12 Februari 2013

Pilar Kebangkitan


Liqo’ 06-02-13

Kali ini saya hanya ingin bercerita, bahwa di atas langit masih ada langit kan? :) itu tandanya ilmu dapat diperoleh darimana saja, termasuk disini...
Sore itu, saya berjalan menuju gudang ilmu bersama salah seorang teman, masjid itu kutatap dari kejauhan, megah, adem jiwa ini menatapnya, disana banyak muslim sembahyang, menimba ilmu. 

Bahkan anak-anak kecil itu pun datang berbondong-bondong kesana, bertemu dengan teman-temannya, canda-tawa menghiasi sudut-sudut masjid itu,tapi kadang juga ada tangis yang menghampiri wajah si anak kecil itu :). Memandang mereka memberikan kesejukan tersendiri. Apalagi hari ini, saya bukan hanya datang untuk menikmati pemandangan itu, tapi untuk menimba ilmu, mengisi kembali ruhiyah yang kini saya kira telah meminta mata air surga itu.

Tilawah, muroja’ah, bahkan hafalan itu seakan menjadi muara surga yang saat itu saya rasakan di tengah hembusan angin segar sore hari. Sejuk, betapa indah memandang kebesaran Ilahi di rumah sembahyang ini yang dihiasi dengan kata-kata cinta-Nya.

Senyum saudari-saudari seiman yang saya rindukan sedikit melepas penat yang akhir-akhir ini melanda pikiran dan hati. Mengenang senyum itu saja terasa menyejukkan, apalagi jika melihatnya langsung dan merasakan aura kasih sayang dari mereka. Inilah kasih sayang dan cinta sejati, cinta kepada saudara-saudari seiman yang datang di setiap waktu, bukan hanya di salah satu hari yang biasa diperdengarkan orang, yang mereka sebut dengan Valentine's Day.

***
Kali ini beliau bercerita tentang suatu kisah yang menunjuk pada Arkanul Bai’ah ke-7. Tsabat, ya, ‘Keteguhan’. Kembali diingatkan, bahwa 10 poin yang biasanya hanya sekadar dihafal, namun saat itu kami diminta untuk menelaah lebih jauh, tentang apa sebenarnya Arkanul Bai’ah, terutama poin ke-7 ini.
Selalu mendengar seorang berkata, ‘Hanya akan ada 2 proses yang seharusnya berjalan, mencapai tujuan atau gugur sebagai syahid!’ , tak ada istilah berhenti atau hanya maju selangkah, apalagi memundurkan langkah. Karena tujuan hanya 1 dan harus slalu diperjuangkan!

Hmm.. mungkin dalam tulisan ini tak hanya ada poin-poin yang biasanya tertulis, =mungkin agak belibet, tapi saya sedang mood untuk menulisnya dalam kalimat cerita, tak apa kan? :)=
Dalam keramaian suara kendaraan yang lalu lalang di jalan, kalimat per kalimat yang beliau sampaikan seakan menjadi angin kesejukan, air pelepas dahaga, obor pemantik semangat, bahkan sebagai pengingat untuk slalu memperbaiki diri.

‘Kesalahan yang biasa terjadi dalam kehidupan kita itu sebenarnya adalah sebuah pemantik semangat yang akan slalu menjadi perisai diri kita untuk berada daam keteguhan yang nyata.’

Ia bukan sesuatu yang harus slalu diratapi seakan semuanya telah berakhir, namun jadikan ia sebagai pelecut semangat dan awal dari sebuah keberhasilan. Melakukan suatu kesalahan bukan berarti harus mundur dari kewajiban, namun kesalahan itu seharusnya menjadi satu semangat untuk slalu menjadi da’i/da’iyah yang menyebarkan aroma dakwah di segala penjuru. Menjadi sebuah perbaikan dari hikmah yang dapat diambil. Dan selalu memperbanyak do’a kepada Allah SWT.

Ada 3 yang menjadi prioritas kebangkitan dakwah:
-          Memperbaiki diri,
-          Menuntaskan amalan-amalan dakwah, dan
-          Memperjuangkan agama.

Dalam Q.S. Al-Ahzab(33) :23
23. Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merubah (janjinya),
[1208]. Maksudnya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.

Ada 3 pilar kebangkitan:
-          Meminta pertolongan kepada Allah, yaitu dengan muhasabah diri dan aspek tarbawinya ditingkatkan. Karena dibalik pengetahuan logis manusia, Allah punya kekuatan tersendiri yang tak pernah bisa kita bayangkan dengan akal kita. Ada yang berpendapat bahwa yang penting kerja, tak usah do’a? Pendapat yang salah besar.
Ada yang bilang bahwa Liqo’ libur karena suatu urusan? Saat ditanya, “Akh/Ukht, liqo’ kapan?” dan jika dijawab, “Liqo’nya libur dlu ya, lagi panas pemilihan nih”. Hmm… seorang murobbi yang berkata seperti itu adalah sesuatu yang tak bisa dibenarkan. Karena dalam keadaan perang sedang berkecamuk sekalipun, Rasulullah tetap memberikan taujih kepada sahabat-sahabatnya, semakin mendekatkan diri pada Allah, bahkan lebih daripada hari-hari aman sebelum perang. Kita? Seringkali mengedepankan diskusi politik  yang mungkin perlu untuk dilakukan, tapi aspek tarbawi, isi ruhiyah?? Seharusnya juga diseimbangkan bahkan jika perlu lebih dari sebelum-sebelumnya. 

-          Kesolidan internal ukhuwah, adalah poin yang sangat penting. Karenanya harus slalu menghadirkan ketsiqohan dalam diri, mengedepankan husnudzon, dan tabayun jika ada sesuatu yang menjadi permasalahan. Ada sebuah kalimat, “perjalanan paling indah adalah masa-masa berjuang dengan saudara-saudari seiman.”
Dan yang menjadi catatan, ukhuwah itu tak perlu dipertanyakan, karena ia adalah akibat dari iman.

-          Kerja keras. Ya, pilar kebangkitan ke-3 adalah kerja keras, bagaimana bisa kita yang hanya berdiam diri dapat mengubah suatu keadaan? Bagaimana bisa orang-orang yang tak pandai me-manage waktunya bisa menjadi orang-orang yang beruntung? Karena telah Allah sebutkan dalam Q.S. Al-‘Ashr: 1-3 “Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan ber’amal sholih dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”

Maka dari itu, harus ada kerja keras di setiap waktu dan tujuan yang ada. Dan jangan pernah lupakan bahwa yang sebenarnya menjadi kunci dalam berdakwah adalah ‘komunikasi’. Ada orang yang tidak datang tepat waktu, ada pula mereka yang tak hadir tanpa izin, bahkan ada yang tak pernah konfirmasi tapi tiba-tiba di hari H mereka protes dengan berbagai pendapat mereka. Padahal sebelumnya mereka tak pernah hadir dikala dibutuhkan pendapatnya, ditunggu kehadirannya. Dan semua itu menjadi salah satu ‘penghancur’ sebenarnya. Karena izin itu adalah sesuatu yang penting dan telah disebutkan Allah dalam surat cinta-Nya, Q.S. An-Nur (24) : 62

62. Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
>> telah Allah jelaskan bahwa IZIN adalah bagian dari IMAN.

Jangan sampai sesuatu yang sebenarnya telah kita ketahui kesalahannya, kita ulangi kembali. Dan jangan sampai kita tak ingin berpindah ke arah yang lebih baik dengan melihat perjalanan masa lalu. Semoga Allah selalu merahmati dan membimbing langkah-langkah kita selalu dalam kebaikan dan ridho dari-Nya. Aamiin..

***

Ya, adzan maghrib berkumandang, sesi sore itu akhirnya ditutup dengan doa penutup majelis. Ya Allah.. bimbing selalu langkah kami, berikan slalu ketenangan, keberanian, bahkan semangat dalam hati ini, karena Engkau-lah Sang Pembolak Balik Hati, dan jadikan pertemuan-pertemuan kami sebagai perantara hidayah-Mu… :)

Tidak ada komentar: