang terlintas dipikiranku, jangan-jangan keluarganya
ada yang aku kenal, ataukah rumahnya pernah kukunjungi, atau… berbagai
pertanyaan yang ingin segera terjawab itu berputar-putar di pikiranku.
Segera kutanyakan kepada yang memberi berita itu, dan jam-jam itu juga
banyak yang menanyakan padaku,”Boyolali mana? Daerah? Rumahnya deket
mana?”
Masya Allah… aku kembali menyebut asma Allah SWT berulang-ulang saat
aku jarkom, tanya, dsb. Mungkin dari sinilah Allah memang ingin agar aku
mengikuti perkembangannya, karena kejadian berturut-turut 2 hari itu
memang slalu ada hubungannya denganku. Dapat jawabannya, ‘daerah
Mojosongo’! tanpa pikir panjang, aku segera sadar, aku sering nglewatin
daerah itu! tapi dimananya? Ya Allah… saat itu aku selagi perjalanan ke
Tembalang dari Ungaran, karena malamnya memang transit dulu di Ungaran.
Rasanya pengen banget balik lagi ke rumah, balik arah. Pengen ikut
menyolatkan, ketemu dengan keluarganya, pengen tau cerita tentang
adeknya, dan banyak lagi lah.
Terlebih lagi saat ada jawaban, “Orang tua nya sedang haji, makanya dimakamkan di Boyolali karena ada saudaranya yang ada disana.” Bagaimana reaksi orang tuanya saat mendengar kabar ini? Tak bisa aku membayangkannya. Pengen banget rasanya bener-bener kesana.
Tapi aku ga bisa balik lagi, buat ikut sholat di Kariyadi aja ga
bisa, apalagi kudu balik ke Boyolali. Hmm… hanya do’a saja yang dapat
kukirimkan untuk kalian, ukhti… Allah sudah terlalu cinta kepada kalian,
aku iri… aku iri dengan kalian… dan Allah menggiringku ke episode ini,
agar aku bisa mengambil hikmah dari semua kejadian ini, bahwa manusia
itu sebenarnya harus sadar bahwa kematian itu tinggal menunggu jadwal,
Astaghfirullah…
Ceritamu sungguh mengharukan, mencengangkan, menegangkan, semua bercampur jadi satu.
Apalagi setelah mengetahui ada tulisan Almh. Ukhti Novi, tulisan terakhirnya tanggal 1 November 2012, di blognya tentang ‘Dosen tak Bernyawa’,
yang disana bercerita tentang kematian, mereka yang telah meninggal,
mereka ternyata bisa menjadi sumber ilmu bagi mereka yang masih hidup.
Ya Allah… disana tertulis, seakan-akan memang ia akan dipanggil oleh
Allah SWT sebentar lagi, bukan waktu yang lama.
Tulisan itu di share ke
banyak orang, di berbagai media, dan Subhanallah, menjadi sebuah ilmu
untuk banyak kalangan, dan artinya pun, ia meninggalkan amal jariyah
yang tak akan putus. Subhanallah…
Ya Allah, siapapun mereka, ampunilah dosa-dosa mereka
Jadikanlah setiap perlakuan yang kami berikan sebagai penggugur dosa mereka
Terimalah setiap amal ibadah mereka semasa hidup dulu
Gantikanlah liang lahat mereka dengan rumah-rumah surga-Mu
Gantilah kain kafan mereka dengan baju-baju kebesaran penghuni surga
Sayangilah mereka
Karena mereka kami mengenal ilmu-ilmu Mu
Karena mereka kami menjadi orang yang bersyukur
Dan karena mereka, kelak kami bisa menolong hamba-hamba Mu
(penggalan kalimat yang ada di tulisan blog itu)
Seseorang yang ia tak pernah upload foto, di hari-hari terakhir itu, Almh. Novi meng.upload foto tentang ‘teman dunia akhirat’
nya, ia bersama saudari2nya yang lain. Ya Allah… jika mereka (pembaca
& pemerhati) peka, maka akan merasakan getaran yang luar biasa
dashyat mendengar kisah mereka berdua.
Aku tak bisa berkata apa-apa. Tak kuat untuk itu. Lidah ini rasanya
kelu untuk merangkai kalimat-kalimat indah yang mungkin bisa saja
terangkai. Namun diri ini terlalu surprise akan semuanya! Semua kejadian
itu, cerita itu, dan sosok-sosok itu… Allahu Akbar! Semoga ini bukan
hanya menjadi sebuah cerita saja, tapi dapat menjadi pelajaran dan
hikmah juga untuk yang lain…
Ukhtina… semoga engkau syahid di jalan-Nya… Aamiiin…
.041112.2359.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar