06 November 2012

Ajal Rahasia Allah

Malam itu aku terdiam membaca berita yang beredar di media sosial itu. Sebuah kecelakaan bus di Baturaden, Purwokerto. Lama diri ini terdiam membisu dalam ucapan istighfar, merangkai-rangkai kata-kata yang bermunculan di pikiran. Ya Allah,,, ternyata kematian itu dekat, bagaimana nasibku nanti saat nyawa ini malaikat-Mu cabut dari raga titipan-Mu ini? Apakah aku akan Engkau ambil dalam keadaan shalat, menimba ilmu, sedang melakukan kesalahan kepada orang lain, atau dalam kemaksiatan? Astaghfirullah… aku tak bisa membayangkan itu semua, pernah merasakan pun belum.

“Semoga Allah menghitungnya sebagai mati syahid krn keberangktn mereka dlm rangka tholabul ‘ilmi
2 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro meninggal dunia dalam kecelakaan maut di Baturaden.
Kedua korban adalah Novitia Lutfiatul Khoriyah (19), dan Esti Ilma Zakiya (18).
Mohon do’anya jg bagi korban lain yg sdng d rawat”


Aku bingung sebenarnya saat membaca berita itu. Pertama kali aku baca di facebook, baru beberapa orang yang update, maka ya hanya aku rasa sebagai kecelakaan biasa. Tapi entah kenapa, ada getaran yang kuat yang merasuk dalam hati, bagaimana bisa kecelakaan itu terjadi, korbannya siapa, dan kronologisnya gimana? Semua pertanyaan itu mampir di otakku. Agak kaget juga sebenernya dengan diri sendiri, yang biasanya tidak terlalu peka dengan sebuah berita, apalagi kecelakaan itu adalah hal yang biasa terjadi. Tapi berbeda dengan ini, aku bener-bener penasaran dan ingin tahu kabar dan berita selanjutnya.

Ahad, 4 November 2012, pukul 20.00 WIB, saat itu aku membuka berita lewat hp, dan betapa tercengangnya aku saat mengetahui bahwa korban yang meninggal adalah teman seperjuangan. Mungkin jika mereka berdua mahasiswi dari universitas lain, keadaannya tidak sekaget aku sekarang ini. Ukhti Esti dan Novi, Mahasiswi Kedokteran Umum Universitas Diponegoro Semarang 2011. Masya Allah… aku ga sampai mengira bahwa korban itu adalah adek angkatan beda fakultas! Apa ini artinya dari tadi aku hanya memilah milah berita ini dan tidak berganti pada topik yang lain?

Ya, darisinilah Allah menegurku.

Dan betapa berita itu membuatku merasa iri dan ingin menangis, karena dalam update berita yang lain, ternyata 2 mahasiswi itu adalah pementor baru Fakultas KU Undip! Ya Allah… hati ini serasa teriris-iris. 2 jundi dakwah itu sudah bertemu dengan-Mu. Apakah itu tanda cinta Allah pada hamba-hamba yang shalihah ini? Apakah memang Allah sudah terlalu cinta dan sayang pada kalian wahai saudariku, sehingga Allah memanggilmu begitu cepat? Ya Allah… aku tak bisa membayangkan bagaimana nantinya keadaanku saat berjumpa dengan-Mu. Aku takut bagaimana keadaanku saat ajal itu menyapaku, apakah sedang bercinta dengan-Mu, atau malah sedang jauh-jauhnya dari-Mu? Ya Allah… jadikan diri ini, keluarga, sahabat khusnul khotimah.

Dari berita itulah, aku tak bisa memejamkan mata hingga tengah malam lebih, selalu terngiang-ngiang kejadian itu. Tabrakan beruntun antara bis, motor, sampai menabrak ke swalayan yang ada disana. Terdengar cerita juga tentang 2 mahasiswi itu, yang tadinya mereka duduk di bangku tengah agak belakang bareng dengan temen2 yang lain, tapi tiba-tiba mereka pindah tempat duduk di depan dibelakang sopir pas. Padahal kita tahu lah, gimana parahnya keadaan yang duduk di bagian depan, sampai ketimpa-timpa patahan bus, kena jeruji dan sebagainya.

Tapi memang itulah kematian, ia adalah takdir dan hanya Allah yang tahu kapan datangnya. Dan subhanallah 2 saudari kita ini, Allah cabut nyawanya, Allah beritakan hingga ke seluruh pelosok, mereka wafat dalam keadaan ingin menuntut ilmu, mereka seorang pementor, pembawa risalah dakwah yang dibawa Rasulullah, dido’akan semua orang yang mendengar ceritanya baik mereka kenal ataupun tidak, dishalatkan banyak jama’ah sampai-sampai ada yang menyelenggarakan shalat ghaib untuk mereka.


Suasana ketika akan shalat Jenazah

Ya Allah… Subhanallah… Aku tak bisa membayangkan betapa mereka tersenyum disana karena kabarnya di akhir hayatnya pun mereka tersenyum manis, cerah bercahaya.

Dan cerita itu pun tak berakhir di malam itu saja. Pagi harinya, Senin, 5 November 2012, banyak jarkom berdatangan, akan diadakan shalat jenazah di masjid Asy-Syifa Kariyadi Semarang, dan jenazahnya Esti akan dibawa ke Boyolali, dan yang Novi ke Riau.

Saat itu juga aku kembali dikejutkan, dimakamkan di Boyolali, se kabupaten denganku. Dimana rumahnya? Itu pertama kali yang terlintas dipikiranku, jangan-jangan keluarganya ada yang aku kenal, ataukah rumahnya pernah kukunjungi, atau… berbagai pertanyaan yang ingin segera terjawab itu berputar-putar di pikiranku. Segera kutanyakan kepada yang memberi berita itu, dan jam-jam itu juga banyak yang menanyakan padaku,”Boyolali mana? Daerah? Rumahnya deket mana?”

Masya Allah… aku kembali menyebut asma Allah SWT berulang-ulang saat aku jarkom, tanya, dsb. Mungkin dari sinilah Allah memang ingin agar aku mengikuti perkembangannya, karena kejadian berturut-turut 2 hari itu memang slalu ada hubungannya denganku. Dapat jawabannya, ‘daerah Mojosongo’! tanpa pikir panjang, aku segera sadar, aku sering nglewatin daerah itu! tapi dimananya? Ya Allah… saat itu aku selagi perjalanan ke Tembalang dari Ungaran, karena malamnya memang transit dulu di Ungaran. Rasanya pengen banget balik lagi ke rumah, balik arah. Pengen ikut menyolatkan, ketemu dengan keluarganya, pengen tau cerita tentang adeknya, dan banyak lagi lah.

Terlebih lagi saat ada jawaban, “Orang tua nya sedang haji, makanya dimakamkan di Boyolali karena ada saudaranya yang ada disana.” Bagaimana reaksi orang tuanya saat mendengar kabar ini? Tak bisa aku membayangkannya. Pengen banget rasanya bener-bener kesana.

Tapi aku ga bisa balik lagi, buat ikut sholat di Kariyadi aja ga bisa, apalagi kudu balik ke Boyolali. Hmm… hanya do’a saja yang dapat kukirimkan untuk kalian, ukhti… Allah sudah terlalu cinta kepada kalian, aku iri… aku iri dengan kalian… dan Allah menggiringku ke episode ini, agar aku bisa mengambil hikmah dari semua kejadian ini, bahwa manusia itu sebenarnya harus sadar bahwa kematian itu tinggal menunggu jadwal, Astaghfirullah…

Ceritamu sungguh mengharukan, mencengangkan, menegangkan, semua bercampur jadi satu.
Apalagi setelah mengetahui ada tulisan Almh. Ukhti Novi, tulisan terakhirnya tanggal 1 November 2012, di blognya tentang ‘Dosen tak Bernyawa’, yang disana bercerita tentang kematian, mereka yang telah meninggal, mereka ternyata bisa menjadi sumber ilmu bagi mereka yang masih hidup. Ya Allah… disana tertulis, seakan-akan memang ia akan dipanggil oleh Allah SWT sebentar lagi, bukan waktu yang lama.

Tulisan itu di share ke banyak orang, di berbagai media, dan Subhanallah, menjadi sebuah ilmu untuk banyak kalangan, dan artinya pun, ia meninggalkan amal jariyah yang tak akan putus. Subhanallah…

Ya Allah, siapapun mereka, ampunilah dosa-dosa mereka
Jadikanlah setiap perlakuan yang kami berikan sebagai penggugur dosa mereka
Terimalah setiap amal ibadah mereka semasa hidup dulu
Gantikanlah liang lahat mereka dengan rumah-rumah surga-Mu
Gantilah kain kafan mereka dengan baju-baju kebesaran penghuni surga
Sayangilah mereka
Karena mereka kami mengenal ilmu-ilmu Mu
Karena mereka kami menjadi orang yang bersyukur
Dan karena mereka, kelak kami bisa menolong hamba-hamba Mu

(penggalan kalimat yang ada di tulisan blog itu)

Seseorang yang ia tak pernah upload foto, di hari-hari terakhir itu, Almh. Novi meng.upload foto tentang ‘teman dunia akhirat’ nya, ia bersama saudari2nya yang lain. Ya Allah… jika mereka (pembaca & pemerhati) peka, maka akan merasakan getaran yang luar biasa dashyat mendengar kisah mereka berdua.
Aku tak bisa berkata apa-apa. Tak kuat untuk itu. Lidah ini rasanya kelu untuk merangkai kalimat-kalimat indah yang mungkin bisa saja terangkai. Namun diri ini terlalu surprise akan semuanya! Semua kejadian itu, cerita itu, dan sosok-sosok itu… Allahu Akbar! Semoga ini bukan hanya menjadi sebuah cerita saja, tapi dapat menjadi pelajaran dan hikmah juga untuk yang lain…

Ukhtina… semoga engkau syahid di jalan-Nya… :) Aamiiin…
.041112.2359.

Tidak ada komentar: