Semilir angin pagi ini memberikan semangat
tersendiri.
Bertemu dengan mereka, pancaran cahaya iman
yang kuat.
Subhanallah.. Beruntung saya memasuki majelis
ini..
Ditambah dengan tafsir Al-Buruj yang
memberikan banyak hikmah pada kami yang mendengarkannya..
Dan kini akan saya ringkas tentang pengalaman
di majelis ini, hanya sedikit, tapi semoga memberikan hikmah tersendiri bagi yang
membacanya :D
***
Al-Buruj, surat Makkiyah, surat
ke-85 dalam Al-Qur’an, dan termasuk ke dalam juz ‘amma/juz 30.
Pada awal suratnya, Allah SWT
bersumpah dengan 3 benda, yaitu:
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang. Dan
demi hari yang dijanjikan. Demi yang menyaksikan & yang disaksikan.” (ayat
1-3)
Ya, di atas ada 3 poin penting, 3 yang menjadi suatu keutamaan besar, bintang-hari
akhir-peristiwa ashabul ukhdud (para pembuat lubang berapi).
3 ayat pertama dalam surat ini telah
menjelaskan bahwa apa yang akan Allah sampaikan pada surat ini adalah sesuatu
yang sangat besar, banyak hikmah, pelajaran, dan kisah yang dapat dipelajari dari
surat ini.
Harusnya kita bertanya-tanya, ada apakah
gerangan Allah sampai bersumpah dengan sesuatu yang kita tahu besarnya
keutamaan ketiganya?
Lalu Allah jawab pada ayat ke-4-7, “Binasalah
orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman). Yang
berapi (yang mempunyai) kayu bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin.”
Disana jelas tersurat, peristiwa pembesar Najran di Yaman.
Oke, saya ceritakan sedikit tentang
kisah ini. Jadi pada zaman sebelum Rasulullah diutus, ada sebuah kerajaan di
Yaman, dipimpin oleh seorang raja bernama Dzu Nuwas. Disana ada seorang
penyihir yang sudah sangat tua. Maka raja tersebut ingin merekrut seorang pemuda yang dapat menggantikan penyihir itu pada
saatnya nanti.
Seorang pemuda itupun menaati
perintah orang tuanya yang diminta oleh raja agar belajar sihir kepada Sang
Penyihir di istana. Namun setiap kali perjalanan dari rumah menuju istana
pemuda ini mampir ke seorang pendeta, ahli ibadah yang rumahnya di
tengah-tengah rumah pemuda dengan istana.
Tapi lama-lama pemuda ini bingung,
setiap kali terlambat sampai di istana, ia dipukuli oleh orang-orang yang ada
di istana, sama dengan yang terjadi di rumahnya. Maka pemuda ini pun bertanya
kepada sang pendeta,
“Setiap kali aku terlambat ke istana aku slalu dipukuli, dan
setiap kali aku terlambat sampai rumah aku juga dihukum. Apa yang harus aku
lakukan?”
Maka pendeta itupun menjawab, “Jika kamu terlambat memasuki istana, maka jelaskanlah
kalau kamu ditahan karena keperluan keluargamu. Dan jika kamu terlambat sampai
rumah, jelaskanlah jika kamu ditahan karena urusan istana.”
Sampai akhirnya berapa lama
berselang pemuda itu menimba ilmu pada pendeta (ahli ibadah) dan penyihir, ia
berpapasan dengan binatang besar di hadapannya, yang menghalangi jalannya saat
perjalanan menuju ke istana. Pada saat itu pemuda berkata, “inilah saatnya aku membuktikan ilmu siapa yang benar, apakah dari
pendeta atau dari penyihir.”
Pemuda itu memegang sebuah batu lalu
ia berucap, “ya Allah, jika memang benar ilmu yang diberikan oleh pendeta itu benar
adanya maka bunuhlah hewan raksasa ini dengan batu yang akan aku lempar.”
Dan benar, binatang raksasa itu
akhirnya mati hanya karena lemparan batu seorang pemuda itu sehingga
orang-orang yang akan melalui jalan itu dapat beraktivitas kembali. Saat ia
kembali pada ahli ibadah, pendeta itupun berkata kepada sang pemuda, “sesungguhnya engkau telah mendapatkan kebenaran & ilmumu
sudah melebihi diriku. Maka bersiaplah untuk menerima ujian yang lebih besar
nantinya. Dan saat kau sudah dikenal banyak orang jangan sebutkan namaku kepada
mereka.”
Setelah peristiwa itulah, pemuda ini
mendapat mukjizat dari Allah SWT, ia bisa menyembuhkan orang sakit. Sampai akhirnya
ada seorang keluarga raja yang saat itu menderita sakit dan meminta untuk
disembuhkan. Pemuda ini pun berkata, “Sesungguhnya
bukanlah aku yang dapat menyembuhkanmu, tapi Allah. Maka berimanlah kepada
Allah, niscaya engkau akan diberi kesembuhan atas perantaraku.”
Setelah orang itu beriman kepada
Allah, penyakitnya perlahan-lahan sembuh. Dan itu menjadi berita besar yang
sampai kepada istana raja. Pemuda ‘alim itu akhirnya dipanggil raja dan ditanya
darimana ia mempelajari ajaran agama itu. Saat pemuda itu tak mau menjawab, ia
disiksa dan terus disiksa oleh pengawal istana. Sampai akhirnya ia menjawab
bahwa yang mengajarinya adalah seorang pendeta yang sering ia kunjungi.
Pendeta itupun akhirnya ditangkap
dan dibawa ke istana. Saat diminta untuk kembali kepada ajaran Yahudi, ia
menolak. Akhirnya ia pun dibunuh dengan cara yang mengenaskan, yaitu dengan
digergaji tubuhnya. Begitulah perlakuan terhadap mereka yang tidak mau kembali
kepada ajaran Yahudi.
Namun berbeda perlakuan terhadap
sang pemuda yang satu ini. Ia tidak langsung dibunuh, tapi dibawa ke suatu
tempat yang jauh. Yang pertama ia dibawa ke atas gunung dan akan dijatuhkan
dari atas gunung itu kalau memang tak ingin kembali pada ajaran Yahudi.
Subhanallah.. pemuda ini pun berdo’a
kepada Allah SWT, “ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini dengan
cara-Mu..” dan akhirnya gunung itu bergetar sehingga pasukan
yang membawanya jatuh dan mati.
Lalu yang kedua ia dibawa ke laut
dan dan ditenggelamkan disana. Namun pemuda ini berdo’a kembali kepada Allah SWT,
“ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini dengan
cara-Mu..” dan akhirnya pasukan yang membawanya tenggelam dan mati.
Pemuda ini selamat & akhirnya
kembali ke istana sseraya berkata, “wahai
raja, sesungguhnya para pengawalmu takkan bisa membunuhku. Kecuali engkau mau
melakukan permintaanku.”
Raja bertanya, “apa itu?”
“Engkau bisa membunuhku jika aku diikat di
sebuah pohon, lalu engkau panah aku tepat di keningku. Tapi engkau harus
mengumpulkan seluruh rakyat di negerimu. Dan saat engkau lepaskan panah, katakanlah
secara lantang, “Bismillah
(dengan nama Allah –Tuhan pemuda ini-) aku membunuh pemuda ini.”
“
Tanpa pikir panjang Sang Raja segera
memerintahkan pasukan untuk mengumpulkan rakyatnya dan mempersiapkan segala
sesuatunya untuk membunuh pemuda ini.
Dan benar, saat raja memanah pemuda
ini dengan asma Allah, pemuda ini pun meninggal. Rakyat berseru heboh. Pengawal
Raja mendekat pada Raja Dzu Nuwas dan memberitahukan bahwa sang Raja telah
melakukan sesuatu hal yang fatal. Ia menyebut Asma Allah, itu berarti ia
mengimani Tuhan pemuda yang sudah dibunuhnya.
Bergegas Sang Raja memberikan
pengumuman kepada seluruh rakyatnya, “Aku
ingin agar kalian bermusyawarah dan kembali kepada agama kalian sebelumnya,
yaitu Yahudi. Kalau tidak, maka aku akan menyerang kalian dan tidak akan
tersisa seorangpun!"
Dzu Nuwas sedang berkhayal bahwa
karena kekuatannya, dengan mudah masyarakat akan menyerah padanya. Dengan sombong ia memandang
kebesaran pasukannya. Tiba-tiba para pembesar Najran mengoyak khayalannya dan
berkata, "Kami tidak butuh
musyawarah. Dengan kedatangan utusan Allah, masa agama Yahudi telah berakhir.
Kami telah menemukan kebenaran dan siap mengorbankan jiwa dan anak-anak kami
untuk mempertahankannya!"
Saat itu juga, raja Dzu Nuwas
benar-benar marah karena tidak menyangka akan mendapatkan jawaban telak seperti
itu. Ia berjalan menuju ke barisan pasukannya dan berteriak seraya berkata, "Galilah lubang dan nyalakan api di
dalamnya! Aku ingin berdiri menyaksikan manusia-manusia yang serius menyembah
Allah!"
Kondisi kota menjadi kacau dan tidak
karuan. Para pasukan Dzu Nuwas menyereti orang-orang dan memasukkannya ke dalam
lubang. Selain itu orang-orang Yahudi membantu para pasukan dengan cara
melaporkan identitas orang-orang Kristen kepada mereka.
Dzu Nuwas berdiri di tepi lubang
sambil tertawa terbahak-bahak mengejek orang-orang Mukmin. Namun ketika ia
menyaksikan sebagian orang mukmin secara sukarela masuk ke dalam kobaran api
demi menyelamatkan keimanannya, Dzu Nuwas semakin marah dan memperparah siksaannya.
Dengan penuh kekejaman Dzu Nuwas
telah membakar banyak orang dan membunuh sebagian yang lainnya.
Di saat itu ada seorang ibu yang
menggendong anaknya yang masih bayi. Ibu itu kelihatan agak bingung dan bimbang
untuk memasuki parit (lubang) api itu, namun Allah memberikan petunjuk. Anak
bayi itu berkata, “Ibu, tenanglah, kita berada dalam kebenaran.” Maka ibu itupun
yakin dan akhirnya ia melompat ke dalam parit itu, sehingga menjadi syahid
bersama mukmin lainnya.
***
Ya, itulah sepenggal kisah. Kisah yang
menceritakan tentang banyak hal dan banyak hikmah, diantaranya:
- Keteguhan iman seseorang, yang rela mengorbankan jiwa raganya untuk Islam (keyakinan terhadap kebenaran).
- Bahwa tak ada kesombongan yang nyata kecuali hanya milik Allah SWT.
- Jangan pernah kagum terhadap seseorang terlalu berlebihan, namun kembalikan lagi kepada Allah SWT.
- Allah-lah Yang Maha Berkehendak atas apapun. Diterangkan dalam ayat yang ke-9, “Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.”
- Dan disini Allah memperlihatkan kekejian kaum kafir terhadap kaum mukmin. Dalam ayat ke-8, “Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
- Allah memberitahukan dari surat ini, bahwa kemenangan yang nyata itu adalah kemenangan akhirat, Allah akan memberikan balasan-Nya kelak di Yaumil Akhir. Diterangkan dalam ayat 10, “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” --> balasan bagi orang kafir
Dalam
ayat ke 11“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah
keberuntungan yang besar.” --> balasan bagi orang mukmin
- Pertolongan Allah sesungguhnya sangatlah dekat. Ada pada penjelasan ayat-ayat berikutnya. Termasuk kisah tentang kaum Tsamud dan Fir’aun.
- Iman itu haruslah dipertahankan. Bila dapat dianalogikan, “menanam benih keimanan itu mudah, namun untuk memelihara & menumbuhkembangkan keimanan itulah yang sulit.”
Frekuensi
iman itu naik-turun bergantung pada pelakunya. Dan ingat! Keimanan seseorang
itu akan terus diuji. Tapi jangan salah.. Allah menguji itu pasti ada teori
sebelum pengaplikasian, tinggal bagaimana pelakunya mengingat dan menyelesaikan
ujian tersebut :)
Seperti
dalam surat Al-Fajr ayat 15-16, “Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku."
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku".” Sudut pandangnya yang harus diluruskan :)
Ada cerita selanjutnya tentang
Najran, Yaman. Yang akhirnya memperoleh kekalahan walaupun sebelumnya agama
Yahudi kembali berkuasa di Yaman dan Dzu Nuwas merasa memperoleh kemenangan.
Ternyata Allah memang Maha Berkehendak. Ada salah seorang Kristen yang
melarikan diri dari kerusuhan yang terjadi di Najran dan pergi ke istana
kerajaan Romawi. Ia menceritakan peristiwa pembantaian penduduk Najran yang
dilakukan oleh Dzu Nuwas kepada Kaisar Romawi. Kaisar Romawi pun mengirim surat
kepada raja Habasyah dan memintanya agar melakukan balas dendam atas kejahatan
yang dilakukan oleh Dzu Nuwas.
Dalam waktu singkat pasukan Habasyah
pergi menuju Yaman dan berhasil mengalahkan pasukan Dzu Nuwas. Yaman jatuh ke
tangan Negus dan masyarakat memeluk agama baru.
Al-Quran menyebut Dzu Nuwas dan para
sahabatnya sebagai Ashabul Ukhdud dan menceritakan kisah kebinasaan
mereka dalam surat Buruj. Selain itu, untuk menguatkan semangat orang-orang
Mukmin dan perjuangannya al-Quran menyebutkan:
"Sesungguhnya orang-orang yang
menyiksa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak
bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang
membakar.
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, itulah keberuntungan yang besar."(QS. Buruj:
10-11)
Allah memang Maha dari segala Maha.
Maka selalulah meminta kepada Allah, pintalah pertolongan hanya kepada Allah,
niscaya Allah-lah yang akan menolongmu. :)
1 komentar:
Jazakillah khoiron katsiiron ..
Posting Komentar