01 Desember 2012

Saat Ar-Rahman itu Mengalun Merdu :)

“yuk vi, cepet, dah mau telat nih kita ke lingkaran. Ga enak kan sama yang udah nungguin disana.”

“iya iya bentar… duh, tugas belon dikerjain, hafalan belon lancar pula. Ckck. Gimana nih.” Sambil berbenah diri aku mengoceh sendiri. MasyaAllah… sepertinya sekarang susah banget buat jaga tuh amanah ngafal, susah masuk, susah ngingetnya pula, Ya Allah… maksiat apa yang hamba perbuat???
Dekatkan kembali hamba pada ayat-ayat-Mu, Rabbi…

“ayuk viii….”

“iye iye… sabar napa? Ntar lagi…”

Akhirnya kami berdua pun berangkat ke tempat favorit kami (yah, sering kami membuat lingkaran-lingkaran kecil disana. :)). Sesuatu yang paling susah kami tinggalkan. Sarana pertama kali kami bertemu, kami saling mengenal, kami saling memahami satu sama lain, dan kerinduan itu pasti slalu ada. Yah, inilah moment yang slalu aku tunggu. Sekali dalam sepekan, kami bertemu lagi, slalu aku rindukan. :)

Buru-buru kami berlari kecil ke pelataran masjid kampus itu. Ya, akhirnya kami telat, disana sudah ada beberapa orang. Hmm… Lain kali in time nduk… -_-

“Yuk… kita mulai aja ya.”

Kujawab hanya dengan senyuman. :) ayuukk….hehe

Tasmi’ (memperdengarkan Al-Qur’an) itu pun berlangsung, berputar antara satu ke yang lain. Sampai pada giliranku…

Bismillahirrahmaanirrahiim… Ar-rahmaan… ‘Allamal Qur’an… Kholaqol Insan… ‘Allamahul Bayaan…

“Fabiayyi aa Laaaaa i Rabbikumaa tukadzibaan…”

“Mbak… mbak Ovi… Mbakk…bangun mbak,,, operasinya sudah selesai.”
Perlahan aku membuka mata, tapi sulit rasanya. Bibirku masih saja komat-kamit melanjutkan tasmi’ Q.S. Ar-Rahman itu. Sejenak kemudian aku tersadar. Aku dimana? Kenapa tiba-tiba aku terlempar jauh dari masjid kampus tempatku tadi berada?

Kucoba membuka mataku meski masih sulit untuk itu. Suara berisik orang-orang berbaju putih itu pun mengusik hafalanku. Aku dimana? Kenapa aku terkapar disini? Ada jarum suntik, ada ibu-ibu memakai pakaian dokter, atap putih yang tak kukenal, suara-suara yang asing.

Aku… Aku… Aku di rumah sakit kah?

Kenapa aku bisa disini?

Mataku masih mencoba untuk menerawang, benarkah?

Tiba-tiba saja tanpa disadari aku merasakan sakit yang amat sangat pada badanku. Kenapa sebenarnya ini? kenapa sulit sekali sepertinya badanku ini untuk bergerak?

Masih saja bibir ini berkomat-kamit melanjutkan ayat-ayatnya. Saat oksigen itu dilepas, sulit rasanya untuk mengatur nafas ini. Aku ingin berkata, tapi tak mampu. Ingin menangis, tapi bingung apa yang harus ditangisin. Ingin berteriak, tapi suara ini tak sampai.

Akhirnya ada suara lagi yang mengagetkanku, “mbak, udah selesai kok, dah jangan nangis lagi.” #eh, nangis? Emang aku nangis? Memang tak terasa saat itu ternyata aku sendiri tak merasa jika air mata itu tlah menetes satu per satu.

Lama setelah aku bertanya-tanya itu, akhirnya aku bisa meringis kesakitan, ga bisa gerak, kepala ini pusing, dan belum sadar sepenuhnya aku dimana. Tapi bibirku pun tak berhenti-hentinya bergerak, ia terus saja melantunkan ayat-ayat suci itu, bahkan aku tak tahu, bagaimana aku bisa se-lancar itu menghafalnya.

Kalau boleh aku bilang, ini suatu keajaiban! Aku ingat saat aku dipanggil perawat untuk berkemas dan pergi ke lantai atas dengan menggunakan lift dan aku sendiri duduk di kursi roda. Ada bapak dan ibu yang menemani. Sampai akhirnya aku masuk ke dalam ruangan yang disana banyak yang memakai pakaian putih-putih, dan masker yang menutupi hidung mereka. Ya, aku semakin ketakutan dikala itu. Banyak dokter dan perawat disini. Banyak suntik dan alat kesehatan lain bertebaran disana sini. Aku takut! Aku takut semuanya!

Boleh aku pergi darisini sekarang juga? Aku ingin teriak sekeras-kerasnya! Ibuuu… bolehkah aku menangis di hadapanmu saat ini? Hanya itu yang ada di pikiranku saat itu. Aku tak pernah bisa menangis di hadapanmu ibu…bolehkah sekarang aku menangis???

Ya, di ruangan itu aku terbaring, sesenggukan, tangisan yang tak bisa dihindarkan lagi. Dokter dan perawat disana tersenyum melihatku, entah itu tatapan mengejek, menyemangati, atau apalah, terserah. Yang ada disini aku takut, aku bingung, ga ngerti harus gimana.

Kuingat kata-kata saudariku tadi pagi, “kenapa vi? Kamu takut banget ya? Ini lagi ma’had, kalau ndengerin ziyad patel dlu gimana?” jawabnya saat aku minta dia memperdengarkan bacaan qur’annya padaku. Ya Allah, ijinkan aku memperdengarkan hafalan qur’an ku yang tak seberapa ini untuk diriku sendiri saat ini…

Benar, saat itu juga, aku senandungkan Q.S. Ar-Rahman…. Bius itu disuntikkan ke selang infusku…. Akhirnya cerita tentang lingkaran kecilku itu pun berputar dalam melodi indah Ar-Rahman…

Ya Allah… terima kasih telah Engkau selipkan cerita itu ke dalam mimpiku yang sedemikian singkat ini… :)

Akankah cerita selanjutnya ada banyak hikmah disini?
Aku harap begitu… :)

Tidak ada komentar: