22 Januari 2013

Pertama Kali Aku Mengenalmu, KAMMI Teknik :)

KAMMI, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
Ah, aku bingung harus memulai darimana jika harus bercerita tentang ini. Bingung bukan karena tak ada yang diceritakan, tapi karena saking banyaknya ceritaku di KAMMI ini. :)

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) merupakan elemen gerakan yang telah menisbathkan orientasi gerakannya pada afiliasi kepentingan umat dan cita-cita kemenangan islam. Tidak dapat dipungkiri, hal ini bukan suatu hal yang mudah, selayaknya membalik sepenggal telapak tangan.  Berbagai tantangan, tribulasi datang menghadang menjadi suatu kewajiban untuk dihadapi. Disinilah kesiapan KAMMI diuji.bagaimana pilar-pilar kebangkian itu diwujudkan tentunya dicari sebab-sebab (ikhtiar) yang menjadi sumber kekuatan. “Maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya.” ( Q.S Al-Hajj : 15).
—dikutip dari pendahuluan buku putih kaderisasi—

Dan aku mengenal disini, di Komisariat KAMMI Fakultas Teknik UNDIP. Aku jatuh cinta pada organisasi ini saat aku (hampir) mengikuti salah satu kegiatannya, ya, yang diselenggarakan oleh Departemen Soskemas (Sosial Kemasyarakatan) KAMMI Teknik, pas itu aku inget bulan Agustus/September 2010, kami (maba) diajak ke Satu Atap. Tapi sayang aku tak bisa ikut, udah diajak sama mbak2 ke adek2 TPQ.
Lalu aku ikut DM1 (Dauroh Marhalah 1) KAMMI Teknik UNDIP. Dan saat itu aku juga hampir aja gabisa ikut gara2 kejebak hujan dari Solo, soalnya sebelum itu aku pulang ke rumah. Sampai sukun maghrib. Aku langsung naik angkot dan sampai wisma dengan basah kuyup pas adzan isya’.

Akhirnya aku sholat isya’ dlu sebelum itu akhirnya aku dijemput sama mbak sekamarku, “Dek, udah dateng, yok, udah ditunggu daritadi di maskam, bisnya udah mau berangkat.” Tak lama, mbaknya bilang lagi, “apa bareng aku aja ya dek naik motor kesananya, tapi besok mb balik lagi kesini. Ujannya udah agak reda.”

Aku cuma mendengarkan kala itu. Padahal pas di jalan Solo-Semarang, aku udah bilang, “hmm… kayaknya aku ga bisa ikut deh, ni bis lama banget, ujan lagi.” Tapi ternyata aku ditunggu pas itu, padahal bis yang satunya udah berangkat dari sebelum isya’.

Detik itu juga, aku mulai jatuh cinta pada organisasi ini. Tutur katanya yang lembut, ajakan ‘harus’nya, tapi tak memaksa, perhatiannya pada peserta, padahal aku tahu saat itu hanya sedikit panitia yang ada disana. Dengan sabarnya sikap mereka kepada peserta, perhatiannya, padahal, dengan banyaknya materi DM1 itu, banyak peserta yang ngantuk. Entah kenapa, 3 hari 2 malam itu aku merasakan ada ‘pengorbanan’ kepada dakwah dari penyelenggara DM1 disana.

Bukan hanya personalnya saja yang membuat aku jatuh cinta, tapi dari tugas hafalan selama DM1. Q.S. Ash-Shaf:1-4
“(1) Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.  (2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (4) Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

Dalam ayat demi ayat ini, terselip cintanya Allah yang terbalut dalam teguran-Nya.
Ayat pertama menjelaskan tentang Maha Perkasa & Maha Bijaksana nya Allah, sehingga seluruh yang ada di langit dan bumi ini bertasbih hanya kepada-Nya.

Ayat kedua, arti jujur dan ikhlas itu dipertanyakan Allah. Lalu Allah tegaskan pada ayat yang ketiga. Bergetar siapapun yang membaca ayat ini.

Lalu di ayat ke empat, Allah jelaskan tentang persaudaraan, tentang sebuah bangunan yang kokoh, maka kita diminta untuk berbaris, dalam barisan yang rapi dan teratur, bukan berpecah belah. Visi-Misi harus sama, berjalan bersama-sama, berjama’ah, dan atas niatan yang sama, Lillahi Ta’ala. Bukan sendiri-sendiri, barisannya semrawut, dan niatannya sudah tak berlandaskan kepada Allah.

Sadar-tidak sadar, aku pun tertampar dengan membaca surat ini. Berat rasanya menghapalnya, karena arti yang terkandung dalam surat ini pun berat. Darisini jualah cintaku pada KAMMI ini bertambah. Sekarang bukan hanya karena kebaikan personal panitianya, atau orang-orang yang ada di dalamnya, tapi saat itu aku jatuh cinta karena cinta kepada-Nya, cintaku pada Murobbi Mulia, Rasulullah SAW, dan cintaku pada Dakwah agama ini.

Tak peduli berapa orang yang akan mengikutimu,

Tak peduli faham mereka akan berubah tentangmu,

Tak peduli dekatnya mereka padamu hanya karena cintanya padamu, bukan landasan cintanya pada yang Memiliki Cinta,

Tak peduli akan segalanya…

Engkau hanya butuh mereka yang setia,

Mereka yang setia berkorban demi Rabb-nya, Rasul-Nya, risalah-Nya,

Mereka yang berkorban bukan karena banyaknya pengikutmu yang sebanyak itu,

Tapi karena benar-benar cinta mereka pada Dakwah ini…

Cinta yang membawa mereka pada ketenangan hati itu ketika bersamamu,

Senyum mereka kala berada di barisanmu,

Semangat mereka ketika bertemu dengan penerus visi-misimu,

Tak ada kata keluh kesah pada sikap mereka, ketika banyak yang berpaling darimu,

Tak kendor semangat mereka ketika hanya sedikit yang berada pada barisanmu,

Barisan yang Allah minta untuk rapi-teratur itu,

Tapi sebaliknya, senyum semangat mereka malah bertambah, bertambah karena mereka yakin bahwa merekalah yang terpilih untuk menjaga kemurnian visi-misimu :)

Subhanallah… memang benar jika ada yang berkata padaku dulu saat aku bertanya tentang Semnassos KAMMI Teknik 2010, ketika aku hanya melihat segelintir yang terjun langsung disana, padahal kalo denger dari ceritanya, kader KAMMI Teknik itu sampe ratusan.

Ia berkata “ya memang ini dek yang membuat persaudaraan disini begitu kuat, dengan sedikitnya ini, pengorbanan itu terasa. Dengan sulitnya mengajak itulah diajarkan kesabaran. Dan darisini juga, kekuatan ukhuwah itu terjawab. :)
=mungkin kata-katanya ga persis kaya gini ya, lupa, panjang banget  soalnya, tapi, ya itulah intinya=

Mungkin darisini aku belajar tentang sebuah jama’ah. Bukan karena ‘wadah’ nya kita cinta dan mau berada disana. Tapi lebih dari itu, seberapa besar cinta kita pada-Nya hingga ‘wadah’ itu dicintai banyak orang.
Maka jangan pernah bertanya, “ia sudah memberiku apa?”, tapi bertanyalah, “apa yang telah aku berikan padanya?”

_sepotong cerita untuk KAMMI Teknik_

Tidak ada komentar: