Liqo’ 06-02-13
Kali ini saya hanya
ingin bercerita, bahwa di atas langit masih ada langit kan? :) itu tandanya ilmu dapat diperoleh darimana saja, termasuk disini...
Sore itu, saya
berjalan menuju gudang ilmu bersama salah seorang teman, masjid itu kutatap
dari kejauhan, megah, adem jiwa ini menatapnya, disana banyak muslim
sembahyang, menimba ilmu.
Bahkan anak-anak kecil itu pun datang
berbondong-bondong kesana, bertemu dengan teman-temannya, canda-tawa menghiasi
sudut-sudut masjid itu,tapi kadang juga ada tangis yang menghampiri wajah si
anak kecil itu :). Memandang mereka
memberikan kesejukan tersendiri. Apalagi hari ini, saya bukan hanya datang
untuk menikmati pemandangan itu, tapi untuk menimba ilmu, mengisi kembali
ruhiyah yang kini saya kira telah meminta mata air surga itu.
Tilawah, muroja’ah,
bahkan hafalan itu seakan menjadi muara surga yang saat itu saya rasakan di
tengah hembusan angin segar sore hari. Sejuk, betapa indah memandang kebesaran
Ilahi di rumah sembahyang ini yang dihiasi dengan kata-kata cinta-Nya.
Senyum saudari-saudari
seiman yang saya rindukan sedikit melepas penat yang akhir-akhir ini melanda
pikiran dan hati. Mengenang senyum itu saja terasa menyejukkan, apalagi jika
melihatnya langsung dan merasakan aura kasih sayang dari mereka. Inilah kasih
sayang dan cinta sejati, cinta kepada saudara-saudari seiman yang datang di
setiap waktu, bukan hanya di salah satu hari yang biasa diperdengarkan orang,
yang mereka sebut dengan Valentine's Day.
***
Kali ini beliau bercerita tentang suatu kisah yang menunjuk
pada Arkanul Bai’ah ke-7. Tsabat, ya, ‘Keteguhan’. Kembali diingatkan, bahwa 10
poin yang biasanya hanya sekadar dihafal, namun saat itu kami diminta untuk
menelaah lebih jauh, tentang apa sebenarnya Arkanul Bai’ah, terutama poin ke-7
ini.
Selalu mendengar seorang berkata, ‘Hanya akan ada 2 proses yang seharusnya berjalan, mencapai tujuan atau
gugur sebagai syahid!’ , tak ada istilah berhenti atau hanya maju
selangkah, apalagi memundurkan langkah. Karena tujuan hanya 1 dan harus slalu
diperjuangkan!
Hmm.. mungkin dalam
tulisan ini tak hanya ada poin-poin yang biasanya tertulis, =mungkin agak
belibet, tapi saya sedang mood untuk menulisnya dalam kalimat cerita, tak apa
kan? :)=
Dalam keramaian suara
kendaraan yang lalu lalang di jalan, kalimat per kalimat yang beliau sampaikan
seakan menjadi angin kesejukan, air pelepas dahaga, obor pemantik semangat,
bahkan sebagai pengingat untuk slalu memperbaiki diri.
‘Kesalahan yang biasa
terjadi dalam kehidupan kita itu sebenarnya adalah sebuah pemantik semangat
yang akan slalu menjadi perisai diri kita untuk berada daam keteguhan yang
nyata.’
Ia bukan sesuatu yang harus slalu diratapi seakan semuanya telah
berakhir, namun jadikan ia sebagai pelecut semangat dan awal dari sebuah
keberhasilan. Melakukan suatu kesalahan bukan berarti harus mundur dari
kewajiban, namun kesalahan itu seharusnya menjadi satu semangat untuk slalu
menjadi da’i/da’iyah yang menyebarkan aroma dakwah di segala penjuru. Menjadi
sebuah perbaikan dari hikmah yang dapat diambil. Dan selalu memperbanyak do’a
kepada Allah SWT.
Ada 3 yang menjadi prioritas kebangkitan dakwah:
-
Memperbaiki diri,
-
Menuntaskan amalan-amalan dakwah, dan
-
Memperjuangkan agama.
Dalam Q.S. Al-Ahzab(33) :23
23. Di antara
orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara
mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merubah
(janjinya),
[1208]. Maksudnya menunggu apa yang telah Allah
janjikan kepadanya.
Ada 3 pilar
kebangkitan:
-
Meminta
pertolongan kepada Allah, yaitu dengan muhasabah diri dan aspek tarbawinya
ditingkatkan. Karena dibalik pengetahuan logis manusia, Allah punya kekuatan
tersendiri yang tak pernah bisa kita bayangkan dengan akal kita. Ada yang
berpendapat bahwa yang penting kerja, tak usah do’a? Pendapat yang salah besar.
Ada yang bilang bahwa Liqo’ libur
karena suatu urusan? Saat ditanya, “Akh/Ukht, liqo’ kapan?” dan jika dijawab,
“Liqo’nya libur dlu ya, lagi panas pemilihan nih”. Hmm… seorang murobbi yang
berkata seperti itu adalah sesuatu yang tak bisa dibenarkan. Karena dalam
keadaan perang sedang berkecamuk sekalipun, Rasulullah tetap memberikan taujih
kepada sahabat-sahabatnya, semakin mendekatkan diri pada Allah, bahkan lebih
daripada hari-hari aman sebelum perang. Kita? Seringkali mengedepankan diskusi politik yang mungkin perlu untuk dilakukan, tapi aspek
tarbawi, isi ruhiyah?? Seharusnya juga diseimbangkan bahkan jika perlu lebih
dari sebelum-sebelumnya.
-
Kesolidan
internal ukhuwah, adalah poin yang sangat penting. Karenanya harus slalu menghadirkan
ketsiqohan dalam diri, mengedepankan husnudzon, dan tabayun jika ada sesuatu
yang menjadi permasalahan. Ada sebuah kalimat, “perjalanan paling indah adalah
masa-masa berjuang dengan saudara-saudari seiman.”
Dan yang menjadi catatan, ukhuwah
itu tak perlu dipertanyakan, karena ia adalah akibat dari iman.
-
Kerja
keras. Ya, pilar kebangkitan ke-3 adalah kerja keras, bagaimana bisa kita
yang hanya berdiam diri dapat mengubah suatu keadaan? Bagaimana bisa
orang-orang yang tak pandai me-manage waktunya
bisa menjadi orang-orang yang beruntung? Karena telah Allah sebutkan dalam Q.S.
Al-‘Ashr: 1-3 “Demi waktu. Sesungguhnya
manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan ber’amal
sholih dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”
Maka dari itu, harus ada kerja
keras di setiap waktu dan tujuan yang ada. Dan jangan pernah lupakan bahwa yang
sebenarnya menjadi kunci dalam berdakwah adalah ‘komunikasi’. Ada orang yang tidak datang tepat waktu, ada pula
mereka yang tak hadir tanpa izin, bahkan ada yang tak pernah konfirmasi tapi
tiba-tiba di hari H mereka protes dengan berbagai pendapat mereka. Padahal
sebelumnya mereka tak pernah hadir dikala dibutuhkan pendapatnya, ditunggu
kehadirannya. Dan semua itu menjadi salah satu ‘penghancur’ sebenarnya. Karena
izin itu adalah sesuatu yang penting dan telah disebutkan Allah dalam surat
cinta-Nya, Q.S. An-Nur (24) : 62
62. Sesungguhnya yang sebenar-benar orang
mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila
mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan
pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin
kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang
meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena
sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara
mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
>> telah
Allah jelaskan bahwa IZIN adalah
bagian dari IMAN.
Jangan sampai
sesuatu yang sebenarnya telah kita ketahui kesalahannya, kita ulangi kembali.
Dan jangan sampai kita tak ingin berpindah ke arah yang lebih baik dengan
melihat perjalanan masa lalu. Semoga Allah selalu merahmati dan membimbing
langkah-langkah kita selalu dalam kebaikan dan ridho dari-Nya. Aamiin..
***
Ya, adzan maghrib berkumandang, sesi sore itu akhirnya ditutup dengan
doa penutup majelis. Ya Allah.. bimbing selalu langkah kami, berikan slalu
ketenangan, keberanian, bahkan semangat dalam hati ini, karena Engkau-lah Sang
Pembolak Balik Hati, dan jadikan pertemuan-pertemuan kami sebagai perantara
hidayah-Mu… :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar