04 Februari 2013

Jihad


Tatsqif Jum’at Pagi @masjid Polines 25-01-2013

               Berbicara tentang jihad, maka akan berbicara pula tentang persiapannya, ciri-cirinya, bahkan syarat-syaratnya. Jika banyak yang berkata bahwa jihadnya muslim sekarang itu adalah bom, perang, dan sesuatu yang berbau kekerasan, maka itu SALAH BESAR! Karena ummat islam adalah ummat yang diajarkan untuk mencintai kedamaian, mengutamakan kelembutan, dan kerasnya bila ada yang mengganggu. :)
Oke, langsung ke pokok bahasan saja ya… Ni ringkasan materi dari hasil saya mengikuti tatsqif jum’at pagi. Karena mayoritas (bahkan mungkin semuanya) adalah mahasiswa/i, maka yang dibahas adalah tentang jihadnya seorang pelajar.

Jihad itu bermacam-macam kawan, jika jihadnya pelajar sekarang ini adalah menuntut ilmu lalu diamalkan dengan dakwah. Jihadnya seorang ibu adalah saat melahirkan. Jihadnya seorang ulama’ adalah menyebarkan dakwah dengan pengetahuannya. Dll.

ada sebuah kisah, saat kekhalifahan Turki Utsmani yang membuka negeri konstantiinopel. Saat itu, ulama’ menjadi penasehatnya, pelatih pemanah, meriam, dan persenjataan lainnya menjadi tamengnya dari musuh. Ini benar-benar menggambarkan bahwa jihad itu bukan sekadar kata-kata, tapi ia satu kata dengan luasan makna.

“Kemenangan itu akan didapat oleh orang-orang yang sabar”

Satu kalimat di atas menunjukkan bahwa kemenangan dari jihad hanya diperoleh orang-orang tertentu, yakni mereka yang sabar. Jika dikelupas lebih jauh, sabar itu susah ngedapetinnya, dia harus punya benteng aqidah.
Ada sebuah hadits riwayat Tirmidzi yang berbunyi,
"Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Ditanyakan kepada Rasulullah (saw), ‘Ya Rasulullah, apa yang dapat menyamai (pahala) Jihad? Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukannya.”
Para sahabat mengulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. (Namun untuk) masing-masing pertanyaan Beliau (saw) bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukannya.”
Rasulullah saw kemudian bersabda pada kali yang ketiga, “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah adalah seperti orang yang beribadah (pada malam hari) dan berpuasa (di siang hari) tanpa merasa penat melaksanakan solat atau puasa sampai orang yang berjihad itu kembali.” "

Kalau zaman sahabat dahulu, sebelum berjihad itu perlu banyak persiapannya, yang terpenting adalah persiapan tentang aqidahnya, syari’atnya, tarbiyah dzatiyah, syakhsiyah islamiyah, khouf & roja’ ditingkatkan, serta mahabbahnya kepada Allah terus ditambah.

Itulah mengapa Rasulullah dalam berdakwah, pertama yang coba dikuatkan adalah pelajaran aqidahnya, bukan langsung mengajak kaum kafir Quraisy berperang. Jika masih bisa bertahan, mengapa harus menumpahkan darah? Jika masih bisa mengajak dengan kelembutan, mengapa harus ada kekerasan? Jika belum ada keterdesakan untuk berperang, maka sabarlah dahulu dengan Allah sebagai pelindung kalian…

Ya, beliau Rasulullah SAW yang sangat cinta pada keindahan, kedamaian, ketenangan. Beliau yang selalu mengedepankan kekhusyukan, kesabaran, keadilan. Beliau yang selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan, memilih musyawarah sebagai sistemnya, pendapat para sahabat sebagai pilihannya, dan merujuk pada Al-Qur’an sebagai pedomannya.

Dalam Q.S Al-Baqarah (2) : 11-12 --> Islam=Al-Ishlah=damai
11. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi[24]". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
[24]. Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.
12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Jadi, jihad jangan disalahartikan. Ada yang bilang bahwa jihad itu kata yang nyeremin, jihad itu kata-katanya teroris, jihad itu hanya milik orang-orang tertentu, bukan semua muslim. Padahal arti dari jihad pada zaman Rasulullah SAW sangat didamba-dambakan para sahabat, sekali ada seruan jihad, maka seluruh sahabat Rasul segera berbondong-bondong untuk mendaftarkan dirinya dalam momen yang dinantikan. Jihad bukan hanya membawa badan (jasadiyah) saja, namun jiwa (ruhiyah) juga harus lebih dipersiapkan, selain itu pemikiran/ide2 (fikriyah) juga sangat dibutuhkan. Oiya, sedikit menambahkan, kalau dahulu sebelum berperang para sahabat mempersiapkan hafalan qur’annya, maka bagaimana dengan kita? *muhasabah diri
Apa daya jika jasad sehat wal ‘afiyat, tapi kedekatannya pada Allah kurang. Apa arti jihad sebenarnya? Maka kajilah dahulu isi Al-Qur’an sebelum berbicara lebih lanjut tentang jihad :)

Tidak ada komentar: